20. Fight

57 15 1
                                    

"Gabung main ToD kuy Ru!" ucap Haidar padaku dengan semangat karena melihatku semakin merunduk karena memikirkan masalah tadi "Emang boleh?" tanyaku hati-hati.

"Ya bolehlah, tunggu mereka selesai rapat."

"NAH ITU TUH YANG DITUNGGU." Sena dan Haidar berteriak heboh saat beberapa orang menuju kearah kami. Aku melihat Aksa yang berlarian heboh kemari.

"Kiw cewek~"

Aku tak menghiraukannya dan lebih memilih menatap mereka yang baru saja bergabung. "HEH KOK GUE DIANGGURIN?" Aksa menatapku tidak terima dan mendramatisir keadaan seakan-akan ia telah kucampakkan.

"Lo lupa sama gue ya?"

"Sa, please jangan buat gue muntah."

"CAN CEWEK LO KAMPRET BENER! SURUH BUKA MATA LEBAR-LEBAR SATU SEKOLAH JUGA TAU KALO GUE TUH GANTENG!!"

"Sa." sebuah suara menginterupsi dari belakang, aku menengokkan kepalaku untuk melihat sumber dari suara itu berasal.

"Ah, Hai!"

Seorang pemuda lagi datang dan duduk di sebelahku "H-hai?" ia menjulurkan tangannya ke hadapannku "Kamu teman Candra kan? Salam kenal ya aku Matthew."

"Arunika."

Aku menyambut tangannya lalu mengangguk, aku sudah beberapa kali mendengar tentang pemuda ini namun aku belum pernah bertemu dengan langsung dengannya. Candra sering bercerita tentangnya.

"Aku sudah tahu namamu," Kak Matthew terkekeh "Kenapa tidak turun dari tadi? Malu?"

Kepalaku mengangguk pelan "Ahahahaha Candra saja tidak tahu malu. Kenapa kamu begitu pemalu?"

"Karena dia tidak punya malu?" Candra melotot padaku dan kemudian mengerucutkan bibirnya "Ahahahaha wajah Candra masam sekali." Kak Matthew tertawa renyah.

"Dia ini kenapa?"

Kak Matthew menggidikkan bahunya "Mana aku tahu, malu mungkin." aku menunjuknya "Candra? Malu?" aku memperagakan gaya ingin muntah sedangkan Candra tetap saja mempoutkan bibirnya dan membelakangiku.

"Dih, sawan lo?"

"Lucu sekali, aku terakhir melihatnya seperti itu waktu umur sembilan tahun kalau tidak salah." kata Kak Matthew yang masih tertawa "Kak Matthew sudah kenal Candra dari kecil?"

Mantan ketua osis itu mengangguk "Iya, sedari umurnya belum genap satu tahun. Dulu kita tetangga."

Aku terdiam sejenak, pemuda di sampingku ini mengenal Candra lebih lama daripada aku mengenalnya.

"Sejak kapan disini?"

Suara itu membuyarkan pikiran yang tiba-tiba hinggap di kepalaku. Aku menoleh ke arah Darren, dan Segara yang tiba-tiba berbicara ke arahku "Aru? Dibawa Candra kapan?" Raka yang berada disamping Kanara pun juga ikut menimbrung.

"Sejak tadi sore?"

"Kok baru keliatan?" "Oh."

"Terus ngurung diri seharian di kamar Candra?" Raka menatapku dengan wajah menyelidik sedangkan Candra tampak memasang raut tak berdosa. "Enggak seharian juga sih..."

"Dari jam setengah tiga sampai sekarang setengah tujuh termasuk seharian di kamus basecamp." aku mendapat tatapan menyelidik dari semua orang yang berada di ruangan ini, mataku menatap Candra tapi ia malah menghindar dan tersenyum seperti orang gila.

Padahalkan aku hanya tidur di kamar Candra dan tidak melakukan apa-apa, tapi kenapa mereka ini seperti menginterogasiku?

"Gue kayak diinterogasi agen CIA." bisikku pada Candra, namun laki-laki ini malah terkekeh.

BagaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang