13~Want to hug you

96 16 2
                                    

Tekan bintang di pojok kiri bawah untuk memberi vote^^
.
.
.
.
.

Tawa renyah terdengar mengalun pelan di kamar kecilnya yang redup. Dia mematikan lampu kamar, menyisakan lampu tidur yang minim cahaya, mengingat sudah waktunya tidur.

Hari ini sangat panjang. Yujin baru selesai belajar dan kini sedang bertukar cerita dengan seseorang di sebrang telepon.

"Jen, masa tadi ceritanya ada bapak-bapak ke minimarket, penampilannya itu rapih banget, pake jas, dasi, kaya mau kerja kantoran gitu dan tau gak?" Yujin tertawa sebelum melanjutkan ucapannya, "bawahnya kolor polkadot dong, sumpah ya aku sampe sakit tenggorokkan nahan ketawa."

Jung Jeno terdengar tertawa keras di sebrang telepon, dia berdehem setelah menyelesaikan tawanya. "Julid kamu, dosa."

"Yeh, sendirinya juga ngakak kan?" Yujin diam sebentar, lelah tertawa. Beberapa saat suara tawa terdengar lagi, dia mulai berbicara, "kayaknya bapak itu abis meeting online deh jadi yang rapih atasnya doang, pas keluar lupa ternyata bawahnya dia cuma pake kolor. Sumpah bengek banget aku inget motif polkadotnya yang lucu."

"Meresahkan," Jeno masih tertawa pelan, dia menggeleng-gelengkan kepalanya.

Gadis itu menghela napas panjang setelah berhasil meredam tawanya.

Diam beberapa saat, tidak ada yang mulai pembicaraan, masing-masing tengah menetralisir napasnya karena terlalu lelah tertawa.

"Jen, pusing gak si dengerin cerita-cerita aku terus?" Yujin kembali membuka obrolan.

"Pusing enggak, kuping aku berdengung iya," suara tawa mengejek terdengar.

"Mulut aku pegel tau! Aku cerita panjang lebar, kamu cuma bagian ketawa doang!" Gadis itu balik menggerutu, bibirnya mengerucut gemas.

"Cerita kamu random banget lagian, aneh, tapi lucu, aku gak paham selera humor aku kenapa jadi jatoh banget."

"Emang dari dasarnya aja kamu receh."

"Ketularan kamu."

"Dih?!" Gadis itu tidak terima, tapi mendengar itu dia malah senyum-senyum sendiri. "Tapi kamu terlalu jaim, kadang malah keliatan dingin banget. Baru kamu kayaknya orang receh yang gak bisa ngelucu."

"Ngeledek?"

"Kenyataan kan? Kamu emang gak bisa ngelucu Jeno, jatohnya malah garing banget, nojam."

Tut!

Jung Jeno mematikan sambungan telepon secara sepihak. Selalu seperti itu, dia mematikan tanpa sepatah kata lebih dulu.

"Dih? Ngambek?"

Yujin sudah tidak kaget sebenarnya, sudah terbiasa, namun tetap saja kesal jika selalu mematikan panggilan secara sepihak tanpa pamit sama sekali.

Lee Yujin kembali menelepon Jung Jeno.

Jika Jeno yang selalu mematikan panggilan telepon lebih dulu, maka Lee Yujin yang selalu lebih dulu menelepon Jeno.

"Apa?" Suara berat lelaki yang terkesan dingin langsung menyapa begitu panggilan diterima.

"Ketinggalan mau bilang makasih Jen. Kamu selama ini udah dengerin cerita aku, ya walaupun kebanyakkan gak jelas si. Aku cuma butuh temen ngobrol sama temen ketawa aja."

"Iya."

"Em.. besok jadi kan? Kerjain tugas di rumah kamu?"

"Heem."

Ngomong-ngomong guru Fisika mereka membagi kelompok belajar yang terdiri dari lima orang dari gabungan dua kelas berbeda.

Ini sebagai solusi karena minimnya intraksi antara murid akibat belajar di rumah. Pasti para murid belum berkenalan banyak dengan murid di kelas lain. Jadi bu guru Fisika sekolahnya membuat kelompok seperti ini untuk bekerja sama mengerjakan tugas.

Online Love. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang