•Initating : 01

373 20 2
                                    

[ALTERLION TIL:01]



Bukan perpustakaan. Kali ini gadis itu duduk di meja pojok kantin yang ramai, tanpa teman. Dia, Feilya Deriva asik mengerakkan jarinya di atas benda persegi dengan sesekali tersenyum kecil. Tidak ada yang tahu bila gadis itu sedang menstalking pujaan hatinya, sampai akhirnya....

"Wah, gila!!"

Secepat kilat, ponsel itu dibalikkan. Feilya memutar badan menghadap pada Adib, lelaki hot new's, Adib tersenyum jahil. Firasat tidak mengenakan menghampiri Feilya ketika tiga member Alterlion tiba-tiba memasuki area kantin.

"Regar!" Ketua Alterlion itu menoleh. Feilya sudah keringat dingin, ia melirih, "Adib, jangan...."

Adib mengacuhkan ucapan Feilya, atensinya masih pada Lelaki jangkung di seberang sana. Butuh kekuatan untuk menatap Ketua baru Alterlion. Rasanya akan sangat menyenangkan melihat Feilya terluka oleh lelaki itu.

"Si Babu, naksir sama Lo!"

Feilya membatu. Tidak ada yang bersuara, seisi kantin menatap padanya, Feilya hanya bisa menunduk menggenggam erat ponselnya.

Tidak lama, Feilya merasakan seseorang berdiri di depannya. Regar menunduk menatap Feilya, tangannya menjadi tumpuan di atas meja.

"Lo?"

Jantung Feilya semakin berdetak kencang, ketika suara rendah milik Sang Ketua mengudara. Telapak tangannya sudah berkeringat. Feilya terlalu takut untuk sekedar mengangkat kepalanya.

"Dia stalking Lo, Gar," ujar Adib lelaki itu tampak tersenyum.

Regar menatap ponsel yang digenggam oleh Feilya, lalu merebutnya dengan cepat.

"Jangan...," Feilya mencoba meraih ponselnya.

Regar menatap layar itu, gadis itu ternyata sedang melihat isi media sosialnya, Regar mengalihkan aplikasinya ke galeri dan terkejut. Betapa banyak foto candid yang ada di dalamnya dan selalu diambil dari jarak yang jauh.

Seseorang mendekat ke arah Regar, ikut melihat isi ponsel Feilya.

"Gila! Merinding gue!" Rasendriya. Lelaki itu kembali mundur dengan ekspresi yang dibuat ketakutan. Ia memeluk dirinya sendiri yang tiba-tiba dingin.

"Kenapa?" Tanya Damian. Lelaki paling tua diantara Anggota Alterlion lainnya.

"SI BABU NGUNTIT SI REGAR!!" Teriak Rasen.

Seisi kantin heboh. Feilya semakin tidak bisa mengangkat kepalanya. Banyak yang berbisik mengatakan ketidakpantasan Feilya menyukai Mostwanted SMA Langit. Hal itu membuat sekujur badan Feilya melemas, ia merasa ingin menangis.

Regar menatap tajam Feilya. Lalu memberikan smirk nya, beberapa siswa merasakan aura tidak mengenakkan. Regar berjalan ke belakang Feilya. Tanpa disangka, lelaki itu menarik rambut Feilya membuat gadis itu terdongak menatap langit langit kantin.

Para siswi menjerit, beberapa ada yang meninggalkan kantin tidak mau terlibat urusan dengan Alterlion. Lagipula Feilya tidaklah penting untuk mereka.

"Lepas...."

Dari arah belakang, Regar memajukan wajahnya sejajar dengan wajah Feilya.

"Hmm? Lebih keras?" Segera Regar lebih mengeratkan jengutannya.

"Akhh!! Sakit!" teriakkan Feilya mengundang banyak tatapan kasihan, tapi tak sedikit juga yang tersenyum puas.

Gadis itu kini menangis, rambut hitamnya seakan dicoba untuk dilepas dari kulit kepalanya. Wajahnya sudah memerah menahan rasa sakit itu.

"Tolong lepas...." Feilya menyentuh tangan Regar, mencoba melepaskan tangan yang menyeramkan karena urat-urat nya yang terlihat.

"Ini bentuk kalau gue sadar keberadaan lo. Kenapa Lo malah nangis? Ini hadiah kecil untuk foto-foto yang Lo ambil tanpa persetujuan gue."

Akhirnya Regar melepas jengutannya. Kemudian, duduk di samping Feilya. Menyangga wajahnya dengan tangan, dan menatap Feilya dari samping. Gadis itu memegang bagian belakang kepalnya, dia menangis lirih. Rasa perih amat terasa.

"Udahan nih?" Tanya Regar.

Seisi kantin menyorak. Terlalu cepat bila tontonan gratis ini selesai. Mereka amat senang, bahkan ada yang menikmatinya dengan memakan popcorn. Para penjual di kantin tidak terlihat, mereka terlalu takut jika Feilya meminta bantuan. Karena gadis itu sudah amat baik, tapi sayang mereka juga takut pada Alterlion.

"Gue juga belum puas, Lanjut?"

"Lanjut!!!" Semangat teman-temannya membuat hati Feilya amat teriris. Bahunya semakin bergetar, Feilya tidak tahu alasan mereka membully nya padahal, awal ia masuk sekolah semuanya baik-baik saja.

"Bawa ke basecamp aja, Gar," Rasen menyaran.

"Ide bagus. Gue suka kalau mainnya berdua."

Siswa siswi di sana mendesah, tidak suka bila Regar akan membawa Feilya. Bukan kasihan, mereka hanya ingin melihat Feilya terluka bahkan jika bisa hingga pingsan.

Regar menarik keras tangan Feilya. Genggamannya amat keras hingga Feilya merasa tulangnya seakan akan bisa patah dalam beberapa detik saja.

"Sakit... Tolong lepas."

Regar tetap menarik Feilya, tapi belum sempat sampai keluar area kantin. Feilya merasakan gejolak diperutnya, bukan sesuatu yang indah. Feilya sadar dia belum mengisi perut nya. Ia menutup mulutnya rapat. Tetap saja, sesuatu yang kini sampai pada ujung kerongkongan nya, keluar dan mengenai lengan Regar.

Feilya membekap mulutnya, ia lantas menatap Regar. Lelaki itu terlihat mengeraskan rahangnya, air mata Feilya kembali keluar. Ia sudah membuat Regar sangat marah.

Brukk.

Tubuh Feilya limbung ke belakang, menghantam meja kantin. Regar dengan refleks mendorongnya. Kepalanya semakin sakit.

"Akh...," Rintih Feilya sembari memegang kepalanya.

"Sial!"

Setelah mengumpat Regar tanpa basa-basi langsung pergi meninggalkan kantin berniat mengganti pakaiannya, diikuti Damian dan Rasen.

Beberapa murid juga ikut pergi meninggalkan kantin, sebelum itu, mereka memberikan kata-kata pedas pada Feilya yang terduduk di lantai.

Saat kantin sudah kosong, para penjual yang entah sebelumnya pergi ke mana tiba-tiba muncul dan menolong Feilya lalu membawa gadis itu ke Usaha Kesehatan Sekolah.

𝐀𝐋𝐓𝐄𝐑𝐋𝐈𝐎𝐍 : 𝘛𝘩𝘦 𝘐𝘯𝘪𝘵𝘪𝘢𝘵𝘪𝘯𝘨 𝘓𝘦𝘢𝘥𝘦𝘳 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang