03. Tsundere

100 17 4
                                    



Candra itu tsundere.




Banget...



Tapi kalau aku mengatainya seperti itu yang ada aku akan kena sembur dengan serangkaian kata-kata indah yang sangat tidak layak untuk didengar.


Pagi ini kepalaku rasanya hampir pecah. Pusing sekali. Aku ingin mengajukan surat izin tidak masuk sekolah. Tapi....hari ini ada ulangan. Walaupun percuma juga sih, tidak ada bedanya aku ulangan sendirian dengan ulangan biasanya. Toh aku juga tidak punya teman.



"Paket!!! Nih pangeran dateng tapi gaada yang bukain pintu!"



Ah, ralat. Aku masih punya satu manusia absurd yang bisa kuakui sebagai temanku, atau mungkin temanku satu-satunya?



"Masuk aja, Kagak dikunci" jawabku yang saat itu berada di ruang makan, sendirian.

Wajah Candra kaget melihatku "LO BOLOS SEKOLAH?! ANJIM GUE UDAH GANTENG GANTENG KAYAK GINI JUGA!" Dengan wajah syok yang dibuat-buat dan tangannya mengacak-acak wajahku. Sungguh kurang ajar. Pasti dia sudah menyadari wajahku yang pucat, serta pandanganku yang sayu.


"Kagak nyet. Hari ini ada ulangan bodoh!" ucapku dengan lemah.

Penglihatanku menangkap raut Candra yang menatapku dengan pandangan khawatir. "YAUDAH AYO BURU!"

Aku hanya mengangguk lemah "Iya, buruan. Jangan ngebut!"



Tetapi, Candra yang melihatku tak bersemangat malah kebut-kebutan di jalan.

Sungguh, jika aku mempunyai banyak tenaga ingin kucekik lehernya lalu kubuang dia dijalan. Tapi aku tidak sampai hati untuk melakukannya.





Sampai akhirnya, kami berada di parkiran sekolah. Kedua kakiku terasa sangat berat untuk digerakkan. Dan kepalaku masih berada dipunggung Candra. Semua yang kulihat terasa berputar-putar.

"TURUN NYET! LO SAMPE KAPAN DIATAS MOTOR GUE MULU?!"

Aku hanya menggumam "Sakit Can, bentar" Ia mendecak lalu berbalik kearahku "Alah yaudah, ayo gue temenin ijin ke uks sekalian lah gue juga mau bolos!" 


Kepalaku mengangguk pelan. "Gendong~"



"MANJA BANGET LO. NAIK BURU!"



Jangan salah faham, tubuhku sudah tidak bisa diajak berkompromi. Jika aku berjalan sendiri dan jatuh pingsan, pastinya Candra akan menggendongku juga kan?



"Can, laper." rengekku, ketika kami sudah berada di dalam UKS.

BagaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang