Malam ini Yein tampak asyik memainkan drum milik Suga di studio pribadi milik pria itu. Sementara si empunya sedang sibuk memetik gitar untuk mencari nada yang pas dalam mengisi lirik lagu terbarunya. Suga adalah salah satu anak Bangtan yang kemampuan bermusiknya di atas rata-rata. Ia punya band di kampus, dengan lagu yang sering diciptakannya sendiri. Band-nya cukup terkenal. Namjoon termasuk tergabung di dalamnya. Ia rapper yang handal.
"Hai Yein!" sapa seorang gadis cantik yang baru saja memasuki studio Suga sambil membawa kotak bekal yang di bawanya dari rumah. Ia meletakkan makanan itu di meja lalu menghadiahi Suga dengan pelukan hangat dari belakang.
"Hai, sayang maaf aku terlambat."
Suga tersenyum seraya mengangguk singkat. "Yang penting kau selamat dan sekarang berada di sini bersamaku."
Pipi seorang Yoo Jiae otomatis memerah. Membalas Suga dengan pelukan yang lebih erat. Jung Yein tersenyum melihatnya. Pasangan paling romantis itu membuatnya iri saja. Kapan Yein bisa merasakan yang seperti itu juga?
"Kak Jiae bawa apa? Kelihatannya enak sekali." Yein tanpa permisi ataupun perlu dipersilahkan membuka kotak bekal yang Jiae bawa. Tidak perlu sungkan karena Jiae juga sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri. Jiae ini terkenal pintar memasak. Suga tidak pernah kelaparan karena setiap hari bisa menyantap masakan enak nan gratis. Beruntungnya manusia salju itu jika benar berjodoh dengan si peri imut Yoo Jiae.
"Memangnya masakan Jiae-ku pernah ada yang tidak enak?"
Yein menggembungkan pipi saat Suga menatapnya datar.
"Kak Jiae, carilah pacar baru. Kupikir kau akan tersiksa jika terus menerus bersamanya."
"Hei bocah. Bicara sekali lagi, tamat riwayatmu," balas Suga tetap dengan nada datar.
Jiae hanya terkekeh pelan. Yein meninju lengan Suga berkali-kali.
"Sebelum itu terjadi, Kakak yang akan tamat duluan!"
"YAAAK BERHENTI ITU SAKIT!" teriak Suga. "Ya Tuhan, kecil-kecil tenagamu besar juga. Kau semakin mirip Jungkook," gerutunya kemudian.
Mendengar nama itu disebut, mood Yein menyerang Suga hilang seketika. Ia tersenyum kecut. "Mana ada? Aku sama sekali tidak mirip Kak Jungkook."
"Ya kau mirip. Bahkan wajah kalian saja sama."
Yein mengangkat kedua alis. Keningnya berkerut sejenak. "Eoh kalau seperti itu bisa saja kami jodoh 'kan? Kata orang, kalau jodoh itu mirip," seru Yein sambil mengedip-ngedipkan kedua matanya genit dengan kedua tangan bertaut. Lelaki itu hanya berdecih pelan tanpa jawaban.
"Kenapa Yein sangat menyukai Jungkook?" tanya Jiae dengan senyum lembut. Ia menghampiri Yein saat gadis itu mengempaskan tubuhnya ke sandaran sofa setelah aksi aegyo yang dilakukannya pada Suga sama sekali tidak mendapat respon.
"Tidak tahu," jawab Yein jujur. "Aku hanya merasa luar biasa senang saat melihatnya, mendengar suaranya, menyebut namanya. Bahkan ketika dia tidak ada di sini Kak."
"Meskipun dia tidak merasakan hal yang sama seperti yang kau rasakan?" Jiae berusaha sedikit demi sedikit membuka pikiran Yein.
Yein mengangguk mantap. "Jika aku senang dengannya, belum tentu dia senang denganku. Hatiku milik Kak Jungkook sepenuhnya. Tapi aku tidak bisa memaksakan hatinya untuk menjadi milikku juga kan Kak?"
Suga maupun Jiae tersenyum mendengar jawaban Yein. "Jung Yein yang cengeng dan tidak pernah mau kalah ini sudah dewasa sekarang."
"Jadi selama ini kalian selalu menganggapku anak kecil? Aku sudah hampir 17 tahun, dan bahkan tinggiku sudah hampir menyusul Kak Suga!" gerutu Yein.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Mine [√]
FanfictionKami sedekat nadi, kami bersama, kami saling berbagi, kami saling menyayangi, Tapi Dia...bukan milikku