:: Bab VII ::

750 76 6
                                    

"Kok, dipanggil 'kampret', sih, Dokter Gwen?! Ini, kan, Rayn Abrian! Gak pantes dipanggil kayak gitu!"

Lekas, Gwen mengatupkan kedua bibirnya saat Ivy mencak-mencak dan otomatis menekuk wajah dalam-dalam. Gadis bertubuh mungil itu terlihat tidak suka dengan dirinya yang sudah keceplosan dan tanpa sadar menghina pria yang ditampilkan oleh layar ponsel di hadapannya. Ketekerjutan pun  nyatanya tidak hanya mendera dirinya saja. Melainkan juga pada Milo yang sampai tidak jadi menyendok makanan ke dalam mulutnya karena seruan marah Ivy.

"Emang Rayn Abrian salah apa, sih, sampai dipanggil kayak gitu?! Dia, tuh, baik! Dokter Gwen jahat banget, sih!" semprot Ivy lagi, sembari menarik ponselnya dari hadapan Gwen. Diusapnya layar benda pipih itu dengan penuh kasih sayang dan kelembutan, seakan-akan ia sedang mengusap benda rapuh yang mudah rusak. Sementara Gwen yang perlahan-lahan mampu membebaskan diri dari keterkejutannya, malah jadi tidak bisa berkata-kata. Butuh sekian detik baginya agar bisa kembali mengeluarkan suara.

"E-eh... i-itu... bukan gitu maksudnya, Vy. M-maksud gue... bukan dia..."

"Tapi, tadi, Dokter Gwen sendiri yang ngatain Rayn Abrian 'kampret'!" Ivy langsung menyahut dengan kecepatan penuh, seakan tidak mau membiarkan Gwen lupa dengan apa yang telah dia katakan sebelumnya. Lantas, ditemani mata yang memicing tajam, ia kembali melontarkan pembelaannya yang membuat Gwen skakmat.

"Asal Dokter Gwen tahu, ya! Rayn Abrian itu orangnya baik dan humble banget! Dia selalu ngehargain fans-fansnya! Dia selalu berusaha untuk gak ngelukain hati fans-fansnya! Udah gitu, orangnya hangat dan tutur katanya sopan! Jadi, Dokter Gwen gak boleh ngatain Rayn Abrian 'kampret' sembarangan gitu, dong! Emang Dokter Gwen pernah lihat dia jahat?! Pernah?! Gak, kan?!"

"Vy, tapi... m-maksud gue bukan dia. M-maksud gue, tuh, ada orang yang mirip dia, t-tapi kelakuannya kayak 'kampret'... G-gue gak bermaksud ngatain dia..."

Tentu saja Gwen berbohong, yang ditutupinya dengan cekikikan lirih. Karena, kalau tidak begitu, Ivy pasti akan menyemprotnya lagi dan lagi. Padahal kenyataannya, memang pria tersebut adalah pasien paling menyebalkan dari seluruh pasien menyebalkan yang pernah Gwen temui. Dan sebutan 'kampret' rasanya cukup cocok untuk pria bernama Rayn Abrian itu.

Namun, cekikikan lirih yang Gwen layangkan demi melunturkan ketegangan yang ada, tidak cukup berpengaruh pada Ivy yang masih setia mendelik ke arahnya. Dari cahaya matanya, gadis tersebut terlihat tidak bisa memaafkan apa yang Gwen katakan dengan mudah. Yang berarti bahwa Gwen harus mengerahkan usaha lebih, agar Ivy tidak lagi salah paham dan marah kepada dirinya.

"Ih, beneran, Vy! G-gue gak ngatain dia! C-cuma... pas gue lihat dia, gue langsung keinget orang paling 'kampret' yang gue temuin semalam! Mukanya mirip-mirip soalnya!" seru Gwen, seraya bergelayut manja pada Ivy, "Maafin, ya? Beneran, deh! Bukan dia, kok, yang 'kampret'. D-dia, mah, kan... b-baik orangnya! Ya, kan?!"

"Emang... orang itu mirip banget sama Rayn Abrian sampai Dokter Gwen salah kira?"

Gwen buru-buru menganggukan kepala, "Iya! Y-ya... gak mirip-mirip banget, sih. Cuma sekilas aja miripnya. Yang jelas dia, tuh, gak sebaik si ini. Siapa namanya tadi?"

"Rayn Abrian."

"Nah, iya! Orang itu gak sebaik Rayn Abrian ini! Orangnya, tuh, nyebelin banget dan sukanya ngejudge orang lain seenaknya. Dia juga gak peduliin perasaan orang lain yang udah dia rendahin. Udah gitu, sombongnya selangit, kayak dunia punyanya dia semua. Pokoknya, nyebelin banget, deh! Kalau Rayn Abrian, kan, gak gitu. Ya, kan, Vy?"

Gwen berusaha untuk berkata selembut mungkin, hanya agar Ivy yang sudah mulai melunak padanya tidak marah lagi. Ia pun mengusap-usap pundak gadis tersebut, diiringi senyum untuk membuat dia yakin, "Tenang aja, Vy. Bukan Rayn Abrian, kok, yang 'kampret'. Tapi, kebetulan aja gue ketemu orang yang mirip dia terus kelakuannya kayak 'kampret'. Gitu..."

Heal Me [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang