Initiating: 18

72 4 0
                                    

[ALTERLION TIL: 18]

Sejak memasuki mobil Feilya terlihat uring-uringan dengan gayanya yaitu, terus menerus mengaruk-garuk kukunya. Membuat Finn yang duduk di sampingnya penasarannya.

Begitu mobil terparkir aman di halaman rumahnya, Feilya segera keluar mobil, diikuti Finn.

"Kamu lagi gelisah, Dek?"

Feilya terhenti, ia menoleh perlahan. Sampai Finn berdiri di sampingnya baru ia mengumpulkan kata untuk dikeluarkan.

"Mmm... Gak juga, cuma lagi mikirin tentang teater."

Finn mengerut, "Kamu ikut eskul Teater?"

Segera, Feilya menggeleng, "nggak, kok!"

"Oh atau... Kamu mikirin pertunjukan temanmu yang diadakan di Engelbert High School? Setelah bertemu Evans kemarin, dan melihat sikapnya... Saya pikir tidak masalah kalau kamu mau datang, asal ditemani oleh Evans."

"Boleh? Tapi kenapa sama Evans?"

Tentu saja ucapan Finn membuat Feilya senang, karena bisa menyaksikan pertunjukan yang sudah disiapkan oleh Megan hingga gadis itu terus ke sana-kemari. Hanya tentang Evans yang membuatnya harus berpikir kembali.

"Dia jago beladiri, sekaligus ketua Evans G. yang setelah saya cari tahu ditakuti orang-orang di area Engelbert. Jadi, saya pikir kamu akan aman."

"Tapi gak usah ditemenin dari awal acara ya? Saya bisa pergi sendiri kok."

"Gak ada nego, kalau kamu mau hadir terima syaratnya." Setelah memberantaki rambut Feilya, Finn memasuki rumah.

Kembali, Feilya menghela nafas. Kenapa ia terus berurusan dengan ketua geng di Engelbert High School itu?! Dan perkataan Regar di sekolah juga membuatnya pusing.

Begitu sampai di kamar, Feilya segara membersihkan diri. Sore ini Feilya memakai piyama polos warna abu-abu dan rambut yang dicepol tinggi meninggalkan helaian rambut  membuatnya terlihat sederhana.

Ia menggapai ponselnya, lalu membaringkan tubuh di ranjang. Membuka Instagram dengan niat mengirim pesan pada Evans. Tadi, ketika mandi seakan kebodoh nya ikut mengalir bersama bilasan shampoo. Ia mendapatkan sebuah ide, agar acara makan malamnya nanti ditemani cukup satu laki-laki saja.

Engelbert Evans Joel

Kamu bakal temani saya hari Sabtu nanti, kan?

Tidak membuat Feilya menunggu, pesan balasan dari Evans datang.

Iya. Kan acara penting kita.

Saya serius, Evans.

Iyaaaa...
Gue juga serius sama Lo.

Jangan bahas yang lain.

Bahas yang lain gimana?
Dari tadi gue cuma bahas
tentang kita. Keseriusan
Lo ke gue, dan keseriusan
gue ke lo, sampai keseriusan
hari H nya kita.

Evans.

Iya?

Intinya. Karena kamu sabtu
ini bakal temenin saya ke acara
ulangtahun Engelbert. Kamu
gak usah dateng
untuk makam malam.

Gue bakal dateng.

Gakk usah.

Dateng.

Yaudah. Gak usah
temenin saya nanti.

Gue temenin.

Gak usah!

Harus gue temenin. Paham?

Iya!

Karena kesal menghadapi Evans, Feilya menutup cepat aplikasi itu. Tidak mempedulikan handphone nya yang masih bergetar mendapat balasan dari Evans.

Kini, kepala Feilya penat. Seharusnya jika Evans tidak keras kepala, dan meng-iya kan permintaan nya. Maka semuanya akan lebih mudah, Regar bisa datang ke special dinner nanti tanpa ada sosok ketua Evans G yang Feilya yakini akan membuat acara itu canggung.

Karena, Evans menolak permintaan Feilya. Gadis itu harus kembali memutar otak. Juga satu pertanyaan yang membuat alisnya menyatu. Bagaimana Regar tahu akan ada Dinner? Tebaknya, Regar mendengar sekilas tentang makan malam dari Dary. Sebab, Feilya sempat mengabari Dary tentang dinner dan Evans yang ikut hadir.

"Lo, kan cuma jadi pelayan di drama ini!! Dan gak ada dialog yang perlu lu apal. Jadi bantu yang lain biar lebih lancar, dong!"

"Gue udah bulak-balik buat bantu kalian, yah."

Peluh sudah membasahi pelipisnya. Suhu ruang teater kini terasa lebih panas, ketika Qirran terus menerus menyuruhnya melakukan segala hal. Dan kini Megan merasa perlu melawan, ketika merasakan kakinya sudah amat pegal.

"Tapi gak ada yang berguna! Semuanya kacau, gak ada yang benar-benar gak usah dikoreksi lagi. Lo tau gak, berapa kali Bu Shilla marah-marah karena semuanya buruk?!"

Tangan Megan mengepal, "Gue cuma berperan sebagai pelayan! Gue gak ada hubungannya sama orang yang punya kekurangan mendalami tokoh!"

"Terus Lo pikir, Lo bakal bisa kalau Lo peranin tokoh penting kali ini? Iya?!!"

"Gue bisa! Tapi kalian sendiri yang kasih gue peran gak penting. Bahkan, orang-orang gak akan ngeliat kalau gue ada diatas panggung! Jadi, jangan salahin gue atas pilihan bego lo, babi!"

Megan merampas Tote bag nya dan keluar dari ruang teater dengan dada naik turun. Kini, emosinya amat tidak terkendali. Sekarang sudah jam delapan malam, seharusnya ia pulang dengan Dary tadi, namun Qirran malah menariknya ke ruang teater agar membantu segala pekerjaan yang berat.

Langkah Megan tetap mengencang sampai gerbang masuk.

"Hei! Hei?" Megan menghempaskan tangan yang menyentuh bahunya dengan cepat. Ia berbalik, dan terkejut melihat Dary di hadapannya sambil tersenyum lebar.

"Lo ngapain malam-malam di sekolah?" Pikiran Megan sudah penuh dengan imajinasi. Membayangkan Dary ke sekolah selarut ini untuk menjemput nya membuat jantung Megan berdetak lebih kencang.

Dary mengusap tengkuknya. "Gue kan janji bakal anter lo pulang hari ini."

Megan menahan senyum.

"Gak usah sok jadi orang penepat janji, deh!"

"Aduh!" Tote bag putih Megan menghantam lengan Dary keras.

"Udah. Cepat. Anter gue pulang."

Megan menyeret kaki menuju motor besar Dary yang terparkir di depan gerbang. Dary terkekeh melihat wajah Megan yang cemberut, dan perlahan wajahnya mengisyaratkan kekhawatiran ketika sadar bahwa gadis itu penuh dengan bau keringat. Padahal ketika pulang sekolah tadi, Megan masih wangi parfum bunga mawar yang ia berikan padanya tahun lalu.




••••

              Thank u for reading:            

    ALTERLION; The Initiating Leader

10.12.2020
Kota Hujan.

𝐀𝐋𝐓𝐄𝐑𝐋𝐈𝐎𝐍 : 𝘛𝘩𝘦 𝘐𝘯𝘪𝘵𝘪𝘢𝘵𝘪𝘯𝘨 𝘓𝘦𝘢𝘥𝘦𝘳 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang