"Apa harus sejauh itu?" tanya Jungkook tidak suka sambil membuang asal kertas pamflet yang diajukan sang istri padanya pada suatu malam.
"Kenapa? Bukankah kau juga sudah tahu? Aku sudah mengatakannya padamu sebelum kita menikah," jawab Yein enteng sembari memungut kembali pamflet yang tergeletak di kaki ranjang.
"Kupikir kau hanya akan mengambil kelas di Korea!"
"Tapi aku ingin ke Paris. Hanya satu tahun Kak," rengek Yein pada Jungkook yang duduk membelakanginya. Menarik ujung kemeja pria itu untuk melihat wajah suaminya yang selalu memalingkan muka saat berbicara.
"Satu tahun itu lama Jeon Yein! Kau tahu Paris sangat jauh? Hampir 12 jam. Dan aku tidak bisa ikut denganmu ke sana, kau paham?"
"Kakak tidak perlu khawatir. Aku ini pintar menjaga diri. Aku akan belajar dengan tekun dan giat agar bisa lulus kurang dari satu tahun."
"Tidak. Lagipula orang tua kita juga tidak akan setuju. Kita baru satu bulan menikah."
"Ayolah Kak, ijinkan aku. Janji tidak akan macam-macam," rayu Yein lagi. "Kak, aku tidak akan selingkuh. Kau tahu itu kan? Setiap hari kau bisa meneleponku, video call atau apapun. Kau bisa mengawasiku meskipun dari jauh."
Jungkook bergeming. Ia menyesal menyetujui keinginan Yein untuk kuliah jurusan perkulineran tanpa memberinya syarat apapun saat itu. Jungkook sangat mendukung Yein untuk memulai bisnis barunya bahkan dengan memulai semua dari awal. Tapi tidak dengan menuntut ilmu di negara lain. Bahkan berbeda benua. Ia tidak mungkin membiarkan Yein berkeliaran sendiri di negeri orang. Sedangkan untuk saat ini, Jungkook tidak bisa meninggalkan Korea sama sekali.
"Sebenarnya dari sebelum menikah, aku sudah mendaftar dan diterima. Dua minggu lagi kegiatan belajar sudah dimulai," gumam Yein pelan.
"Aku akan mengijinkanmu jika itu di Korea! Keputusanku final. Tidak ada bantahan!"
Bibir Yein mencebik. Pupus sudah harapannya untuk menimba ilmu di Paris. Bukan karena di Korea tidak bagus. Universitas itu bahkan membuka cabang di Korea. Tapi akan lebih menyenangkan jika belajar langsung di pusatnya bukan?
Yein memeluk Jungkook dari belakang. Jungkook sampai sekesal ini. Sejak menikah, bahkan mungkin selama mereka memutuskan bersama, tidak pernah sekalipun Jungkook bicara dengan nada setegas itu. Mungkin ini memang salahnya. Memberi tahu Jungkook saat perusahaan masih dalam masa krisis. Mungkin ia memang tidak pengertian. Seharusnya Yein tidak menambah beban pikiran suaminya itu.
"Baiklah. Jika kau bilang tidak, aku juga tidak akan lakukan. Di Korea sudah mulai lebih awal. Tidak apa-apa, aku akan ikut lagi tahun depan."
Jungkook mengembuskan napas berat. Mengusak rambut halus Yein yang menyandarkan kepala di bahunya. Lega karena kali ini, Yein menjadi gadis penurut.
Tapi ini sudah hari ketujuh, Jungkook melihat Yein tidak bersemangat. Selalu tidur lebih awal setiap ia pulang. Memasak di pagi hari saat dirinya belum bangun, dan akan pergi berbelanja jika Jungkook meminta sarapan bersama. Yein bahkan beralasan sedang datang bulan ketika kabut sudah membayangi mata setiap ia pulang ke rumah untuk makan siang. Entah itu benar atau tidak. Padahal Yein baru mendapat periodenya dua minggu yang lalu. Ketika Jungkook dengan sengaja menanyakan, Yein selalu menjawab jika ia mengalami stress jadi siklusnya berantakan. Lalu suatu hari Jungkook mengintip persediaan pembalut istrinya itu di lemari. Dan ternyata sudah habis. Tidak ada persediaan sama sekali.
