Tiga bulan setelah bekerja sama, perusahaan Aga berkembang dengan sangat baik. Berkat dari kerja samanya dengan Rama's Company, kini kedua perusahaan itu menjadi perusahaan terbanyak memiliki peminat. Banyak dari masyarakat yang berbondong-bondong ingin melamar ke dua perusahaan itu.
Dengan rasa bangga, Aga melihat banner yang menunjukkan wajahnya dan Ian sedang berjabat tangan. Perusahaan mereka memiliki persentase tertinggi dari semua perusahaan yang ada di Indonesia.
Aga tetap memandang banner itu dengan senyuman. Ia terus memerhatikan wajah Ian yang terlihat berbeda dari saat mereka sekolah. Kini, rahang pria itu terlihat tegas, senyumnya tetap sama dan tatapan matanya juga. Sikap dinginnya juga masih tetap sama. Bahkan sampai saat ini, Ian masih tak ingin bertemu dengannya diluar dari pekerjaan. Aga gak tau mengapa Ian tidak mau. Pria itu akan selalu memberikan alasan agar tidak bertemu dengan Aga.
Ada banyak cara yang dilakukan Aga agar bisa bertemu dengan Ian secara empat mata. Bagaimana pun juga, ia rindu ke sahabatnya itu yang 10 tahun sudah tidak bertemu. Sekalinya bertemu, mereka bertemu disaat mereka sudah sukses. Hal ini yang membuat Aga semakin bangga memiliki sahabat seperti Ian.
Saat sedang asik melihat wajah Ian, Aga dikejutkan dengan suara Ara di sampingnya.
"Wajahmu tak akan berubah kalau kamu pandang terus," ucap perempuan elegan itu.
Aga menoleh menatap Ara lalu kembali melihat banner. "Aku gak melihat wajahku."
"Trus?"
Tanpa ada jawaban, Aga langsung pergi meninggalkan Ara. Dia kembali ke ruangannya. Selama tiga bulan ini juga Ara selalu mengganggu Aga saat ia hendak bicara dengan Ian.
Ara menatap kepergian Aga sampai pria itu benar-benar hilang. Kemudian, matanya kembali menoleh ke arah banner dan menitikkan satu pandangannya pada wajah Ian.
"Aga milikku!" ucap Ara yang langsung meninggalkan banner itu.
Di tempat lain, Ian sedang duduk di kursi kebesarannya. Minggu kemarin, projek yang sudah mereka bicarakan waktu itu sudah berjalan. Semuanya berjalan dengan baik. Kesuksesan itu menambah investasi perusahaan dan membuat Rama's Company menjadi perusahaan no.1 di seluruh negeri.
Tapi, ada satu kejanggalan yang Ian rasakan. Dia tak bisa merasakan kebahagiaan itu. Dia bahkan tak mengerti mengapa ia tak bahagia seperti karyawannya yang lain. Dia bahkan terlihat biasa saja saat mendengar berita bahwa perusahaannya sangat populer.
Pikiran Ian selalu tertuju pada masalah kehidupannya yang kini sudah tidak jelas. Dia bahkan jarang makan. Belakangan ini, dia juga sering berkunjung ke rumah. Nginap di sana sampai seminggu. Kemudian balik lagi ke apartemen dan semuanya seperti tak ada artinya.
Kini, sudah tiga bulan dia melihat keberadaan Aga. Tapi, niat untuk menyapa pria yang sekaligus sahabatnya itu sedikit pun tidak ada. Harusnya Ian bangga bisa bertemu Aga yang kini sudah sukses. Tidak seperti Aga yang suka bolos, malas dan pemboros. Kini, pria itu terlihat sangat berbeda.
Tapi, Ian tak merasa bahagia melihat keberadaan Aga. Ia seperti melihat Aga yang berbeda. Bahkan, disaat Aga ingin bertemu dengannya, Ian selalu menunda. Tapi, tiap hari, Ian selalu berharap ingin menatap pria itu lama.
Ian tak tahu. Mungkin, Ian merasa orientasinya kini sudah berubah. Ia tak bisa memungkiri semua yang terjadi. Ciuman yang mereka ciptakan dulu sudah membuat Ian overthinking setiap harinya.
Ketika sedang memikirkan Aga, Tika mengetuk pintu ruangannya. Gadis itu langsung masuk dan menghampiri Ian.
"Permisi pak, ada yang mau ketemu bapak," ucap Tika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ian & Aga [end]
Fiksi RemajaTentang sebuah rasa yang sulit diungkapkan. Juga tentang kerinduan yang tak kunjung tersampaikan. Copyright © 2020