Bagaskara

17. Can I?

Helaan nafas berat terdengar begitu jelas dari tubuhku. Aku mendecak pelan, keningku masih mengkerut.

Kuhempaskan ranselku secara kasar ke arah ranjang tanpa peduli suara dentuman dari buku-buku yang lumayan keras.

Aku ikut merebahkan tubuhku secara perlahan di kasur.

Selelah ini rasanya mencari seekor monyet seperti Candra,

Setelah insiden kemarin, aku tidak lagi mendengar kabar tentang pemuda satu itu. Ia bahkan tidak sekalipun menjawab pesan-pesan ataupun mengangkat teleponku.

Biasanya jika ia ada urusan atau malas sekolah dan ingin membolos, ia pasti mengabariku terlebih dahulu. Tapi ini?

Karena aku benar-benar penasaran apa yang sedang dilakukan cecunguk satu itu, saat pulang sekolah tadi aku langsung menuju ke rumahnya.

Berharap bertemu dengan pemuda bernama akhir Bagaskara itu.

Namun nihil,

Tidak ada tanda-tanda kehidupan disana.

Rumahnya kosong.

Akhirnya aku pun pulang dengan perasaan kesal sekaligus kecewa. Karena tidak menemukan kabar apapun tentang Candra.

Lagi-lagi aku menghela nafas pelan.

Tanganku merogoh saku almamater yang kupakai lalu mengeluarkan benda berbentuk kotak pipih panjang.

Seperti yang kuduga, masih tidak ada balasan.

AH!

Benar juga,

Aru : Dar

Haidar : apa?

Aru : tau gak?

Haidar :TAU APAAN SIH ANJIM?

Aru : maap udah kekirim duluan:')

Aru : tau si Candra kemana gak?

Haidar : aih kepo lo. Napa emangnya?

/read

Aku meninggalkan ruang percakapan dengan Haidar karena mendapat balasan dari beberapa orang yang telah kukirimi pesan juga tadi.

Segara : y?

Aru : lo sama Candra?

Segara : knp?

Aru : eum , itu dari pagi dia ngga keliatan soalnya

Segara : trs kaitannya sm lo ap?

Aru : ah , dia kan temen gue

Segara : tmn gw jg kok. gsh khwtr , dia udh bkn anak kcl lg

Aru : iya . . gue tau , tapi insiden kemarin,

Segara : g prh , cm keserempet , ngga smpe koma . ksh alasan lain br gw ksh tau

Aru : alasan apa ?

Segara : knp lo cr dia.

Aru : karena dia ngga ada kabar ?