Sudah jelas. Dan sudah dapat dipastikan jika Yein merajuk. Yang seperti itu masih mengatakan tidak apa-apa?
Maka di sinilah Jungkook berada. Mengumpulkan semua anak Bangtan untuk meminta saran. Tapi bukannya diberi saran yang bagus, Taehyung, Seokjin, dan Jimin malah puas menertawai.
"Baru menikah satu bulan sudah tidak diberi jatah, Hahahaha. Kesialan apalagi yang akan kau alami Jeon Jungkook."
Itu suara Kim Seokjin.
"Yein memang hebat. Bisa membuatmu sefrustasi ini. Kalau Yein sih aku percaya bisa bertahan sampai kau menuruti kemauannya. Tapi kau? Hahahaaha sepertinya dalam satu bulan kau akan mati kekeringan."
"Hahahha kau benar. Miliknya semakin lama akan semakin mengecil jika itu terus terjadi."
Kali ini Park Jimin bersahutan dengan Kim Taehyung. Bertepuk tangan salut, sambil memukul kursi terpingkal.
Mati kekeringan dia bilang? Berlebihan sekali. Semakin mengecil? Ya Tuhan, saat pembagian otak berlangsung, kenapa yang dua ini mendapat antrian terakhir?
"Jangan-jangan ini saranmu?" lirik Jungkook curiga. Bukankah Yein lebih sering bercerita pada Jimin?
"Hei jangan asal menuduh!" seru Jimin tidak terima tapi masih sibuk tertawa. Seharusnya ia hanya meminta saran pada Hoseok, Namjoon, dan Suga saja tadi.
"Sudah sudah, jangan menggodanya. Dia hanya tidak mau berpisah dari istri yang begitu dia cintai. Bukan begitu Jungkook," goda Namjoon dengan senyum penuh arti. Jungkook memutar bola mata semakin kesal.
"Kak Hoseok, bagaimana? Kau juga setuju denganku kan? Yein tidak harus pergi sejauh itu hanya untuk belajar memasak."
Hoseok mengangguk setuju. Tapi mengingat bagaimana nekatnya Yein, jika keadaan ini terus berlangsung ia tidak yakin, rumah tangga keduanya akan baik-baik saja.
"Kau tahu sendiri istrimu seperti apa Jungkook, meskipun aku juga khawatir jika dia tinggal sendirian lagi, tapi kupikir keadaannya tidak akan sama seperti saat dia belum mendapatkanmu."
"Itu benar. Saat itu Yein menghindari kita semua karena tidak mau kita melihatnya bersedih, tapi jika sumber kebahagiaan sudah menjadi miliknya, dia tidak akan bersikap sembrono lagi. Dia sangat tekun bukan, dia akan rajin belajar. Aku yakin itu," sambung Suga bijak.
"Jadi, aku harus membiarkannya pergi?" gumam Jungkook tidak rela.
"Tentu saja, berikan apa yang dia mau, maka kesejahteraanmu terjamin, ck," seru Seokjin sambil mengedipkan sebelah mata.
"Lagipula seminggu sekali kau bisa terbang ke sana untuk bertemu. Dua hari kurasa sudah cukup jika kalian melakukannya seharian. Aku akan memberimu obat dengan cuma-cuma jika ingin durasi lebih lama."
"Kim Taehyung, hentikan ocehan vulgarmu sekarang juga! Kau membuatku sebal saja," seru Suga.
"Aku lagi yang disalahkan? Jimin juga begitu!" tunjuk Taehyung karena hanya dirinya yang ditegur.
"Jungkook-ah, tidak perlu mengikatnya terlalu erat. Kalian hanya harus saling percaya untuk membuat semuanya baik-baik saja. Seharusnya kau bisa belajar pada pengalaman masa lalumu."
Pernyataan penutup dari Namjoon tadi membawa Jungkook pada satu kesimpulan.
Yah sepertinya ia memang harus pasrah menjalani LDR selama setahun.
Jeon_JK
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❤ Oooongseungwu, Kang.Dan, Yugyeom.Kim, and 108.366like
Jeon_JK Why you look at me like that? So upset huh?