Initiating: 32

39 2 0
                                    

Hanya ditatap oleh seorang adik kelas saja Regar sudah menggeram. Apalagi ketika ada seorang murid yang menubruk bahunya ketika sedang berlari-larian. Regar menahan emosi dengan mengepalkan tangan. Murid itu hanya setinggi bahu Regar, pantas saja mata Regar jadi sangat mengintimidasi.

"Maaf, Kak. Gak sengaja--"

"LO PIKIR INI TAMAN BERMAIN?!!" Tidak bisa menahan emosinya, Regar menarik kerah murid itu.

"Maaf... Kaak, saya beneran gak sengaja." Akibat cengkraman kerah yang kencang, murid itu berusaha melepas tangan Regar.

Terlalu kecil tangannya jika dibandingkan dengan kekuatan tangan Regar yang sudah terlatih. Teman murid itu terlihat ketakutan sendiri, melihat aura kelam Regar. Jika di anime-anime, mungkin murid itu akan mengatakan. Inikah kekuatan ketua Alterlion?

Wajah Murid itu perlahan pucat. Mulai kehabisan nafas. Kakinya sampai tergantung di udara.

Dary dan Damian yang baru menginjakkan kaki di koridor. Melihat Regar sedang tidak terkendali berlari cepat. Damian menarik tubuh Regar, cengkraman tangannya Dary yang melepaskan.

"Pergi, Lo!" Setelah berterima kasih pada Dary, murid itu segera pergi sambil mengambil oksigen banyak-banyak.

"Lo kenapa, Gar?" Dary mencoba menatap mata Regar yang sedang menatap ke lantai tatapan kosong.

Damian melepaskan Regar ketika laki-laki itu berusaha membebaskan tubuhnya. Begitu berdiri tegap pun Regar tidak mau menatap Dary.

"Jangan tahan gue." Kata-kata penuh penekanan itu menjadi yang terakhir kali Regar ucap di pagi itu pada anggota Alterlion. Regar memisahkan diri dari sana.

Sejak itu, Regar tidak bisa ditemukan di bagian sekolah manapun. Anggota Alterlion membubarkan diri untuk mencari Ketua mereka.

Salah satu siswi XI-1-BAHASA mungkin bisa menjadi alasan Regar seperti itu. Dan Dary sudah berdiri di ambang pintu, kehadiran salah satu anggota perkumpulan yang katanya gila jika berada di dalam suatu pertempuran membuat sekelas riuh.

Kecuali, Feilya dan Megan. Dary berjalan santai ke meja keduanya. Cukup dengan tatapan, siswi yang duduk di depan meja Feilya dan Megan langsung pergi keluar. Dary duduk di sana.

Wajah serius Dary membuat Megan yang ingin menyapa mengurungkan niatnya itu.

"Hubungan Lo sama Regar baik-baik, aja?" Jika ditanya seperti itu, tentu jawabannya tidak. Bila diingatkan lagi, Feilya dan Regar memang belum memulai hubungan apapun.

"Kemarin gue liat dia sama Rheanna pergi ke rumah Lo," Feilya terkejut, "gue gak akan ikut campur kalau emang lo bisa urus sendiri, tapi gue bakal ikut campur sih."

Jujur saja, Feilya ingin bercerita pada Dary. Tapi karena hubungan Dary dan Regar bisa terancam Feilya tidak akan melakukan itu.

"Kemarin Kak Rhea cuma mau ketemu sama Kak Finn, kok. Kenapa memangnya?"

Dary menghembuskan nafas. Kakinya sudah bergerak cukup lama untuk mencari Regar.

"Tadi pagi gue ketemu dia, emosinya gak stabil. Udah itu dia bilang jangan ganggu gue, dan pergi gitu aja. Sampai sekarang belum ketemu-ketemu."

Mendengar itu Feilya jadi khawatir. Sesuatu di dalam dirinya bergemuruh ikut merasakan pikirannya yang kalut.

"Yaudah, gue cari dia ke Rooftop dulu. Kayanya dia ada di sana." Feilya mengangguk.

