:: Bab V ::

775 78 3
                                    

‘Dia, kan… cowok yang kemaren?’

Itulah yang berhasil terpikirkan oleh Gwen, tatkala pandangannya bertemu dengan iris coklat terang yang bergetar ketakutan itu. Sontak, genggamannya pada payung yang ia gunakan, semakin mengerat karena hatinya yang entah mengapa terasa tidak nyaman. Setiap syaraf-syaraf di dalam tubuhnya menghantarkan suatu aliran listrik, yang membuatnya termangu untuk beberapa saat. Bukan perkara sulit baginya mengenali pria itu, walau hanya melihat dari bagian matanya saja. Dan Gwen yakin, bahwa ia tidak salah menebak.

Gwen mengerjap beberapa saat, untuk mengambil alih atas konsentrasinya yang sempat hilang karena terhipnotis oleh iris coklat terang tersebut. Ia pun tidak mengerti mengapa ia jadi gelagapan tidak jelas seperti ini, tapi, ia berusaha mengambil napas dalam. Menggunakan akal sehatnya, Gwen pun menenangkan dirinya sendiri agar tidak ikut-ikutan cemas. Klakson kencang dari mobil-mobil yang tercegat oleh mobilnya berulang-ulang kali berbunyi dan terdengar memuakkan. Sehingga tanpa pikir panjang, Gwen langsung memapah pria bermasker hitam itu agar menepi di pinggir jalan.

Tentunya Gwen sadar, bahwa badannya yang besar harusnya memiliki kekuatan yang besar pula. Namun, tetap saja ia tidak bisa memaksakan dirinya untuk memapah pria lemas yang jauh lebih tinggi darinya itu. Belum lagi, orang-orang yang hanya melihat tanpa ada niatan sedikitpun untuk membantunya. Jadilah, ia terpaksa menyeret pria itu untuk duduk di pinggir jalan, dan memberikan dia payungnya sebab Gwen tidak bisa membiarkan mobilnya teronggok menghalangi perjalanan dari orang-orang yang terus menekan klakson mereka dengan tidak sabaran.

“AH! IYA! IYA! SABAR, KENAPA, SIH?!” gerutu Gwen, sembari cepat-cepat masuk ke dalam mobilnya dan memarkirnya tepat di tepi jalan. Setelahnya, ia langsung kembali menghampiri pria bermasker itu seraya membawa sebotol air mineral yang bisa ia temukan di dalam mobilnya.

Diulurkannya botol air mineral itu pada sang pria. Ditemani otaknya yang otaknya langsung bekerja bahkan di saat ia belum memerintahkannya. Dua kali menemukan pria itu dalam keadaan yang sama persis, tentu saja membuat Gwen tidak bisa untuk tidak berpikiran macam-macam.

“Minum dulu.”

Bertepatan dengan Gwen yang mengusap wajahnya karena tetesan air hujan yang menghalangi pandangan, pria itu menolehkan kepala ke arahnya. Dia masih membungkam bibirnya rapat-rapat, dan hanya menatap bola mata Gwen bergantian. Yang sukses menyebabkan wanita tersebut tertegun sejenak, karena lagi-lagi, iris coklat terang itu telah mempengaruhi konsentrasi Gwen yang seketika menjadi buyar kemana-mana.

Gwen pun terpaksa mengumbar senyum canggung, demi bisa mencairkan suasana di antara mereka yang memantik perasaan gelisah di dalam dirinya. Ia kembali mengulurkan botol minum yang ia pegang, seraya menahan dingin karena air hujan yang merembes dari bajunya seakan merangsek masuk ke dalam tulang. Bodohnya Gwen yang tidak menyiapkan payung cadangan, sehingga mau tidak mau, ia harus hujan-hujanan seperti anak kecil malam-malam begini, di saat payung satu-satunya ia berikan pada pria di sampingnya itu.

“I-ini, diminum dulu,” cicit Gwen, yang setelahnya bergegas membuang pandangan. Gelisah di dalam dirinya semakin menjadi-jadi, dan ia tidak mau kelewatan batas. Masalahnya, iris pria itu terlalu indah dan mempesona, walau memberikan makna ketakutan yang jadi membuat Gwen ikut kebingungan. Sudut kecil hatinya merasa begitu penasaran, bertanya-tanya sebenarnya apa yang dialami pria bermasker itu sampai-sampai dia selalu saja ketakutan, tiap kali bertemu Gwen, meski tanpa disengaja.

Apa yang terjadi pada pria itu sebenarnya?

Apa mungkin dia dikejar-kejar penjahat?

Atau justru, karena dia penjahat, makannya dia ketakutan dan berusaha kabur dari orang-orang yang mengejarnya?

Heal Me [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang