Sebelum ulang tahun Ian ke 16 tahun.
Aga duduk di tribun, menunggu pria nyusahin yang sedang latihan basket. Sekitar 30 menit Ian masih belum selesai latihan. Pria itu masih asik men-dribbling bola kemudian melempar ke teman satu tim nya. Minggu depan, sekolah mereka akan bertanding melawan sekolah lain. Untuk itu, Pak Jordan menambah jadwal latihan mereka yang awalnya seminggu sekali jadi seminggu tiga kali. Hal ini membuat Ian selaku merasa capek untuk melakukan aktivitas lain.
Setelah sekitar 10 menit dari waktu yang sudah lewat, Ian berlari kecil menghampiri Aga yang sudah sangat bosan menunggunya. Sahabatnya itu sudah memasanga muka jutek dan bersiap ingin menerkam.
"Capek ya? sama, gue juga," ucap Ian sambil dibarengi dengan tawa.
"Masih lama? kalo masih lama gue balik nih? gabut banget gue nunggu lo latihan!" ketus Aga.
"Udah selesai kok, tapi bentar, pak Jordan masih mau ngasih notifikasi," balas Ian sembari mengusap wajahnya yang penuh keringat dengan handuk kecil yang ada di atas tasnya.
"Notifikasi pala lu! yaudah buru! gue laper!"
Ian terkekeh kemudian langsung kembali ke lapangan.
Sekitar 5 menit pak Jordan memberikan arahan, Ian balik ke Aga dengan wajah yang aneh. Pria ith mendadak cemberut dan sedikit menyeramkan. Sejak tadi memang Aga melihat Ian sedikit membuka suara ke pak Jordan, tapi Aga tak mendengar apa yang Ian katakan.
Ketika sampai tribun, Ian langsung menarik tas dan handuknya kemudian langsung meninggalkan Aga tanpa mengucapkan satu katapun. Sementara Aga mengikuti langkah sahabatnya itu dengan penuh tanya.
"Lo kenapa?" tanya Aga. Ia tau, mood anak itu sudah berubah. Susahnya punya teman yang moodyan.
Sampai di parkiran, Ian berdiri tepat di samping motor Aga, sedangkan Aga juga bingung mau ngapain.
"Bego! lo laper kan? buru! gue juga laper!" bentak Ian.
"Lo kenapa?" tanya Aga untuk kesekian kalianya.
"Nanya lagi gue tonjok lu!"
"IYE! ah!! kayak cewek lu! moodyan!"
"Anjing!" Ian langsung meninju lengan Aga alhasil membuat si pemilik lengan meringis kesakitan. "Ada cewek kayak gitu?" tanya Ian sarkas.
"BECANDA! lo baperan amat ah!"
"Gue lagi emosi, jangan lo pancing!"
"YAUDAH NAIK, LO DARI TADI GAK NAIK-NAIK!" bentak Aga membalas.
"Oh iya, yaudah, SABAR!" Ian mulai naik ke motor Aga. "Gak sabaran amat jadi orang!" gerutu Ian setelah duduk di belakang Aga.
Mereka pergi meninggalkan area sekolah.
Di perjalanan, Aga melambatkan laju motornya kemudian membuka kaca helm full face nya. "Lo mau makan apa?" tanyanya.
"Gue gak laper! terserah lo aja!"
Aga tak membalas lagi. Ia menutup kaca helm nya lalu kembali melajukan motornya.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di tempat makan di pinggir jalan. Tempat langganan mereka yang sering mereka kunjungi kalau lapar mendadak.
Setelah motor terparkir, Ian langsung turun dari motor, melepas helmnya kemudian duduk di kursi yang kosong. Sementara Aga mengunjungi penjualnya lalu duduk di dekat Ian.
"Kenapa sih?" tanya Aga.
"Kesel banget anjing! masa gue udah latihan capek-capek tapi yang dipilih Bara? dia kan masih kelas 10," jawan Ian mengeluarkan semua uneg-unegnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/113890735-288-k279135.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ian & Aga [end]
Fiksi RemajaTentang sebuah rasa yang sulit diungkapkan. Juga tentang kerinduan yang tak kunjung tersampaikan. Copyright © 2020