Di perjalanan menuju Rooftop, Dary bertemu anggota Alterlion lainnya. Mereka sama-sama menuju tempat terakhir yang belum diperiksa.

Pintu Rooftop terlihat terbuka kecil. Alterlion semakin yakin Regar ada di sana.

Sampai di Rooftop, Dary yang pertama kali melihat Regar. Sedang menghisap rokok di sofa guru yang tak terpakai.

Anggota Alterlion menghela nafas begitu melihat Regar baik-baik saja. Mereka menghampiri, Regar tengah melamun sambil menghisap rokok di antara sela-sela jari.

"Lo ada masalah apa, Gar?" Rizen duduk di samping Regar.

"Lo tau kan, Lo bisa cerita apapun kekita-kita," timpa Rasen.

"Kalau Lo diem gini kita bingung, Gar."

"Lo kenapa?"

"Bro?"

"BERISIK ANJING!!"

Alterlion tersentak, apalagi Dary.

"Bacot tau gak!" Regar melempar rokoknya, berjalan bernabrak bahu Dary.

Merasa tidak akan ada waktu lagi selain sekarang, Dary berlari ke hadapan Regar.

"Minggir, bangsat!"

"Lo punya masalah apa?" Dary mencoba tenang.

Regar mengatupkan mulutnya. Tangannya sudah terkepal.

"Gar, kalau ada masalah Lo bisa cerita..." Kata Damian di belakang.

"Kenapa lo--"

"Gue yang Lo cari, Ry." Regar menatap Dary intens.

Dary menyerit.

"Ya... memang dari tadi kita nyari Lo, bukan cuma gue--"

"GUE ORANG YANG BULLY FEILYA SELAMA INI!!"

Semua anggota Alterlion terkejut dengan kejujuran Regar yang mendadak. Khususnya Dary.

Regar tersenyum miring. Matanya menatap Dary tajam. Regar tahu Dary marah.

"GUE ORANG YANG LU MAU KASIH PELAJARAN--"

BUGH!

Regar terjatuh. Pukulan Dary tidak main-main, bibir bawahnya sampai terluka. Damian dan Rasen mencoba menenangkan Dary.

"Tenang dulu, Ry."

Tidak, Dary tidak bisa menahan emosinya. Matanya tak lepas dari Regar. Kuku-kuku nya seakan bisa menancap di telapak tangannya.

Dalam sekali hentakan, Dary melepas pegangan Damian dan Rasen. Melangkah cepat dan memukul wajah Regar lagi.

Tidak ada niat untuk membalas, Regar pasrah ketika Dary duduk di perutnya dan menghujani nya dengan kepalan bertenaga.

"Bangsat."

Rizen, Marley, Rasen mencoba menarik Dary. Akhirnya berhasil, Regar ditangani oleh Damian dan Nikola.

"LEPASIN GUA, ANJING!"

"Udah, Ry...."

"LO GAK TAU SEBERAPA KHAWATIR GUA SAAT FEILYA BABAK BELUR! HATI GUE IKUT SAKIT! DIA  ADIK GUE, BANGSAT!!"

"Kita paham, Ry. Lo juga harus mikir, kalau Feilya liat Regar bonyok gitu, dia juga bakal sakit. Lo tau mereka saling suka--" Dary memotong cepat ucapan Rizen.

"GAK AKAN GUE BIARIN ADIK GUE SAMA COWOK BANCI KAYA LO, GAR!!"

Regar menatap Dary. Sesakit apa Dary hingga suaranya serak, matanya pun memerah. Dary pasti kecewa. Dary pasti tidak akan memaafkannya.

•••

Thank you for reading>ᴗ<
J

angan lupa votmen ya!

Kota Hujan.

𝐀𝐋𝐓𝐄𝐑𝐋𝐈𝐎𝐍 : 𝘛𝘩𝘦 𝘐𝘯𝘪𝘵𝘪𝘢𝘵𝘪𝘯𝘨 𝘓𝘦𝘢𝘥𝘦𝘳 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang