17~If not you, i don't like it

77 16 7
                                    

Ayok vote hihi^^
.
.
.
.
.


Matahari sudah menyapa dengan sinar terangnya, membawa hari baru bagi sejuta umat yang sudah menanti.

Lee Yujin, gadis itu bahkan tak merasa semangat sama sekali untuk menjalani harinya. Matanya yang sembab dan memerah ketara sekali habis menangis, belum lagi kantong hitam yang juga terlihat karena semalaman tak tidur.

Gadis itu masih terduduk kaku di kursi depan ruang rawat ibunya, blazer kebesaran Jung Jeno masih setia menyelimutinya. Ayahnya tak memberi izin masuk untuk melihat ibunya sebentar saja.

Jung Jeno yang sejak semalam menemaninya, tak ada mengeluh letih kala pundaknya terus menjadi tumpuan kepala gadisnya. Lelaki itu terus menggengam tangan Yujin, menyalurkan rasa hangat untuk menenangkannya.

"Tekanan darah ibu rendah, ibu sering pusing, harusnya aku temani ibu terus Jen," gadis itu berucap lirih, kembali menangis.

"Maafin aku ya, ini gara-gara aku, kita pulang kemaleman kemarin."

Yujin lantas menggeleng, "enggak Jen, aku gak salahin kamu."

"Kita sarapan dulu, yuk? Kamu belum makan dari kemarin."

"Aku gak laper Jen. Aku cuma mau ketemu ibu," gadis itu berucap sendu.

Jeno mengusap lembut kepala Yujin yang masih setia bersandar pada pundaknya, "kamu harus makan dulu kalo mau ketemu ibu, nanti ibu kamu sedih ngeliat kamu kurus."

Yujin mengangkat kepalanya, menatap mata Jeno yang tersirat kekhawatiran.

Wajah Yujin nampak begitu lesu, tatapannya terlihat sendu, seolah sosok Yujinnya yang ceria tengah pergi melayang, hati Jeno mencelos seketika.

Jung Jeno menangkup wajah kelu gadisnya, ibu jarinya bergerak mengusap jejak air mata di pelupuk mata sang gadis. "Kamu cuci muka dulu di toilet, aku mau beli makanan di cafetaria rumah sakit sebentar, ya?"

Yujin mengangguk sebagai jawaban. Dia berdiri dari duduknya, jalannya berlawanan dengan Jeno yang menuju cafetaria dan dia yang menuju toilet.

...

Lelaki dengan kemeja yang lengannya digulung sampai siku kembali dengan membawa kotak makanan berisi nasi, telur, daging irisan dan sayur.

Pemuda itu tersenyum samar melihat Lee Yujin yang sudah kembali lebih dulu. Pandangan gadis itu ke bawah, menatap kedua kakinya sendiri yang bergerak asal.

Hingga saat Jeno mendudukkan dirinya, gadis di sampingnya bersuara, "ayah belum bolehin aku ketemu ibu," ucapnya sedih, penuh rasa frustasi.

Jung Jeno mengelus surai gadisnya lembut sekali, "makan dulu, ya?" Jeno membuka kotak makan yang dia beli, diberikan kepada Yujin kemudian.

Dua suap sudah di makan Yujin, sampai dia kembali melirik ke arah Jeno, "kamu?"

"Aku makan nanti."

Lee Yujin menyendok kembali nasinya, mengarahkannya di depan wajah Jung Jeno, mengisyaratkan lelaki itu untuk membuka mulut.

Hingga Jeno tak punya pilihan lain selain menurut, ikut makan dengan Yujin yang menyuapinya.

Sang gadis mengusak pucuk kepala Jeno, sembari tersenyum tipis, "anak pintar."

Seorang pria paruh baya keluar dari ruang rawat, membuat Jeno dan Yujin segera berdiri bersamaan.

"Kalian pulang saja, bersihkan diri," perintah itu terdengar mutlak.

"Ayah, aku mau ketemu ibu," ucap Yujin lirih.

"Dengan penampilan acak-acakkan seperti ini?! Mau membuat ibumu sedih?! Pulang sana, makan, cuci rambutmu, jangan sampai kamu ikut sakit. Setelah itu baru temui ibu," ucap sang ayah final. Tanpa menunggu sahutan, pria itu kembali masuk ke dalam ruang rawat.

Online Love. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang