Tiga bulan setelah kepergian Ian, Aga semakin tidak ada tau arah. Urusan perusahaan pun kini sedikit tidak terurus. Karyawannya sedikit kewalahan menghadapi masalah-masalah yang sama sekali Aga tak sentuh. Mereka tak berani untuk bertanya ke Aga. Yang mereka lihat, Aga sudah seperti tak punya semangat hidup lagi.
Dengan senyum bahagia, Ara masuk ke dalam ruangan Aga. Dia membawakan sesuatu dan langsung meletakkannya di atas meja Aga.
"Hi! Lagi ngapain sih?" tanya Ara.
Aga sama sekali tak menggubris gadis itu. Matanya terus menatap ke luar jendela. Semangatnya untuk hidup pun sudah tak ada lagi. Baginya, keberadaan Ian adalah semangatnya paling berharga. Ian sudah menjadi orang paling penting dalam hidupnya.
"Hey!" panggil Ara sekali lagi.
Aga hanga meliriknya sinis lalu kembali membuang pandangannya. Bibir Aga terlihat pecah-pecah. Wajahnya juga terlihat sedikit pucat. Aga seperti tidak terawat saat ini.
Selama sebulan, Aga hanya terus memikirkan Ian. Ia bahkan hampir tiap hari bermimpi bahwa Ian sudah kembali dan menjumpainya. Tapi sayangnya, semua itu hanya khayalan dan mimpi semata.
Ian benar-benar menghilang. Aga juga sudah melihat akun instagram pria itu. Bahkan semua postingannya pun dihapus. Kini akun itu hanya akun kosong yang tak pernah update sama sekali.
"Ini aku bawain makanan, dimakan ya, kamu udah 2 hari loh gak makan apa-apa, nanti kamu sakit," ucap Ara.
Lagi-lagi Aga hanya melirik gadis itu kemudian kembali membuang pandangannya.
"Kamu kenapa? Ian lagi? kamu kapan sih bisa berhenti mikirin dia? dia aja gak peduli sama kamu!"
Kini bukan lirikan lagi yang Ara dapatkan. Tatapan tajam Aga sudah terkunci di mata Ara. Yang ditatap pun mulai ketakutan. Tatapan Aga kali ini sangat menakutkan. Kantong mata dan mata merahnya membuat Aga terlihat lebih seram dari biasanya.
"Keluar," ucap Aga dengan nada yang sedikit lembut.
"Kamu tuh ya, tujuannya selalu Ian, Ian, Ian!! apasih spesialnya dia? dia tuh cuma bisa morotin kamu doang! manfaatin kamu, dia tuh ular! Kamu gak lihat dia perlakukan akau kayak apa waktu malam di pesta ulang tahun kamu? dia bahkan mah bunuh aku!"
BRAK!!!!
Aga memukul meja dengan sangat keras. Rahangnya kini mengeras. Urat-urat di tangannya pun mulai terlihat. Ia menatap Ara dengan tatapan yang seolah-olah ingin memakan Ara hidup-hidup.
"Keluar!" Aga menunjuk pintu ruangannya. Tatapannya kini benar-benar sangat menyeramkan.
"Kamu makan dulu!" paksa Ara.
Aga dengan cepat mengambil makanan yang ada di atas mejanya kemudian melemparkannya hingga makanan itu berserakan di lantai.
"Aku gak butuh makanan sampah itu!"
Ara dengan sakit hati melihat makanan yang ia masak sendiri itu berserakan di lantai. Ia sengaja belajar memasak untuk Aga, tapi, pria itu sama sekali tak menghargainya.
"KELUAR!" Kini suara Aga sudah mengeras mengisi seluruh ruangan. Wajah Aga memerah. Ia sudah mulai geram dengan sifat gadis yang di hadapannya itu.
"AGA!" bentak Ara lagi. "Buat apa kamu mikirin Ian? dia gak peduli sama kamu, yang peduli sama kamu itu cuma aku, ian itu—"
Ucapan Ara terhenti karena suara pecahan kaca. Baru saja Aga melempar papan namanya yang terbuat dari kaca ke lantai.
"Sekali lagi kamu jelek-jelekin Ian, aku gak segan-segan merobek kulitmu di sini!" ancam Aga. Tangannya kembali mengarah ke pintu. "Keluar!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ian & Aga [end]
Teen FictionTentang sebuah rasa yang sulit diungkapkan. Juga tentang kerinduan yang tak kunjung tersampaikan. Copyright © 2020