Aku mempoutkan mulutku lalu menaruh bolpoin di atasnya, kemudian aku menggembungkan kedua pipiku bersamaan lalu memencetnya. Ketika aku mempoutkan lagi bibirku untuk menaruh sebuah penggaris di atasnya, tangan Candra sudah meraup wajahku dengan kasar.
"Lo gila ya?" Aku menoleh ke arah Candra yang sedang cengengesan "Jelek banget hahahahahaha--" Karena muak dengan tawanya aku membekap mulut Candra dengan tangan kiri ku.
Setelah kurasa ia agak sedikit waras, barulah ku lepaskan tanganku dari mulutnya. Candra menggerutu ke arahku "Tumben lo gak skip hari ini?" tanyaku setelah pemuda itu berhenti memakiku.
Ia menjawab dengan semangat "YA ENGGAK LAH, KAN HARI INI GUE BISA CUCI MATA HAHAHA." Maksudnya cuci mata disini adalah melihat banyak perempuan cantik dari kelas sebelah. Iya jam pelajaran selanjutnya adalah olahraga, seperti yang kalian tahu isi otak laki-laki semua sama.
"Gausah ngegas juga anying, gue kedengeran kali."
"Seneng banget gue bisa ketemu yang bening-bening kayak Nancy, doain ya semoga dia mau sama gue hahahaha." Tubuhku membeku, lalu kedua indra pengelihatanku menatap wajah Candra yang cerah.
Aku menghembuskan nafas pelan, "Otak lo isinya perempuan mulu." Candra menoleh lalu menyentil dahiku "Kalo isinya cowok ya maho, bego."
"Selagi bisa kenapa enggak?" lanjutnya.
"Iya sih, serah lo dah." Aku langsung mengalihkan padangan, ada yang tidak beres dengan diriku. Rasanya seperti ada yang bergejolak di dalam tubuhku.
"LO SUKA SAMA GUE YA? AW FIX. LO. SUKA. SAMA. GUE."
Tubuhku refleks berdiri dan memandang Candra dengan tatapan ingin membunuh. Dia ini gila ya tiba-tiba berteriak sendiri? Untung saja saat itu pelajaran sedang kosong, kalau tidak habis anak ini di tangan Raka.
"Ngadi-ngadi banget sih?"
"FIX LO SUKA SAMA GUE ARU, UDAH FIX" Ia mempoutkan bibirnya lalu merentangkan tangan kearahku. Tanganku menahan tubuhnya yang mendekat kearahku lalu kuhempaskan kembali ke kursi.
"Nah kan, lo emang suka sama gue hahahahaha" Spekulasi dari mana itu? Aku hanya memandang pemuda di depanku ini dengan jijik. "Jujur aja kali lo suka kan sama gue?"
"Enggak."
"HALAH NGAKU AJA!"
"..."
"IYA LO SUKA SAMA GUE."
"...."
"FIX LO SUKA SAMA GUE."
"...."
"LO SUKA SAMA GUE KAN?"
"Kalo iya, kenapa?"
Kali ini giliran dirinya yang membeku, ia tiba-tiba diam dan suasana berubah menjadi horror. Tangannya perlahan menyentuh dahiku, lalu mendorongnya "HEH SAWAN LO YA?"
Sungguh kurang ajar.
"Yang sawan itu elo." Jawabku dengan nada kalem, tapi dalam hatiku sudah bergemuruh tidak karuan. Seperti akan meledak. Aku ini kenapa?
"TAPI KENAPA MUKALO MERAH?" Ia menujuk wajahku lalu menepuk kedua pipiku dengan bersamaan. "Padahal AC 3 idup semua, lo kagak sakit kan nyet? APA JANGAN-JANGAN LO EMANG SUKA GUE? ASTAG--"
Kedua tanganku membekap mulut Candra lagi. Kali ini aku sedikit menekannya agar ia tidak bisa berbicara dengan jelas. Ia meracau lalu menarik kedua tanganku, "LO MAU BUNUH GUE NYET?!"
"Ada niatan sih.."
Baru saja ia akan membuka mulut untuk menanggapiku, bel pergantian jam tiba-tiba berbunyi dan mengalihkan perhatiannya dariku. Candra menarikku dengan brutal lalu menyeretku menuju loker-loker siswa yang berjejer "Ambil baju olahraga lo dulu, loker lo yang ujung kan?" Aku mengangguk,lalu segera mengambil setelan baju dari lokerku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaskara
Teen FictionEksistensi Bagaskara adalah milik Arunika. Namun, dalam tugasnya Bagaskara tidak hanya berporos kepada Arunika. Apa yang akan terjadi pada semesta jika Arunika memilih egois untuk dirinya sendiri? Cover by : ekuivalent