Fara dan Sabda sudah bersiap menuju kantor masing-masing, tapi tinggal Sabda yang masih sibuk dengan dasinya yang entah mengapa membuat tangan Fara gatal untuk memasangkannya. Pasangkan saja lah, itu tugas istri kan?
Sabda terkesiap saat dimana Fara mengambil dasi dan mulai melilitkannya ke kerah kemeja Sabda, dan kini tatapan pria itu tak berpindah dari puncak kepala Fara.
"Jangan berani-beraninya nyentuh kepalaku ya! Rambutku butuh waktu puluhan jam buat ditata tadi."
Sabda mengurungkan niatnya untuk mengelus puncak kepala Fara. Bahaya sekali, apa Fara punya mata di atas kepalanya sehingga ia tahu apa yang barusan ingin Sabda lakukan.
Setelah selesai memasangkan dasi, Fara kembali ke kaca melihat penampilan dirinya pagi ini.
"Udah cantik kok." Pungkas Sabda.
Fara tak terkesima dan menjawab dengan cuek, "emang."
Sabda terkekeh sendiri, bagaimana agaknya dia bisa mendapatkan hati Fara jika di puji saja tidak membuat wanita itu terkesan atau sekedar malu-malu.
"Kamu masih mau bengong?"
Sabda terkesiap, ia tidak bengong seperti yang Fara tuduhkan. Ia hanya menunggu nyonya Sabda siap berdandan. Sabda geli sendiri mengucapkan nyonya Sabda untuk Fara. Tak di sangka ternyata ia sudah punya nyonya.
"Kalau kamu masih mau bengong aku pake taksi aja deh." Fara jengah melihat Sabda yang tak juga beranjak. Ia memilih pergi duluan meninggalkan kamar setelah mengambil tasnya.
Sabda segera berlari menyusul Fara. Wanita itu memang tidak sabaran.
"Nanti pulang mau di jemput gak?" tanya Sabda saat mereka sudah sampai di depan gedung kantor Fara.
"Gak usah deh, aku mau ke rumah Oma ambil mobil sekalian jemput Popo."
Sabda mengangguk, Sabda sudah tau siapa Popo. Popo adalah kucing abu-abu gembul kesayang Fara. Begitu sih, sesuai cerita Fara kemarin sebelum mereka tidur.
"Yaudah, kalau gitu. Aku turun. Makasih ya Mas suami."
Gerakan Fara membuka pintu mobil terhenti saat Sabda menahan pergelan tangan Fara.
"Pamit dulu sama suami." Ujar Sabda.
"Kan udah barusan."
"Cuma gitu?"
"Ya terus?"
"Cium tangan."
"Apaan sih, enggak mau." tolak Fara.
"Dosa nolak suami."
Fara tampak berfikir sejenak, lalu mengamit tangan lelaki itu.
"Udah kan!" seru Fara galak.
Sabda tersenyum penuh kemenangan setelahnya mengangguk, membuat Fara mencebikan bibir.
"Kerja yang bener yaa istri." pekik Sabda, sengaja agar semua karyawan yang baru datang ini memusatkan perhatiannya pada mereka berdua. Terlebih lagi pada bos mereka yang baru saja datang ini.
Fara hanya melemparkan senyum penuh paksaan, akibat ulah lelaki yang kini sudah mulai melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan kantor Fara.
Boleh tidak minta hilang saja dari pada di pandang penuh tanya begini?
🍁🍁🍁
Wkwk, malu banget gak sihh.. Sabda berani sekali kamu nak. Mamak salut 😂
Belum masuk konflik, nikmatin aja ke uwu an mereka dulu. Nanti pas masuk konflik jan pada kaget yaa kelen..
Makasih sudah mampir 😘
Salam sayang..
Emak Sabda dan Fara ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Location [Completed]
RomantizmBagi Fara menikah berarti belajar, belajar mencintai ia yang tak pernah di cinta, belajar menjadi yang terbaik, belajar bahwa semua tak lagi bisa ia lakukan sendiri. Bagi Sabda menikah berarti berlari, berlari meninggalkan masalalu, berlari dari sem...