3

984 136 25
                                    

"KAKAK SAKIT!" jerit Yein saat telinga kanannya ditarik ke atas oleh Jung Hoseok. Jungkook yang duduk di sofa ruang tamu kediaman keluarga Jung tampak tertawa mengejek. Ya ia mengadukan sikap Yein tadi di Sekolah. Hanya Hoseok yang akan bertindak adil untuk menangani sikap nakal adiknya. Karena dua yang lain –Taehyung dan Jimin, memang tidak bisa diharapkan.

"Kau ini ya, sudah berapa kali Kakak bilang, jangan main hakim sendiri!"

"Lalu aku harus apa? Menunggu wajah tampan Kak Jungkook jadi bahan jual beli antar siswa begitu? Aku tidak rela Kak!" seru Yein sambil memegang tangan Hoseok yang masih setia bertengger di telinganya. Rasanya sakit tahu!

"Dengar itu Jeon Jungkook? Adikku sudah gila. Kau jangan mau dengannya." Hoseok mengempaskan tubuhnya di sofa sebelah Jungkook. Yein masih meringis kesakitan.

Jungkook berdehem pelan. Gila? Itu sudah pasti karenanya. Dan Jungkook juga tidak mau ikut gila jika harus berpasangan dengan Yein.

"Maaf ya, dia pasti membuatmu malu," gumam Hoseok dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat.

"Setiap hari juga begitu Kak," sahut Jungkook enteng.

Kedua mata Yein menyipit. Kakaknya sendiri menjatuhkan harga dirinya di depan pria yang Yein sukai. Kakak macam apa itu?

Lagipula pria bernama Jeon Jungkook itu benar-benar tidak punya hati. Setelah menolak Yein mentah-mentah ia masih saja bertahan dengan sikap anti-Yein nya. Setidaknya melembutlah sedikit. Menampakkan rasa bersalah misalnya.

"Buatkan minum untuk Jungkook sana!" titah Hoseok. Yein berdiri dengan sigap.

"Minum apa Kak?" tanya Yein antusias.

"Seperti biasa saja."

"Oke."

"Tidak ada makanan di rumah, belikan cemilan juga!"

"Iya cerewet!" sungut Yein sambil berjalan menjauh.

Hoseok mengintip Yein yang sudah menghilang ke arah dapur. Ia memang sengaja mengusir Yein dari sana karena ingin berbicara berdua saja dengan Jungkook.

"Bagaimana kencan kemarin?" bisik Hoseok.

Jungkook tersenyum hambar. "Aku sudah katakan semuanya pada Yein. Maaf ya Kak, tidak bisa membalas perasaan adikmu."

Hoseok mengangguk mengerti. Ditepuknya bahu Jungkook pelan. Ia tahu Jungkook merasa tidak enak hati karena telah menolak Yein. "Untuk apa minta maaf? Perasaan memang tidak bisa dipaksakan."

"Apa dia mengatakan sesuatu padamu?"

"Kau khawatir dia akan bunuh diri?" canda Hoseok sambil tertawa pelan. "Kupikir semua berjalan lancar. Dia pulang masih dengan senyum ceria yang sama ketika meninggalkan rumah."

Jungkook menarik napas pelan. Ketika Jungkook jujur pada Yein, saat itu gadis itu juga hanya terdiam sebentar. Mendengar perkataannya baik-baik, lalu menampilkan senyum maklum.

"Yein bukan orang yang mudah putus asa 'kan? Sepertinya penolakanku tidak berpengaruh apapun untuknya."

Hoseok kembali terkekeh geli. "Itu terdengar seperti desah putus asa Jeon Jungkook."

"Apa dia tidak akan menyerah?"

"Kenapa tidak kau tanyakan saja padanya?"

Jungkook menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Matanya terpejam.

"Jangan jadikan Yein sebagai beban. Kau bisa mengejar Lee Jieun tanpa harus memikirkan Yein lagi. Kau sudah jujur padanya dan dia pasti menghargai hal itu."

Not Mine [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang