Rio sedang membantu pelayannya untuk memberikan kopi jenis jenis baru mereka luncurkan minggu lalu. Dia juga menjelaskan komposisi apa saja yang ada di dalamnya serta kadungan dan kasiatnya bagi tubuh. Selain banyak manfaatnya, rasanya juga nikmat bagi penikmat kopi sejati.
Sedang asik dengan aksinya, Rio terfokus pada satu gadis yang berdiri sambil melipat tangan di dada dengan senyum mempesonanya. Rio sama sekali tak menyukainya. Dia adalah Ara. Tapi, ada satu orang yang membuatnya menjadi terdiam dan terpaku. Matanya menatap seorang pria yang berdiri di belakang. Pria yang selama ini sangat dirindukannya. Bagaimana bisa Ara membawanya kembali? Apa yang sedang Ara rencanakan kali ini? Rio mulai bingung.
"Gio?" gumam Rio.
Ara menarik tangan Gio kemudian menghadapkannya ke depan Rio. Mereka saling menatap satu sama lain. Saling menyatukan frekuensi. Meluapkan kerinduan yang selama ini belum sempat mereka sampaikan.
"Kak Rio," sapa Gio. Maniknya masih tetap menatap manik mata Rio yang kini menggambarkan kerinduan yang sangat nyata.
"Gio?" gumam Rio lagi. Dia sedikit bingung dengan penampilan Gio yang kini semakin tampan. Tak ada yang bisa Rio ucapkan selain mengagumi orang yang ia bingung kan itu. Soalnya, belum ada kata putus yang terucap dari mulut mereka sejak dulu. Mereka hanya terpisah karena pendidikan mereka masing-masing. Rio sibuk dengan kuliah bisnisnya dan Gio sibuk dengan gelar dokternya.
Karena terlalu lama menunggu, Ara merasa bosan dan memotong aksi tatap-menatap mereka.
"Udah kangen-kangenannya? gue ngajak lo ke sini bukan mau menatap Rio!" ucap Ara.
Mendengar itu, Gio langsung menunduk dan tak berani menatap Rio lagi.
"Lo ada rencana apa lagi? gue udah bilang, gue gak mau berurusan sama lo!" jawab Rio.
Ara tersenyum miring. Rio seperti tak memperdulikan lagi banyak pelanggan yang kini menatap ke arah mereka bertiga.
"Simpel sih, kalo lo gak mau, yaudah, Gio yang gue ajak, simpel kan?"
"Lo jangan bawa-bawa Gio ke urusan kita!"
"Kok lo yang ngatur sih? emang kalian masih punya hubungan?" Kini seluruh pelanggan saling berbisik-bisik sambil menatap Rio. Tatapan mereka kini terasa aneh dengan apa yang kini mereka lihat.
Tanpa ada sepatah katapun, Rio langsung menarik tangan Ara kasar sampai mereka akhirnya keluar dari cafe. Ara yang ditarik pun meringis kesakitan karena pergelangan tangannya yang ditarik paksa. Belum lagi kakinya yang sedikit kesusahan untuk mengimbangi langkah Rio karena heels yang dia pakai.
"Sakit!" bentak Ara. Rio tak memperdulikannya, Ia tetap menariknya, dan ketika sampai di parkiran, Rio sedikit menghempaskannya.
"Sekali lagi lo muncul di hadapan gue, gue gak akan diam lagi!" ancam Rio.
Ara yang masih meredakan nyeri di pergelangan tangannya pun tak sengaja melihat kedatangan Gio di belakang Ara.
"Kan gue udah bilang, bantu gue dapetin Aga, biar lo sama Ian bisa bersama!" ucap Ara.
"Ian?" suara Gio berhasil membuat Rio terkejut dan langsung memutar badannya.
"Nggak, Gio, gini-" Omongan Rio terpotong dengan ucapan Gio.
"Ian siapa kak?" potong Gio.
"Itu, dia temen aku waktu kuliah, sekarang jadi CEO ternama, kamu pasti tau dia kan?" jawab Rio.
"Dan Rio suka sama Ian," sambar Ara ditengah-tengah percakapan antara Rio dan Gio.
"Oh jadi kamu bohong?" Saat Rio ingin menyentuh pundak Gio, Gio langsung mundur. "Dulu kamu pernah bilang, setelah kamu dan aku lulus kuliah, kita bakal bersama lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ian & Aga [end]
Fiksi RemajaTentang sebuah rasa yang sulit diungkapkan. Juga tentang kerinduan yang tak kunjung tersampaikan. Copyright © 2020