Tepat pukul 8 pagi, sebuah pesawat internasional landing ke salah satu bandara internasional yang ada di Indonesia. Salah satu penumpangnya adalah seorang anak muda dengan pakaian casual nya. Dengan senyum bahagia dia akhirnya menginjakkan kaki di negara kelahirannya ini.
Setelah memesan taksi, pemuda itu langsung menuju hotel yang ada di sana. Tangannya terus memainkan ponselnya. Melihat akun instagram nya yang sudah sekian lama tak pernah terbuka. Dia kembali mengaktifkannya tepat hari ini.
Perjalanan ke hotel memakan waktu sekitar 30 menit, akhirnya sampai di hotel yang dia maksud. Pemuda itu langsung cek in dan resepsionis langsung memberikan kunci kamarnya.
"304" gumamnya.
Dia berjalan mencari kamarnya. Tapi, tiba-tiba dia berhenti karena seseorang memanggilnya.
"Maaf pak Triaga!"
Pemuda yang dimaksud pun langsung berbalik. "Dompet nya jatuh," ucap salah satu pria yang mengenakan rompi khas hotel tersebut.
"Oh iya, Thank you."
Aga langsung menuju kamarnya. Hari ini adalah hari pertama dia menginjakkan kaki ke Indonesia setelah 10 tahun meninggalkan Indonesia. Setahun setelah Aga kuliah di London, dia mendapat kabar bahwa kedua orang tuanya kecelakaan. Hal itu membuat Aga terpaksa kehilangan dua orang yang dia sayang.
9 tahun yang lalu...
"Tepat pada pukul delapan malam, sebuah mobil truk yang memiliki rem blong menambrak mobil sedan yang sedang melewati perempatan jalan. Dua orang yang ada di dalam mobil tersebut tak sadarkan diri. Saat ini korban kecelakaan telah dibawa ke rumah sakit sementara pelaku sedang diamankan oleh pihak kepolisia—"
Suara gadis pembaca berita terkini mengisi seluruh ruangan. Ian yang melihat berita itu terdiam saat melihat plat mobil yang mengalami kecelakaan itu. Tiba-tiba saja jantungnya seperti berhenti berdetak. Nafasnya mendadak sesak, matanya berlinang air yang akan membasahi kedua pipinya. Ia tak bisa lagi berkata satu katapun. Di sampingnya, ada ibu yang juga tak bisa mengekspresikan keadaan yang terjadi.
Ian memanggil ayah dan memaksa untuk pergi ke rumah sakit. Tak ada penolakan, ayah langsung mengambil kunci mobil dan mereka pun pergi ke rumah sakit.
Sampai di rumah sakit, Ian langsung mencari keberadaan orang tua dari sahabat nya itu. Perawat langsung memberitahukan bahwa pasien sedang berada di ruang Instalasi Gawat Darurat. Mereka pun bergegas ke ruangan yang dimaksud suster tersebut.
Hampir sejam mereka menunggu, akhirnya dokter keluar dengan keadaan sedikkt kewalahan. Melihat dokter keluar IGD, Ian langsung berdiri dan menanyakan keadaan mereka.
"Dok, gimana keadaan mereka?"
Sebelum mengucapkan hal yang terjadi, dokter tersebut memegang kedua pundak Ian. Ia menatap matanya yang kini sedang diselimuti kesedihan, penasaran semuanya menjadi satu.
"Mungkin Tuhan lebih sayang mereka, Tuhan tak ingin mereka merasakan sakit yang berkepanjangan," ucap dokter tersebut membuat Ian tidak paham maksudnya.
"Maksudnya apa dok?!" suara Ian sedikit meningkat.
"Maafkan saya, saya tidak bisa menyelamatkan mereka," ucap dokter itu dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.
"Enggak dok, pasti bisa, ayo usaha dulu lagi," rengek Ian memaksa dokter masuk ke dalam ruang IGD.
Ian tak bisa menahan tangisnya. Dia akan sangat sedih jika melihat Aga menangis karena kepergian orang tuanya. Dia tak sanggup melihat anak itu menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ian & Aga [end]
Teen FictionTentang sebuah rasa yang sulit diungkapkan. Juga tentang kerinduan yang tak kunjung tersampaikan. Copyright © 2020