8~Panik

78 16 0
                                    

Vote yaaw hehe^^

.
.
.
.
.

"Kakaknya Jeno?!"

Lee Yujin menggusak wajahnya kasar. Dia sudah sangat muak dan semakin merasa risih, rasanya seperti terus dikejar arwah penasaran yang membuat hidupnya tidak tenang.

"Hai, kita ketemu lagi." Jaehyun duduk di depan Lee Yujin.

Gadis yang tengah membaca bukunya mengalihkan perhatian pada sang lelaki di depannya.

"Maaf, tapi saya sedang belajar, tolong jangan menganggu," Yujin jengkel, suaranya penuh penekanan, namun agak berbisik, mengingat ini dalam perpustakaan.

"Aku juga gak ada niat mau ganggu, aku jamin pertemuan kita kali hanya kebetulan, tujuan aku ke sini tadinya ingin bertemu Somi, tapi malah ada kamu."

"Lalu mau apa? Tidak pulang?"

"Yakin gak mau dikenalin sama Jeno?"

Yujin menghela napas jengah, "itu hanya salah paham, tidak seperti yang kamu pikirkan."

"Apapun itu, kamu tidak ada rasa tertarik sedikit saja pada Jeno? Adikku itu sangat tampan, walaupun tidak setampan aku."

"Tidak, kita bahkan tidak dekat sama sekali."

"Kalo gitu pdkt dulu lah."

"Katanya tidak mau menganggu, tapi jika kau mengajakku terus bicara aku jadi tidak bisa belajar."

Jaehyun membungkam mulutnya, "maaf." Lelaki itu mengeluarkan sepucuk kertas kecil dari kantong celananya. "Siapa tau kau butuh. Aku permisi.. Semangat belajarnya!" Setelahnya kakak dari Jung Jeno itu pergi.

Lee Yujin mengambil kertas di atas meja itu, membuatnya berhasil melotot kaget.

"Id line sama nomer Jung Jeno? Apa maksud?"

***

Yujin memperhatikan nomer yang baru saja dia simpan dalam kontaknya. Dia sendiri tidak tau kenapa menyimpan kontak Jung Jeno, tapi dia pikir ini tidak apa-apa untuk berjaga-jaga jika ada sesuatu yang berhubungan dengan sekolah.

"Apa perlu menelponnya untuk berterimakasih secara langsung?" Yujin langsung menggeleng, menepis pemikirannya. "Tidak! Itu terlalu berlebihan, lagipula kan udah chat juga."

Sang gadis masih memperhatikan ponselnya, bukunya yang terbuka sedari tadi hanya dia abaikan, seperti sama sekali tidak tertarik untuk dilirik sedikitpun.

DUGK!

Suara keras dari luar terdengar sangat gaduh, sesuatu seperti baru saja menghantam pintu entah itu pintu kamarnya atau pintu yang mana- intinya itu terdengar sangat keras.

Lee Yujin bahkan sampai jatuh dari kursinya saking terkejut. Dia menjadi sangat takut, apalagi dia sedang sendirian di rumah karena ibunya sedang di rumah sakit dan ayahnya belum juga pulang.

Tangan gadis gemetar hebat meraih ponsel yang ikut terjatuh tergeletak di sampingnya.

Dengan tergesa dia segera menelpon seseorang, tidak melihat siapa yang dia telpon karena sudah terlalu panik dan memanggil siapa saja dengan harapan bisa membantu.

"Halo?" Suara Yujin bergetar.

"Ini siapa?"

"Ini dengan siapa?"

Online Love. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang