34

481 60 48
                                        

When she's not beside me

---

Sudah satu minggu berlalu sejak terakhir kali ia bertemu Yein. Sudah dua bulan lamanya pula ia menjalani kehidupan tanpa seorang istri. Rasanya hampa dan sepi. Setiap detik menjadi hal terberat baginya. Bangun tidur yang hanya dibangunkan alarm. Kembali pada rutinitas memasak ala kadarnya untuk diri sendiri, dan makan sendiri. Berangkat ke kantor, bekerja tanpa henti, pulang malam, dan kembali tidur. Hidupnya begitu monoton.

Tidak ada yang memberinya ciuman selamat pagi. Memasakkan untuknya dan terus berceloteh sepanjang sarapan, makan siang, maupun makan malam. Tidak ada yang menemaninya berbicara sebelum tidur. Bahkan tidak ada yang usil mengusiknya saat main game.

Jungkook begitu bosan. Jadwalnya untuk bertemu dengan Yein baru akan terjadi tiga minggu lagi. Jungkook tidak bisa sering-sering berkunjung untuk terbang ke Paris dalam keadaan seperti ini. Ugh, ia baru saja kalah tender. Dan jika tidak segera menggantinya dengan tender lain, Jungkook hanya akan membuat perusahaan keluarganya semakin merugi.

Yein juga semakin sibuk. Mereka tidak bisa saling menghubungi setiap saat seperti dua bulan lalu. Jungkook berusaha menghubungi Yein di hari minggu. Di Seoul sudah pukul 16.37 dan mungkin di Paris masih pukul 09.37 pagi. Dua kali panggilan tidak dijawab. Pria itu masih setia mencoba melakukan panggilan. Dia sudah mandi dan rapi serta menyiapkan secangkir teh hangat dan biskuit, untuk menemaninya berbincang dengan Yein.

Di panggilan keempat, wajah cantik istrinya muncul di depan layar macbook. Yein tampak segar dengan handuk besar melilit di kepala. Tersenyum manis seraya memundurkan letak macbook miliknya untuk menaruh semangkuk besar salad di meja.

"Selamat pagi," sapa Jungkook.

"Hai Kak, maaf aku baru selesai mandi. Aku terlambat bangun karena begadang mengerjakan tugas hingga malam. Maaf membuatmu menunggu lama," cerocosnya tanpa jeda. Wajahnya menampakkan raut bersalah.

Jungkook tersenyum mengerti. "Makanlah, kau pasti sangat lapar."

Yein mengangguk. Menyendok salad banyak-banyak ke dalam mulut hingga mengembung seraya mendengarkan Jungkook bercerita tentang hari-hari yang dilaluinya selama Yein tidak ada. Berkali-kali Yein tersenyum dan tertawa untuk menanggapi cerita suaminya. Jungkook jadi lebih banyak bicara dibandingkan dengan dulu. Komunikasi mereka berjalan dengan sangat lancar.

Tidak berapa lama, terdengar suara pintu dibuka. Dan suara seorang pria terdengar.

"Ini sudah kujilid semua, jadi jangan lupa untuk mempersiapkan presentasi kita. Besok kau harus bangun lebih pagi, dagingnya harus dimasak dulu sehingga waktu kita cukup untuk membuat hidangan lain."

"Siap kapten!"

Jungkook mengernyit tidak suka ketika Yein dengan senyum lebar mengangkat tangan dengan sikap hormat. Lalu selanjutnya, ia ditinggalkan begitu saja karena Yein terdengar asyik mengobrol tentang tugas kelompoknya bersama pria itu.

Dan satu fakta yang membuat Jungkook kesal adalah. Hei! Apa istrinya baru saja mengijinkan seorang pria asing keluar masuk kamar tidurnya begitu saja? Ya Tuhan, ini tidak bisa dipercaya!

Sepuluh menit kemudian, Yein kembali ke depan layar dengan senyum sumringah tanpa rasa bersalah. Membolak-balikkan tugas yang pria tadi kerjakan dengan sesekali terlihat takjub. Mengabaikan aura hitam yang menyelimuti wajah suaminya yang sejak tadi sudah ingin membombardirnya dengan pertanyaan.

"Wooah, hebat sekali. Dia membuat dua resep baru dalam semalam," gumam Yein pelan.

"Siapa itu?" tanya Jungkook datar, Yein belum menyadari perubahan nada suara suaminya karena masih sibuk memeriksa tugas tadi. Bahkan matanya tidak melihat ke arah Jungkook sama sekali.

Not Mine [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang