:: Bab XXXIII ::

386 67 0
                                    

"Dokter Gwen, Ivy boleh numpang, gak?"

"Hah? Numpang?"

"Iya. Numpang ke rumah sakit. Soalnya mobil Ivy mogok, terus Ivy belum tahu kalau dari apartemen baru, harus naik kendaraan umum nomor berapa."

"Ya elah."

"Please..."

Dan Gwen akhirnya terjebak di sini. Di sebuah gedung apartemen elit yang seingatnya adalah apartemen tempat Rayn tinggal.

Bagaimana kalau nanti Gwen bertemu Rayn? Apa yang harus ia katakan? Benak Gwen dipenuhi tanda tanya.

Begitu sampai di lantai yang Ivy beritahukan padanya, Gwen bergegas mencari nomor apartemen gadis mungil itu. Pokoknya, ia harus bisa membawa Ivy pergi sebelum peluang bertemu dengan Rayn benar-benar kejadian.

Sayangnya, pencarian Gwen terinterupsi oleh tepukan seseorang pada pundaknya. Ia lekas menoleh.

"Dokter Gwen?"

"Eh, Mas Edo?"

Pria brewokan yang kini berdiri di depan Gwen, merekahkan senyuman, "Ya ampun! Gak nyangka bisa ketemu Dokter Gwen di sini!"

Gwen pun mengangguk-anggukan kepala seraya meringis, "Iya, Mas Edo. Ini mau jemput temen soalnya. Mas Edo apa kabar?"

"Always feeling good, Dok. Dokter Gwen sendiri gimana? Pasti keganggu banget, ya, sama pemberitaannya yang ada sekarang? Maaf, ya." Edo meringis tidak enak. Ia merasa sangat kasihan pada Gwen yang harus kena ampasnya —lagi—.

Kepala Gwen menggeleng, merasa tak nyaman. Tidak semestinya Edo meminta maaf atas kesalahan yang jelas bukan salahnya. "Gak apa-apa, kok, Mas Edo. Kalau saya kemarin gak nurutin maunya Devon, pasti gak bakal begini kejadiannya."

"Bagaimanapun, Devon, kan bagian dari Rayn juga, Dok. Jadi, atas nama Rayn dan Devon, sudah sepantasnya saya minta maaf."

Entah mengapa, Gwen tertohok oleh ucapan Edo. Yang dikatakan pria itu tidaklah salah.

Kendati mereka memiliki karakter dan sifat yang berbeda, Rayn dan Devon tetap satu kesatuan. Mereka hanya dua kepribadian yang terpecah sebagai bentuk perlindungan dan pertahanan. Selain itu, mereka tetap orang yang sama.

"Karena dia yang punya tubuh ini, Devon. Dan dia punya kehidupan yang jauh lebih penting untuk dia jalani."

"Maksud kamu, hidup aku gak penting?"

"Iya-"

"Aku jauh lebih penting, Gwen. Aku yang ngelindungin dan udah berkorban banyak untuk Rayn,"

"D-devon..."

"Aku udah nahan sakit yang harus dia terima. Tapi, gak ada satupun orang yang merhatiin perasaan aku. Kalian cuma anggap aku benalu yang merugikan atau tukang buat masalah di hidup Rayn."

Gwen menggigit bibir bawahnya. Penyesalan memberatkan hatinya yang mulai mengerti mengapa Devon bisa sampai tersinggung seperti itu tempo hari.

Gwen mengaku salah. Ia terlalu membeda-bedakan Devon dengan Rayn. Desah pelannya pun keluar. "Kalau saya boleh tahu, gimana keadaan Mas Rayn sekarang, Mas Edo?"

"Ya... begitu, lah. Beberapa jadwalnya ada yang dibatalin, ada juga yang dialihin, jadi dia lagi stay di apartemen aja."

"Sampai segitunya?"

"Iya. Dibatalin karena dari pihak sananya gak mau ambil resiko kalau projek mereka nanti jadi berantakan karena pemberitaan ini. Sedangkan beberapa projek dialihin ke artis yang lain. Agensi minta dia untuk jangan muncul dulu di publik. Takut suasananya makin kacau nantinya. Karena, sejak pemberitaan itu keluar, semakin banyak fans yang milih keluar dari fanbase. Terus banyak yang memberi cap negatif pada Rayn dan mengecam tindakan Rayn yang gak mau ngakuin hubungan kalian, gitu."

Heal Me [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang