Setahun yang lalu...
Ian duduk di sebuah kursi tunggal dengan senyum bahagia. Di hadapannya ada sebuah kue ulang tahun dengan lilin berbentuk angka 16. Semua tamu undangan bahagia merayakan hari ulang tahunnya. Begitu juga dengannya.
Di sisi kanan Ian ada kedua orang tuanya dan di sisi kirinya ada Aga. Semuanya terlihat bahagia. Tak ada satupun di sana yang menampilkan wajah sedih atau sejenisnya. Menikmati setiap acara yang telah dirancang baik oleh kedua orang tuanya.
Setelah bernyanyi selamat ulang tahun, sesi potong kue pun berjalan. Ian memotong potongan pertama dan memberikannya kepada ibunya. Untuk potongan kedua, Ian memberikannya kepada ayahnya. Ketika mc menyuruh Ian memberikan potongan ketiga, dia memberikannya kepada Aga yang berdiri di sampingnya. Seluruh temannya mengerang manja. Untuk potongan ketiga adalah kepada orang yang paling spesial baginya. Dan Ian memilih Aga.
Aga memeluk Ian sambil mengucapkan selamat ulang tahun serta harapan buat Ian kedepannya. Tak ada seorang pun yang merasa aneh dengan perlakuan mereka berdua. Seluruhnya sudah tau kalau Aga dan Ian adalah dua insan yang sangat dekat. Kedekatan mereka tak ada yang bisa tandingin. Bahkan, di mana ada Aga, di situ ada Ian. Jika tak ada Aga maka tak ada Ian. Keduanya seperti paket komplit yang tak bisa dipisahkan. Bahkan kedua orang tua mereka pun merasakan hal yang sama.
"Be the best!" ucap Aga singkat.
"Thank you."
"My pleasure."
Setelah acara bagi kue, saatnya acara bebas. Seluruhnya langsung menikmati hidangan yang sudah di sediakan. Para orang tua berpindah ke rumah sebelah. Mereka membiarkan anak mereka mangadakan pesta raya di sana. Asalkan tidak ada dari mereka yang melakukan hal yang tidak senonoh.
Acara ulang tahun selesai tepat pukul 10 malam. Seluruh tamu undangam sudah berpulangan ke tempat kediaman masing-masing. Kini tersisa Aga dan Ian yang duduk di balkon kamar sambil menikmati suasana malam yang indah. Bulan yang ditemani bintangnya. Dan Ian yang ditemani sahabatnya, Aga.
"Lo capek, gak?" tanya Aga saat melihat wajah Ian yang sedikit lesu tapi tetap memaksakan diri untuk tersenyum.
"Enggak," jawab Ian singkat sambil menggelengkan kepalanya. Matanya terus menatap langit yang sangat indah.
Sejujurnya, Ian merasa letih. Hari ini, di sekolah dia bermain basket, pulangnya menemani Aga membeli sepatu futsal, malamnya pesta ulang tahunnya. Untungnya semua pernak-pernik pesta disiapin oleh kedua orang tua dan sebagian teman-temannya.
"Eh, gue ada hadiah buat lo."
Ian yang tadinya menikmati langit, beralih menatap Aga yang kini tersenyum ke arahnya.
"Mana?"
"Bentar, gue ambilin dulu."
"Okey."
Aga beranjak dari tempatnya lalu masuk ke kamar Ian. Tak berapa lama, dia kembali membawa kotak berukuran sedang. Tanpa rasa ragu, dia langsung memberikannya ke Ian.
"Apa ini?" tanya Ian saat menerima kotak yang diberikan Aga.
"Bukalah."
"Gak macam-macam kan?"
"Emang lo ngiranya apa?"
"Ya... siapa tau hal aneh, lo kan aneh orangnya."
Aga tertawa singkat. "Enggaklah, buka aja."
Ian membuka kotak berwarna navy yang dihiasi pita berwarna putih itu. Ketika dia melihat isi dari kotak itu, dia tersenyum dan langsung menatap Aga dengan senyum bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ian & Aga [end]
Teen FictionTentang sebuah rasa yang sulit diungkapkan. Juga tentang kerinduan yang tak kunjung tersampaikan. Copyright © 2020