"Halo, sayang!" sapa seorang gadis cantik yang kini berdiri di hadapan Aga dengan senyum indahnya.
"Ara? kamu tau dari mana aku di sini?" tanya Aga. Dia bahkan tak memberi tau siapa-siapa kalau dia sekarang ada di Indonesia.
"Tau dong, kan aku pacar kamu."
"Stop saying that you are my girlfriend, kita gak ada hubungan apa-apa, Ra!"
"Bodo amat!"
"Terserah, kamu ngapain di sini? trus, kamu tau dari mana aku di sini?"
Ara—gadis yang mengaku kekasihnya Aga, langsung masuk ke kamar hotel milik Aga. Gadis berusia 25 tahun itu langsung duduk di sofa yang terletak rapi di sana.
"Tito yang ngasih tau!" Tito merupakan sepupu Aga yang memegang perusahaan di London.
'Tito sialan!' umpat Aga dalam hatinya.
"Kamu kok gak ngabarin aku sih?"
Aga tak menggubris pertanyaan gadis itu. Dia langsung menuju meja kemudian merapikan semua berkas-berkas perusahaan. Kehadiran gadis ini membuat Aga merada tersiksa.
Ara mengenal Aga saat mereka kuliah di London. Ara merupakan mahasiswa manajemen bisnis di London. Mereka kenalan dan mereka sempat menjalin hubungan selama satu tahun.
Hubungan antara Aga dan Ara hanya sebatas mantan. Tapi, Ara tak pernah mengakui kalau hubungan mereka sudah berakhir. Dia tetap ingin di sisi Aga. Sementara Aga merasa risih dan benar-benar ingin menjauh dari mantan kekasihnya itu.
Di sisi lain, ada Ian yang kelelahan dan langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia berusaha mengontrol nafasnya sambil menenangkan pikirannya yang mulai berantakan. Masalah perusahaan dan Aga kini rebutan di dipikiran Ian.
Besok perusahaan yang akan kerja sama akan datang ke perusahaan Ian. Sementara pikiran Ian masih berantakan. Biasanya, kalau pikirannya seperti ini, ada ibu yang selalu menenangkannya. Seperti saat dia gagal dalam usaha dulu, ibu selalu memberinya semangat. Menenangkan pikirannya. Kini? siapa lagi yang akan melakukan itu? Tidak ada. Dia hanya bisa menenangkan diri dengan sendirian.
***
Sinar mentari menyapa, Ian yang masih bersembunyi salam selimutnya mulai mengerang. Ditambah lagi suara alarmnya yang sejak tadi tidak bisa diam. Dengan malas, Ian meraih jam wrecker nya kemudian mematikan suara yang mengganggu tidurnya itu. Matanya langsung melihat angka digital yang tertera di sana, angkanya menunjukkan angka 7:45.
Ian menghembuskan nafasnya kemudian mulai melakukan peregangan. Ia melihat ke sekitar kamarnya. Sunyi sangat sunyi. Dengan nyawa yang masih belum terkumpul, Ian langsung beranjak dari kasur menuju kamar mandi. Hari ini scedhule nya agak padat. Ditambah lagi hari inu ada perusahaan yang ingin mengajak kerja sama.
Sementara Aga, dengan semangat 45, dia telah selesai berpakaian. kaos turtle neck hitam dengan blazer biru donker membuat dia terlihat tampan. Matanya melihat ke arah jam di dinding sudah menunjukkan pukul 7:50.
Lagi-lagi, Aga dikejutkan dengan suara bel yang mengisi seluruh ruangannya. Tanpa menunggu lama, Aga langsung melihat ke luar kamar. Ia langsung menghembuskan nafasnya kasar. Sembari memutar bola matanya, Aga membukakan pintu itu. Muncullah seorang gadis yang sama seperti gadis yang mengunjunginya tadi malam.
"Selamat pagi sayang!" teriak gadis yang mengenakan coat cokelat yang membuat dia terlihat elegan.
"Kamu ngapain?" tanya Aga sedikit bingung.
![](https://img.wattpad.com/cover/113890735-288-k279135.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ian & Aga [end]
Teen FictionTentang sebuah rasa yang sulit diungkapkan. Juga tentang kerinduan yang tak kunjung tersampaikan. Copyright © 2020