28

6.4K 349 181
                                    

Maaf yaa!!! aku menghilang seminggu hehe..

Ini aku up part terakhir. Siapin mental hehe canda.

Aku berusaha sebisa mungkin untuk melahirkan ending yang memuaskan. Tapi, tergantung kalian, jadi jangan berharap lebih.

So, enjoy!!!!

Maaf up nya gak sesuai jadwal.

***

Ian terduduk lemas di samping gundukan tanah. Dia memeluk nisan yang bertuliskan nama Aga, tanggal lahir serta tanggal kepergiannya. Dengan bercucuran air mata Ian terus memandangi kuburan Aga.

Satu persatu dari mereka mulai bepergian sampai menyisakan Ian, Ara dan Rio. Rio merangkul Ian berusaha menenangkan sahabatnya itu. Sementara Ara masih terus menangis sambil mengelus nisan Aga.

Tak lama kemudian, muncul seseorang dengan kemeja hitam mendekat ke arah Ian, Ara dan Rio. Mata mereka langsung teralih dan melihat kedatangan orang itu. Saat itu juga, Rio sedikit terkejut dan langsung berdiri melepaskan pelukannya dari Ian.

"Gio?" panggil Rio.

Gio tak membalas panggilan Rio. Dia melihat kuburan Aga dan langsung meletakkan bunga di atas nisannya.

"Lo udah lakukan yang terbaik," ucap Gio. Seketika ia mengingat ucapan Aga saat pria itu mengunjunginya ke rumah sakit. Gio adalah tempat Aga untuk berbagi kisah. Sampai semua rahasia Aga, Gio sudah mengetahuinya.

Dengan menghiraukan Rio, Gio berjalan menghampiri Ian yang masih terduduk lemas. Ia langsung mengelus punggungnya dan berusaha menenangkan Ian.

"Semua yang ada di dunia ini milik Tuhan, jadi sudah menjadi hak Nya untuk mengambilnya kembali, tugas kita hanya mengikhlaskannya, sekarang Aga sudah tenang sama Tuhan," ucap Gio.

Gio menyentuh kedua pundak Ian kemudian mengarahkannya sampai mereka kini berhadapan. "Coba kasih tau, apa yang bakal Aga lakuin kalau kamu nangis kayak gini?" tanya Gio.

Ian tak menjawab. Tangisnya perlahan mulai mereda. "Dia bakal marah banget kan? apalagi sama orang yang bikin kamu nangis, jadi, sekarang kamu jangan nangis, Aga gak ninggalin kamu, dia selalu ada di sini," Gio menunjuk dada Ian. "Di hati kamu, selamanya."

Sama sekali tak ada jawaban, Ian dengan spontan memeluk Gio. Sementara Rio tak melakukan apa-apa. Dia hanya terdiam dan bingung apa yang sedang terjadi. Bagaimana Gio bisa mengenal Aga? Itulah pertanyaan Rio yang muncul sejak tadi.

***

Ian duduk di kasur sambil melihat foto dirinya dan Aga yang masih mengenakan seragam sekolah. Mereka terlihat sangat bahagia. Gaya Aga yang sangat lucu membuat Ian mengingat masa itu kembali.

Kelas 1 SMA...

Aga dan Ian duduk di koridor sambil meminum es krim yang mereka beli bersamaan. Dengan rasa yang sama dan harga yang sama. Banyak pasang mata yang memerhatikan mereka, tapi mereka sama sekali tak memperdulikannya.

"Matanya biasa aja, nanti copot, nangis!" ucap Ian. Ian yang masih kelas satu sudah terbilang bandel dan banyak orang yang segan dengannya.

Mendengar ucapan Ian barusan, Aga hanga bisa tertawa. Ia dengan spontan mengelus kepala Ian.

"Apaansih lu ngelus-ngelus kepala udah kayak jalinan kasih," ucap Ian menepis tangan Aga.

Ian & Aga [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang