Initiating: 19

66 5 0
                                    

[ALTERLION TIL: 19]

Happy reading! ♡

Pukul 17.00 WIB, dan tepat setelah membuka pintu. Sebuah motor dengan sedikit warna merah, beserta Pengemudinya sudah berdiri di depan rumah keluarga Shaquille.

Dengan sweater crop hitam dan rambut yang diikat kuda, Feilya mendekati Evans. Tanpa suara Evans memberikan helm, sebelum berangkat ke Engelbert High School, Evans memberikan klakson pada Finn yang memperhatikan di ambang pintu sambil melipat tangan.

Selama perjalanan tidak ada percakapan. Begitu motor Evans terhenti di depan gerbang. Ada beberapa laki-laki yang berkumpul di sana, membuat Feilya ragu untuk turun.

"Ngapain? Gak turun?" Evans menoleh sedikit, mengikuti pandangan Feilya yang terarah pada anak buahnya. Ia terkekeh.

"Mau gue anter?"

"Iya. Eh? Nggak!"

Evans mengangguk. Hingga hampir lima menit, Feilya belum juga turun.

"Yakin?" Evans kembali bersuara.

"Nggak. Ayo, anterin saya."

Keduanya membuka helm. Beberapa laki-laki menyapa Evans, dibalas lambaian tangan. Feilya menghimpit lengan Evans sampai mereka melewati kumpulan kaum Adam itu.

"Mau sampai kapan, narik baju gue?"

Feilya melepas genggaman nya pada ujung baju Evans. Pipinya memerah.

"Makasih. Kamu boleh pergi, saya tau aulanya kok."

Evans tertawa kecil membuat Feilya mengerut, "kenapa?"

Evans menoleh, "Lo yakin gue bakal ngebiarin lo jalan sendirian?"

Decakan kecil keluar dari bibir Feilya. Tentu saja dia ingat tentang syarat yang diberikan Finn.

Ruang aula adalah tujuan mereka. Tempat pertunjukan kolaborasi antara Engelbert High School dan SMA Langit.

Aula begitu penuh, Evans menarik pergelangan tangan Feilya, menuju tempat paling efektif melihat pertunjukkan. Barisan kedua dari depan, juga sedikit ketengah. Akhirnya, Feilya dan Evans duduk di sana.

Feilya menunggu. Menunggu Evans melepas tangannya, ditatapnya telapak tangan dengan urat yang tercetak itu yang masih meraup pergelangan tangannya.

"Kapan?"

Evans menoleh, "kapan apa?"

"Kamu lepasin tangan saya."

Evans menatap tangannya sendiri. Enggan rasanya, walau bukan saling menggenggam tapi tangannya sudah nyaman.

"Nanti, kalau sekarang Lo diambil orang gimana?"

Feilya mengerakkan tangannya agar terlepas karena merasa tidak nyaman. Akhirnya terlepas, Feilya tahu Evans menatapnya tapi ia memilih melihat panggung yang tirainya masih tertutup.

Brtt

Ponsel Feilya bergetar. Ia merogoh tas selempang nya. Begitu terbuka, ada pesan dari Dary.

"Siapa?" Tanya Evans sembari mendekatkan wajahnya.

Feilya menjauh, "bukan urusan kamu."

"Terus gue ngurusin siapa atuh, kita belum punya anak."

Tatapan Feilya datar pada Evans, cowok itu hanya cengengesan.

Dary H

𝐀𝐋𝐓𝐄𝐑𝐋𝐈𝐎𝐍 : 𝘛𝘩𝘦 𝘐𝘯𝘪𝘵𝘪𝘢𝘵𝘪𝘯𝘨 𝘓𝘦𝘢𝘥𝘦𝘳 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang