Sosok itu muncul di depan matanya begitu Yein membuka pintu apartemen tanpa minat. Pria yang tampak tersenyum lega dan dengan tanpa aba-aba memeluknya dengan erat. Beberapa saat Yein masih berdiri tanpa membalas pelukan itu sampai kemudian ia sadar dengan siapa ia berhadapan. Ini adalah pria yang secara teknis sedang ia khianati perasaannya. Maka dengan segera ia lingkarkan kedua tangannya melingkupi tubuh pria itu juga.
"Syukurlah kau baik-baik saja. Aku khawatir karena sejak kemarin siang ponselmu tidak bisa dihubungi."
Mereka berdua mengurai pelukan. Senyum tipis tertampil kala jemari besar itu menangkup wajah Yein dengan lembut. Ini sudah malam. Dan Yein yakin begitu jam pulang kantor berbunyi, pria ini segera berlari untuk mencarinya kemari.
Ah ponsel. Dimana benda itu ia letakkan?
"Tidak perlu khawatir Kak, ponselku hanya kehabisan daya dan sialnya aku lupa tidak membawa charger," dusta Yein yang memberi isyarat pada kekasihnya untuk duduk sementara ia menutup pintu.
"Lalu kau bisa meminjam ponsel seseorang setidaknya untuk memberi kabar padaku." Yugyeom mengambil napas sejenak. Melonggarkan dasi yang terasa mencekik dan mencoba berbicara dengan intonasi yang tidak meninggi. "Kau bisa minta Jungkook atau Mingyu untuk mengabariku."
Yein tidak bisa berkutik. Ia ingat dengan mulut besar pria berkulit kecoklatan itu. Sudah pasti Kim Mingyu orangnya. Karena Jungkook bahkan menyembunyikan pertemuan mereka dengan tunangannya sendiri.
"Bisa-bisanya kalian pergi bersenang-senang tanpa mengajakku," gumamnya dengan senyum dipaksakan. Yein berjalan mendekat. Duduk di samping pria itu lalu bergelayut di lengannya.
"Tapi aku tidak pergi untuk bersenang-senang," jawab Yein pelan.
Yugyeom melirik kekasihnya dengan kernyit bingung. Ia jelas melihat senyum bahagia terpancar di wajah kedua orang yang sudah menjadi separuh hidupnya itu.
"Lalu untuk apa?" tanyanya meminta penjelasan. Matanya menatap manik mata sendu milik Yein.
"Menghibur Kak Jungkook."
Kernyitan itu semakin dalam. "Ada apa dengannya?"
"Kak Jieun menolak kencan yang telah Kak Jungkook persiapkan susah payah karena harus pergi bekerja. Kami tidak sengaja bertemu dan kulihat dia begitu menyedihkan." Yein melirik ke arah CCTV sekilas, menggenggam jemari Yugyeom dan menciptakan kebohongannya lagi. "Kak Jungkook mengajakku pergi. Karena tidak tega, aku tidak bisa menolak. Kak Jungkook benar-benar terlihat sangat sedih."
Sebenarnya tidak sepenuhnya kebohongan, karena Yein saja yang tidak tahu bahwa hal yang dia katakan sebenarnya memang benar-benar terjadi.
"Mereka bertengkar?" tanyanya berubah simpati. Melupakan kekecewaan yang sempat hinggap karena mengetahui kepergian Yein bersama Jungkook hanya dari foto yang diunggah Kim Mingyu di akun instagramnya. Tidak, ia tidak cemburu. Yugyeom bukan type pria pencemburu. Karena ia sangat mempercayai Yein. Ketika Yein mengatakan bahwa Jungkook adalah seseorang yang penting di hidupnya saat acara pertunangan pria itu berlangsung, tentu ia tidak akan ragu lagi. Anak Bangtan memang bagian terpenting di hidup Yein.
Yein mengangkat bahu. "Sepertinya begitu."
"Seharusnya dia sudah kebal dengan hal itu," respon Yugyeom seolah kesedihan Jungkook sudah menjadi hal biasa baginya.
"Mereka sering bertengkar?" tanya Yein tertarik.
"Aku tidak terlalu suka mencampuri urusan pribadi Jungkook karena dia termasuk orang yang tertutup. Tapi yah, sekali dua kali aku pernah mendengarnya mengeluh meski tidak diungkapkan secara langsung."
![](https://img.wattpad.com/cover/136453826-288-k760260.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Mine [√]
FanfictionKami sedekat nadi, kami bersama, kami saling berbagi, kami saling menyayangi, Tapi Dia...bukan milikku