•Initiating : 03

249 14 1
                                    

Feilya tengah duduk di lantai beralas karpet berbulu. Di atas sofa yang berada di belakangnya, Lina --Bunda Dary-- tengah mengganti perban yang melilit di kepalanya.

Sebelumnya, ketika Feilya akan membuka pagar rumahnya. Lina yang tengah menyiram bunga menghampirinya dengan kekhawatiran, melihat perban di kepalanya.

"Kenapa kamu bisa gak sadar kalau ada tangga?"

"Fei lagi baca buku Bunda. Makanya gak sadar."

Feilya tersenyum tipis. Dia merasa bersalah, karena harus berbohong pada wanita dewasa ini. Jika tidak, Lina pasti akan mengatakan sebuah kenyataan pada Kakak laki-laki nya. Dan entah apa yang akan terjadi pada Alterlion jika Kakaknya itu tau.

"Dary? Dia tahu gak?"

Feilya menggeleng. Lelaki itu adalah orang pertama yang harus dihindarinya. Jika Dary tahu, dengan segala pertanyaan yang akan diajukan, pasti Feilya akan ketahuan berbohong.

"Dia nggak tahu, soalnya, dari kemarin Fei belum ketemu."

"Yaudah... Kamu tunggu disini, Bunda mau ambil air hangat dulu." Lina pergi menuju dapur.

Feilya menatap televisi di depannya. Tubuhnya benar-benar tidak bertenaga.

"Assalamualaikum..." punggung Fei langsung tegak, itu suara Dary.

"Walaikumusalam."

Dary terkaku, melihat pemandangan di depannya itu. Dia melempar tas dan sepatunya ke segala arah dan berlari menuju Feilya.

Wajah Feilya yang menunduk, ia tankup sehingga mata mereka bersinggungan. Fei jelas melihat kekhawatiran yang sama pada mata Dary, seperti tatapan Lina.

"Lo kenapa?" Dary tidak bisa menahan sesuatu yang bergetar didalam dirinya.

"Gapapa..." Feilya menurun kan tangan Dary. Dary masih terus meneliti setiap luka yang ada di tubuhnya. Yang paling jelas adalah luka dari arah leher belakang.

"Gak. Siapa yang bikin Lo kaya gini? Gak mungkin cewek."

Dengan susah payah Feilya menghindari kontak mata dengan Dary. Dia sudah keringat dingin.

"Gapapa, Dary. Kamu ganti baju aja sana."

"Lo bener gak mau kasih tau?"

"Gak ada yang saya sembunyiin" ucap Feilya.

Wajah Dary memerah menahan marah, "fine, gue bakal cari tahu sendiri." Ia berdiri dan pergi ke kamarnya.

Feilya menunduk. Apa Dary akan memihak nya jika tahu Alterlion lah yang membuatnya seperti ini? Atau Dary akan memperlakukan nya sama jahatnya seperti Alterlion?

"Astagfirullah, Dary! Tas, sepatu, kaos kaki. Taro di tempatnya, atau Bunda buang!"

Dary keluar dari kamarnya dengan telanjang dada, wajahnya cemberut, dia mengambil barang-barang nya dengan cepat, sebelum masuk kamar kembali, dia melempar tatapan sinis pada Feilya.

"Heran... Minta nya sampe nangis, udah dibeliin dibodo amatin." Lina menghampiri Feilya sembari menggerutu.

Lina duduk kembali, dia mengusap kepala Feilya sekilas. Dan kembali membersihkan luka di leher Fei. Lina berhenti di bagian kiri. Jelas itu bukan luka akibat jatuh, itu sebuah bekas cakaran.

Tidak mau terlihat curiga. Lina melanjutkannya seperti biasa.

"Kamu nginep di sini aja, besok berangkat bareng Dary. Bunda gak minta pendapat!"

ALTERLION

Feilya terdiam ketika Dary memakainya helm dengan hati-hati. Cowok itu masih marah padanya, dia terus menghindar sejak kemarin sore.

𝐀𝐋𝐓𝐄𝐑𝐋𝐈𝐎𝐍 : 𝘛𝘩𝘦 𝘐𝘯𝘪𝘵𝘪𝘢𝘵𝘪𝘯𝘨 𝘓𝘦𝘢𝘥𝘦𝘳 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang