Aku mengerang, lalu membuka mata perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam kedua mataku. Tanganku meraba pinggiran kasur mencari benda yang sedari tadi berbunyi.
"hmm halo ?"
"NAH KAN GUE EMANG GAK PERNAH SALAH, LO MASIH NGEBO TERNYATA!!"
Badanku terduduk di atas kasur dengan mata yang masih terkantuk-kantuk, pagi-pagi seperti ini Candra sudah mengomel saja. Seingatku ini hari minggu, tumben sekali ia menelfonku sepagi ini di hari libur.
"Kenapa sih? Lagian hari ini hari Minggu."
"ASTAGHFIRULLAH HAL ADZIM, TOBAT GUE PUNYA TEMEN KAYAK ELU. HEH DONGO, LO ADA JANJI SAMA AKSA!"
"..."
"..."
"EH!"
Mataku melebar, aku menepuk kepalaku pelan. Kenapa aku bisa melupakan hal ini? Padahal kemarin aku sendiri yang menyetujui ajakan Aksa.
"Dia udah koar-koar di grup dari tadi pagi mau jalan-jalan sama lo asu! Udah cepetan mandi sono!"
"Iya iya bawel."
"Have fun yaa"
"Hm"
"Gue mau jalan sama Somi, bye."
Aku menghela nafas pelan, sebenarnya aku ingin mengajak Candra ke suatu tempat hari ini. Tapi ya sudahlah, toh dia juga lebih memilih bersama Somi. Jari-jariku membuka ruang obrolan dengan Aksa, ingin menanyakan keberadaannya.
Aru : Sa ?
Aksa : bentar sayang , ini lagi dijalan .
Aru : LOH UDAH DIJALAN?!
Aksa : IYALAH INI UDAH DI LAMPU MERAH LIMA MENIT LAGI SAMPE
Aru : tapi , gue belum mandi . . .
Aksa : gue tunggu , santai
Aru : tunggu di ruang tamu okay ?
Dengan secepat kilat aku berlari ke arah kamar mandi dan bersiap-siap. Kenapa pagi sekali sih? Ini bahkan masih jam 7 pagi. Aku memakai oversized sweater yang kupadukan dengan jeans yang lumayan longgar tak lupa aku mengepang rambutku kesamping agar tidak terlalu gerah.
Aku meraih sling bag dan memakai sneakers berwarna magenta lalu berjalan menuruni tangga. Aksa menoleh, ia yang sedang duduk di sofa kemudian berdiri dan tersenyum ke arahku.
"Udah lama ya?"
"Enggak kok. Ayo!"
Pemuda itu membukakan pintu untukku sedangkan ia langsung berlari kemudian langsung menjalankan mesin mobilnya.
"Jalan-jalan dulu, nanti siangan baru cari gulali atau gimana?" tawar Aksa "Lo udah sarapan?" lanjutnya menanyaiku. Aku hanya menggeleng sebagai jawaban. Dia saja datang sepagi itu bahkan aku baru saja bangun tidur mana sempat aku sarapan terlebih dahulu.
Ia tersenyum "Ayo cari sarapan. Senyum ya, lo mau makan apa?"
"Eum sandwich?"
Aksa mengangguk lalu kembali fokus pada jalanan yang masih belum ramai.
Sebenarnya aku sedikit tidak nyaman(?) ah tidak, sedikit tidak terbiasa jalan-jalan bersama Aksa. Kami tidak pernah sekalipun membahas sesuatu yang intens berdua, aku bahkan baru berani berbicara banyak padanya akhir-akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaskara
Fiksi RemajaEksistensi Bagaskara adalah milik Arunika. Namun, dalam tugasnya Bagaskara tidak hanya berporos kepada Arunika. Apa yang akan terjadi pada semesta jika Arunika memilih egois untuk dirinya sendiri? Cover by : ekuivalent