Semakin di fikirkan justru semakin membuat Fara kesal, bagaimana tidak. Setiap hari ia harus melihat Jessica melenggang ke kantornya dengan beberapa pakaian yang sempat di nilai Melati kekecilan itu, di sertai lipstik merah merona, yang membuat tingkat kepercayaan diri Fara menurun hingga titik nol. Ini tak bisa lagi di biarkan, ia harus menyudahi ketidak nyamanan ini.
Fara bangkit dari duduknya, namun sebelum ia melangkah lebih jauh, pintu ruangannya di buka tanpa permisi. Menampilkan wajah manusia yang tak kelihatan batang hidungnya satu minggu ini, setelah terlibat perdebatan hebat dengannya.
"Gue mau ngomong!"
"Lo gak tau sopan santun!?"
Persetan sopan santun, Pandu justru mendekati Fara dengan pandangan yang tak terdefinisikan. Pria jangkung itu menatap Fara dalam, dengan jarak sedekat ini Fara bisa mendengar detak jantung serta deru nafas pria itu. Tanpa tendeng aling Pandu justru memeluk Fara dengan lancangnya. Fara yang tak terima berusaha memberontak meminta untuk di lepaskan.
"Lepasin gue! Lo ngapain sih?! Gila lo!"
"Please, don't leave me."
Setelah berusaha sekuat tenaga pelukan itu akhirnya terlepas, Fara yang masih marah menampar pipi Pandu.
"Gila lo!" teriak Fara penuh emosi.
Setelah mengelurkan kalimat itu Fara segera keluar dari ruangan itu, meninggalkan Pandu yang membeku atas semua yang terjadi. Tanpa mereka ketahui, ada seseorang yang memperhatikan mereka dari balik ruangan.
🍁🍁
"Nih minum, biar reda emosi lo." Melati menyerahkan sebotol air mineral pada Fara. Ia tau Fara pasti ke rooftop untuk menenangkan diri.
Setelah melihat bagaimana marah dan kecewanya Fara setelah keluar dari ruangannya, sesaat sebelumnya ia melihat Pandu yang berjalan cepat menuju ruangan Fara, Melati tau Pandu lah penyebabnya.
Fara menghembuskan nafas panjang, ia berharap semuanya bisa melebur disana.
"Cowok keparat itu kenapa sih?" dengusnya depresi.
"Kenapa yang ada di hidup gue complicated begini? Gak bisa apa hidup gue aman tentram aja." ujarnya sambil menengadahkan kepala ke atas, melihat awan yang mulai menggelap.
Melati mendengus, "Mana ada hidup yang gitu?"
"Kalau aja hidup itu mudah, kita gak mungkin nyebarin brosur sampai ke jalan."
Fara tertawa, benar juga. Jika hidup ini gampang ia tak akan mungkin mau panas-panasan menyebar brosur hingga ke jalan bersama dengan Melati demi membangun kantor dan jabatan yang kini di tempati keduanya, walaupun banyak campur tangan Oma. Tak menampik bahwa mereka merintis dari nol semuanya, hingga tiba di titik ini.
Handphone Fara berdering, menunjukkan wajah Sabda di layarnya yang justru membangkitkan jiwa jahil Melati.
"Moodbooster nelpon tuh."
Fara tersenyum seraya menjauhkan diri dari Melati.
"Bucin!"
Fara balasa dengan menjulurkan lidahnya mengejek Melati.
"Iya mas?"
"Nng.. Lagi apa?"
"Lagi kerjalah. Kenapa? Kamu tumben banget nelpon aku?"
Terdengar kekehan dari seberang, "Mau lunch bareng?"
"O..oke."
"Nanti aku jemput ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Location [Completed]
RomanceBagi Fara menikah berarti belajar, belajar mencintai ia yang tak pernah di cinta, belajar menjadi yang terbaik, belajar bahwa semua tak lagi bisa ia lakukan sendiri. Bagi Sabda menikah berarti berlari, berlari meninggalkan masalalu, berlari dari sem...