7

828 135 86
                                    

Jungkook mengusap wajahnya dengan satu tangan. Ia pulang larut malam ini. Sebenarnya tidak benar-benar pulang karena tempat yang ia tuju bukanlah rumahnya sendiri. Ini basecamp mereka. Kamar Jung Hoseok. Sudah pukul dua dinihari ketika ia melihat lampu di kamar Hoseok masih menyala. Jungkook mengintip sedikit. Tampak ketiga sahabatnya sedang berbicara dengan serius. Jungkook urung melangkah masuk. Ia hanya berdiri di depan pintu guna mendengarkan secara diam-diam pembicaraan mereka.

"Yein terlihat terlalu baik-baik saja dan aku malah merasa tidak tenang."

"Mungkin rasa sukanya pada Jungkook tidak sebesar itu," sahut Seokjin.

"Kupikir juga begitu pada awalnya. Tapi perasaanku mengatakan sebaliknya."

"Kau ingin dia menangis meraung-raung Jung Hoseok? Mungkin Yein mulai dewasa dan menyadari bahwa cinta tidak harus memiliki."

"Kenapa dia harus jatuh cinta pada Jungkook," erang Hoseok pelan. Takut membangunkan makhluk yang sedang bergelung di kasur hangat miliknya. Itu Yein.

Namjoon terkekeh pelan. "Memangnya hati bisa memilih? Kau itu lucu sekali."

"Yein itu tidak selemah yang kau pikir Jung Hoseok, jangan berpikiran yang aneh-aneh," gumam Seokjin menenangkan.

"Lagipula Yein dan Jungkook masih muda. Jalan mereka masih panjang. Siapa tahu saja di kemudian hari mereka bisa bersama," sambung Namjoon.

Hoseok mengambil napas berat. "Terima kasih ya sudah mau menemani Yein. Dan tidak membuatnya kesepian. Akhir-akhir ini dia terkadang melamun jika sedang sendiri."

"Yein kan adikku juga, mana mungkin kubiarkan dia terpuruk."

"Adik kita Kak," ralat Namjoon. Seokjin hanya berdecih tanpa mengiyakan.

"Kalau bisa aku akan adopsi Yein untuk jadi adikku sendiri."

"Woooaaa, untung saja tidak bisa," decak Namjoon kesal.

"Lalu si bodoh Jungkook itu sebenarnya kenapa? Beraninya dia menyia-nyiakan Yein-ku," desis Seokjin dengan tangan terkepal.

"Hati tidak bisa dipaksakan Kak Seokjin, apa kau lupa? Pada si Nona pintar baik hati yang telah mencampakkanmu begitu saja? " ucap Namjoon sedikit menyindir Seokjin yang sampai sekarang juga belum bisa melupakan cinta pertamanya. Kim Jisoo, gadis cantik yang saat ini tengah menempuh pendidikan di luar negeri. Dan juga sukses berkarir sebagai seorang designer di sana.

"Lebih dari ingat. Sudah jangan mulai membahasnya lagi!" ucap Seokjin datar.

"Kak Jieun juga baik, dia cantik dan berprestasi. Tidak ada yang salah dengannya. Dan bukan salah Jungkook juga jika sampai jatuh cinta padanya."

"Tapi aku lebih suka Jungkook dengan Yein," seru Seokjin keras kepala.

Namjoon dan Hoseok menggeleng kepala tidak habis pikir. Terkadang Seokjin memang tidak sesuai usianya. Ia masih merasa seumuran dengan Yein padahal tahun ini saja sudah menginjak seperempat abad.

"Ah aku mengantuk, kalian bisa menggunakan kamar Yein jika mau. Selamat malam semua," pamit Hoseok dengan kuapan lebar. Pria itu mengambil selimut dan berbaring di sisi kiri Yein. Sedangkan Seokjin menyusulnya dengan berbaring di sisi kanan. Namjoon memberengut. Oke, malam ini jatahnya tidur di sofa. Ia tidak suka tidur di kamar Yein.

"Selamat malam."

"Malam."

Sekali lagi, Jungkook yang berada di balik pintu kamar Hoseok mengusap wajahnya kasar. Napas beratnya menyusul kemudian. Jung Yein. Mengapa gadis itu harus menaruh rasa padanya? Setelah akhirnya bisa mendapatkan cinta si gadis pujaan, mengapa ia malah merasa bersalah pada Yein?

Not Mine [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang