Secangkir teh hijau tersorong lembut dari jemari lentik seorang gadis bertubuh jangkung dengan rambut panjang tergerai. Yein menerimanya dengan senang hati. Asap panas masih mengepul dengan wangi khas yang menenangkan.
"Setelah sekian lama, akhirnya kita bisa bertemu." Son Eunseo menjatuhkan pantatnya pada kursi empuk yang berada di samping ruang kerja sang Kakak. Sedikit menghirup aroma teh hijau sebelum kemudian meneguknya pelan. "Coba kalau aku tidak memaksa. Mungkin sampai aku mati kau juga tidak akan menampakkan diri."
"Itu terlalu berlebihan. Serindu itukah kau padaku?" respon Yein dengan senyum tipis.
Eunseo memutar bola matanya malas. "Rindu setengah mati," jawabnya sinis yang hanya mendapat kekehan pelan dari Yein. Ia memperhatikan beberapa karyawan yang sedang sibuk mempersiapkan beberapa gaun pengantin dari kaca bening di samping kirinya.
"Gaunnya indah," celetuk Yein sambil menunjuk salah satu gaun yang telah di pajang. Eunseo mengikuti arah telunjuk Yein lalu kemudian tersenyum dengan bangga.
"Itu khusus dibuat Kak Naeun untukku."
Kedua alis Yein menyatu. "Kau akan menikah?" tanyanya tidak percaya.
Eunseo tersenyum penuh arti. "Itulah mengapa kau harus berada di sini sekarang. Kau harus menjadi salah satu bridesmaidku."
"Maaf sepertinya aku sibuk," ucap Yein dengan tatapan jahil.
"Sibuk lari dari kenyataan?" balas Eunseo tidak mau kalah. Raut wajah Yein berubah keruh. Memainkan bibir cangkir dengan jarinya sambil sesekali menggigit bibir pelan.
Eunseo yang menyadari hal itu segera menggenggam jemari Yein erat. "Jangan bilang kau masih menyimpan perasaan pada pria itu!"
Yein berdecak dengan perubahan ekspresi yang begitu cepat. Ia terkikik geli. Seolah yang dikatakan Eunseo adalah sesuatu yang lucu baginya.
"Tidak Son Eunseo. Tentu saja tidak."
"Aku akan sangat senang jika memang begitu."
"Hei kau pikir aku hidup hanya untuknya? Aku juga punya kekasih," seru Yein yang melihat sorot curiga di mata Eunseo. Diambilnya biskuit gandum yang Eunseo suguhkan, dan digigitnya sedikit di ujung untuk mencicipi. Karena rasanya enak, Yein tidak perlu gigitan kedua untuk menghabiskan satu biskuit itu karena ia sudah melahapnya sekaligus.
Sahabat Yein semasa SMA itu hanya menggeleng pelan. "Syukurlah kalau otakmu masih waras."
Yein masih sibuk mengunyah sambil memasukkan beberapa biskuit lagi ke dalam mulutnya. "Mana calon suamimu? Kesialan apa yang dideritanya sampai harus berakhir hidup denganmu."
Eunseo melempar satu biskuit ke arah Yein yang berhasil ditangkap oleh gadis itu. Diambilnya ponsel yang tergeletak di atas meja dan dengan segera mencari foto sang calon suami.
"Lihat ini!" tunjuk Eunseo pada sosok pemuda berambut pirang yang tengah tersenyum sambil memamerkan gigi gingsulnya. "Namanya James. Keturunan Kanada-Jepang. Anak tunggal dengan usaha industri perakitan mobil di Jerman. "
"Tidak kusangka kau akan memilih orang barat. Seleramu berubah," ucap Yein takjub. Diraihnya ponsel Eunseo untuk memperbesar foto calon suami sahabatnya itu.
"Bukankah dia sangat tampan?" seru Eunseo dengan kedua alis naik turun.
Yein mengacungkan kedua jempol dengan salut. "Tangkapan besar Son Eunseo. Hebat! Kau tidak melupakan apa yang kuajarkan padamu dulu."
"Eeeyy tidak usah mengaku-ngaku," cibir Eunseo dengan decih meremehkan. "Jelas-jelas yang kau lakukan hanya mengejar satu pria yang bahkan tidak memandangmu sebagai seorang wanita."

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Mine [√]
FanfictionKami sedekat nadi, kami bersama, kami saling berbagi, kami saling menyayangi, Tapi Dia...bukan milikku