23

969 108 95
                                        

Haiiiiii apa kabar semua?? Long time no see...Aaaakh aku kangen cerita ini...

Yah untuk comeback kali ini memang cukup lama ya? Berapa bulan sih? Wkwk...

Abisnya aku butuh waktu untuk membangkitkan semangatku ketika malah ide-ide baru terus bermunculan di otak. Sedangkan kemampuan mengetik di hape sangat minim. Jariku cepet pegel bahkan cuma buat ngetik satu paragraf.

Tapi aku udah berusaha, meskipun dalam sehari cuma dapet beberapa kalimat. Jadi jangan banyak-banyak protes, hehehe..

Laptop dalam masa perbaikan dan semoga pas dia udah bener, moodku juga makin bener.

Makasih buat udah nanyain dan nunggu-nunggu kapan update...
Makasih udah mau sabar dan masih setia ngikutin cerita ini...

Ya udah tak perlu banyak kata, silahkan nikmati CB ku kali ini...
Abis ini jangan tanya dulu kapan update hehehe...tar klo ada pasti langsung dah nggak nunggu lama...

***

Malam semakin larut. Keduanya betah berdiam diri. Jung Yein menumpukan kepalanya di atas lutut yang tertekuk. Menatap jauh ke arah laut lepas yang tidak lagi menampakkan semburat orange favoritnya. Duduk di atas pasir tanpa alas, Jungkook bahkan sudah membaringkan tubuh. Dengan kedua tangan menopang kepala. Dan wajah yang menengadah menatap langit malam yang dihiasi ribuan bintang gemerlapan. Jangan lupakan bulan yang selalu setia hadir, jika bintang ada di sana.

"Mau sampai kapan kita di sini?" tanya Jungkook memecah keheningan.

"Kenapa? Kakak bosan?" tanya Yein kembali tanpa menolehkan kepala.

"Tidak," jawab Jungkook singkat. "Tapi ada baiknya jika kita pindah ke ruangan yang lebih hangat. Sepertinya suhu di sini semakin menurun."

"Benarkah?" tanya Yein datar. Diambilnya minuman kemasan rasa jeruk yang Jungkook belikan satu jam lalu sebagai teman mengobrol. Diteguknya dua kali untuk membasahi kerongkongannya yang terasa kering. Lalu kembali pada posisi semula.

"Kau tidak merasa kedinginan?" heran Jungkook.

Ia hampir saja menggigil saat angin baru saja berembus. Kemeja lengan panjangnya bahkan tidak mampu melindunginya dari hawa dingin ini. Apalagi dengan Yein yang hanya mengenakan dress lengan pendek dengan bahu sedikit terbuka.

Yein menggeleng pelan. Menyugar rambut panjangnya ke belakang, kemudian menoleh saat Jungkook mendudukkan diri dan mendekat ke arahnya. Jemari lentiknya terambil kemudian tergenggam oleh sepasang tangan besar yang lain.

"Dengan telapak tangan sedingin ini, kau masih saja berbohong?"

Jung Yein tersenyum setelah beberapa saat terpaku. "Kakak tidak merasa jika aku sedang meminta sesuatu?"

Dahi Jungkook mengernyit. Bisakah pertanyaannya dijawab saja tanpa harus berbelit dengan pertanyaan lain?

"Kau minta pelukan?" tebak Jungkook ragu.

Yein mengangguk antusias.

Jungkook menggeleng tidak percaya. "Dasar kau ya," namun tidak lama berselang, ia terkekeh seraya merentangkan tangan. "Baiklah Baby Jung, kemari! Come to Papa,"
Tergelak atas joke's yang Jungkook lontarkan, nyatanya Jung Yein tidak menyambut pelukan pria itu.

Bergeser dengan sengaja, gadis itu bergidik. Jari telunjuknya mendorong otot lengan Jungkook jauh-jauh.

"Menjijikkan. Kakak terdengar seperti pedofil.. Hahahaha.."

Not Mine [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang