- Jakarta, 2009.
"Woy! Mana yang namanya Devon?!"
Segerombolan pentolan sekolah mendatangi sebuah kelas yang tadinya hening. Murid-murid di kelas tersebut pun sontak terkejut. Namun, tak ada satupun dari mereka yang menjawab pertanyaan tersebut.
"Gue tanya, mana yang namanya Devon?! Dia anak kelas ini, kan?!"
Akhirnya, salah satu murid yang merupakan ketua kelas dari kelas tersebut pun maju. Seraya membetulkan letak kacamata kuda-nya, dia menjawab, "Maaf, tapi di sini gak ada yang namanya Devon."
"Halah! Gak usah bohong lu! Cepat tunjukkin dimana bocah itu sekarang!"
"Tapi, di sini emang gak ada yang namanya Devon."
"CK! NYARI MATI LU, YA?! MAKAN, NIH, BOGEM GUE-"
Srat!
Semua orang sudah menahan napas begitu kepalan tangan anak badung si pentolan sekolah itu mengudara. Mereka telah bersiap dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Walau pada kenyataannya, yang terjadi justru di luar dugaan.
Ada tangan lain yang dengan sigap menahan bogem mentah itu. Seorang murid perempuan bertubuh gempal muncul entah dari mana dan langsung menyelinap ke tengah-tengah. Masih sambil menahan -lebih ke mencengkram- tangan terkepal milik si pentolan sekolah itu.
"Lu gak dengar, ya, tadi dia jawab apa? Di sini gak ada anak yang lu cari-cari itu," tegas gadis itu, lalu melanjutkan, "Dan stop gunain kekerasan di sekolah."
Gadis gempal itu pun menyingkirkan bogem mentah milik pentolan sekolah tersebut dengan santainya. Bahkan di saat murid-murid yang lain masih tak bisa bernapas dengan leluasa karena kejadian tadi.
"Apa-apaan, sih, ini cewek?!"
"Lihat jam. Bel masuk udah bunyi dari tadi." Tidak menghiraukan geramnya anak pentolan sekolah yang garang itu, gadis tersebut berlalu begitu saja. Dia merapihkan seragamnya yang sedikit terangkat kemudian berjalan menuju kelas lain untuk melakukan sedikit pemeriksaan.
"AH! DASAR MURID TELADAN GAK GUNA! AWAS AJA LU, GWEN!"
Gadis gempal itu, Gwen, mengangkat jari tengahnya ke udara tanpa sedikitpun berbalik. Ya, dia melakukannya tanpa berbalik dan hanya terus melangkah. Karena mau seberapa besar amarah dari pentolan sekolah itu, tidak akan pernah membuatnya ketakutan.
Sementara itu, seorang pemuda dengan tampilan seragamnya yang yang acak-adul, memperhatikan situasi itu dari kejauhan. Senyum miringnya mengembang tatkala melihat gadis yang terkenal sebagai contoh murid teladan sekolah itu mengangkat jari tengah pada gerombolan anak yang mencari dirinya.
Sambil bersandar dan setia mengikuti kemana punggung gadis itu pergi, pemuda tersebut bergumam pelan.
"That's my type."
...
"Gwen, nanti malam jadi, ya, ngerjain tugas di rumah gue!"
"Oke, deh! Sampai ketemu nanti!"
Gerbang sekolah menjadi tempat berpisahnya Gwen dengan temannya itu. Ia berjalan ke arah yang berlawanan. Menuju sebuah gang kecil di samping sekolah untuk memangkas waktunya sampai ke rumah.
Sambil bersenandung kecil, gadis itu berjalan santai. Ia hampir sampai di ujung gang, namun langkahnya terhenti begitu saja. Pertikaian antara segerombolan pemuda yang tadi pagi ditemuinya dengan seorang pemuda yang bersandar santai menarik perhatiannya.
"Lu yang godain cewek gue duluan, kan?!"
"Gue gak salah dengar?"
"Gak usah ngelak lu! Cewek gue yang bilang kalau lu deketin dia duluan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me [ C O M P L E T E ]
RomansaRayn Abrian. Siapa yang tidak mengenalnya? Atau paling tidak, siapa yang tidak pernah mendengar namanya? Coba sebutkan siapa orang itu, maka dia akan dianugrahkan sebagai orang terkudet satu jagat raya. Lagipula, mana mungkin tidak ada yang mengenal...