13

2.9K 305 21
                                    

Ian dengan segala pikirannya berantakan duduk di kursinya. Tangannya sibuk memankan jarinya menimbulkan bunyi di atas meja. Matanya menatap layar laptopnya sementara pikirannya terbang ke segala arah. Dia teringat dengan kejadian hari ini.

Seluruh pikiran Ian menjadi semakin yakin kalau yang dulu memang seharusnya tidak kembali lagi. Kalau memang yang dulu harus pergi, setidaknya jangan kembali membuat semua memori yang terjadi terulang kembali. Melupakan masa lalu yang masih tersimpan dengan rapi itu sangat susah. Dan Ian mengakui kalau dia susah melupakan Aga. Tapi keadaan memaksanya untuk harus melakukannya.

1 jam sebelumnya...

Ian berjalan menuju toilet. Wajahnya yang tadinya sedikit masam kini mulai menampilkan senyum walau sedikit. Entah mengapa, dia suka melihat Aga tau makanan kesukaannya. Walaupun susah sangat lama, tapi pria itu masih saja mengetahui makanan kesukaannya itu.

Ketika selesai buang hajat, Ian langsung keluar dari toilet. Ia dikejutkan dengan kemunculan satu gadis yang berdiri tepat di pintu keluar toilet. Gadis itu memakai baju putih berlapis blazzer dan rok hitamnya. Matanya menatap Ian begitu juga dengan Ian.

"Ara kamu ngapain?" tanya Ian.

Ara dengan tatapan sinisnya menatap Ian dan mulai mendekati pria itu.

"Aga mau mengambil alih projek yang perusahaan yang kamu jalankan minggu lalu," jelas Ara tanpa ada basa-basi sedikitpun.

Senyum Ian yang tadinya mengembang kini mulai memudar. Ia menatap Ara dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan. "Maksudnya?" tanya Ara.

"Kamu bego atau gimana sih? dia itu cuma manfaatin kamu doang!"

Dunia Ian yang tadinya berbunga, kini bunga itu hangus terbakar. Tidak ada satu bunga pun tersisa. Ian sudah terlanjut terbakar emosi. Dia tau hal ini bakal terjadi.

Ara mengambil ponselnya. Dia menunjukkam sesuatu dalam ponselnya. "Lihat, Aga diam-diam memberikan proposal projek itu ke perusahaan Morning Group. Tadi pagi."

Tiba-tiba, Ian teringat dengan schedule nya hari ini. Seharusnya, dia ada rapat dengan Morning Group hari ini. Dan ternyata, alasan pembatalannya adalah karena ini. Ian sama sekali tak menyangka ternyata Aga sejahat itu. Dia bahkan mengira projek ini akan menjadi projek yang membawa keberuntungan baginya.

Dengan mata yang mulai berkaca-kaca, Ian meninggalkan Ara di sana. Tatapannya kini sudah tegas seolah-olah akan menguliti orang yang sedang dia incar. Sementara Ara yang ditinggalkan, dia hanya tersenyum dan melihat Ian yang mulai terbakar emosi.

Ketika sampai di pintu masuk, Ian melihat Aga yang menunggu. Emosinya sedikit memudar. Matanya yang tadinya berkaca-kaca mulai kembali. Ia tak sanggup melihat Aga yang tersenyum itu ternyata Aga palsu. Dia bukan Aga yang dulu. Yang lebih mementingkan Ian dari pada orang lain. Aga-nya benar-benar sudah berubah.

***

Ian mengepalkan tangannya. Membuat urat-urat tangannya menjadi terlihat. Matanya mulai berkaca-kaca. Menahan amarah yang kini sudah sangat sulit dia tahan. Tatapannya kosong. Sekarang ini dia seperti ingin melampiaskan amarah.

Tiba-tiba Ian teriak dan memukul mejanya. Projek itu adalah projek terbesar yang pernah dia buat selama ini. Dia sengaja mengajak perusahaan Aga untuk kerja sama agar projek itu berjalan dengan baik. Ditambah lagi, perusahaan Aga dan Ian terlihat saling melengkapi. Itulah mengapa Ian berani menjalankan projek ini.

Ternyata, tanpa Ian kira, ternyata kebaikan Aga selama ini hanya memanfaatkan keadaan. Dia tak pernah benar-benar ingin perhatian. Semua perbuatan dan kelakuan Aga selama ini hanya omong kosong yang tidak bisa dipercaya. Kini tidak ada lagi Aga yang dulu.

Ian & Aga [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang