11. Sisi yang Lain

64 15 12
                                    

Dasar Candra setan!

Ia meninggalkan ku sendirian  di jalan belakang. Tadi awalnya aku ingin ikut membolos bersamanya, namun karena aku tidak bisa memanjat tembok ia jadi meninggalkanku disini. Jangan tanya kenapa aku ingin bolos, tentu saja ini karena bisikan setan seperti Candra.  Aku sudah pernah bilang kan bahwa dia itu memang membawa dampak negatif.

Ah, tidak sepenuhnya salah Candra sih. Tadi dia memang meminta izin padaku untuk membolos dan dikarenakan aku merasa bosan sendirian di kelas saat Candra tidak ada jadinya ia mengajakku sekalian. 

Tapi sekarang lihat? Dia meniggalkanku sendirian disini.

Alasannya tadi karena aku begitu pendek sehingga tidak bisa melompati tembok. Hey, seharusnya jangan salahkan aku. Salahkan saja temboknya yang terlalu tinggi bagiku. Lagian juga dia seharusnya bilang pada Darren agar di buatkan lorong rahasia agar bisa membolos dengan mudah.

Baru saja kakiku akan melangkah kembali menuju kelas, aku tiba-tiba mendengar suara  dari atas tembok "CEPETAN NAIK KE SINI WOI MONYET!" Aku terlonjak, bisa-bisanya cecunguk ini malah teriak "Iye bawel"

Tapi tetap saja aku tidak bisa menggapai tembok paling atas, hingga Candra turun kembali ke bawah dan menata beberapa bangku yang tergeletak tak jauh dari tempat kami berada. "Nah cepet-cepet keburu ada guru lewat." 

Aku pun bergegas memanjat bangku-bangku itu dan berhasil, aku sampai. Candra melompat terlebih dahulu dan memegangi tangga yang entah ia dapatkan dari mana agar aku bisa turun dengan selamat. Ah, aku salah menduga. Nampaknya tadi pemuda ini sedang mencarikan tangga untukku. Maafkan aku Candra hihi, aku sudah mengumpatimu tadi.

Sebelah tangannya menggandeng tanganku dan yang sebelah lagi membawa tangga yang aku gunakan tadi. Pantas saja tadi dia lama sekali, ternyata ia meminjam tangga dari warlang dasar. "Pesen mie sana, lo dari tadi pagi belum makan."

Dia benar juga, aku langsung menuju belakang dan memesan semangkok mie instan lalu kembali lagi ke samping Candra yang mulai menyalakan korek api "Jangan nyebat depan gue anjim." ia melengos "Yaudah sono deketnya Kanara aja."

Aku melihat di sekeliling Kanara tidak terlalu banyak asap, aku pun mendatanginya.

"Hai Kanara"

"Hm? Hai."

Aku mendudukkan bokongku di kursi sampingnya "Lo dari tadi disini?" ia mengangguk lalu berbalik ke arahku "Ck, lo bilang apa sih ke Candra?"

Bilang? Aku bilang apa ke Candra? "Kenapa dia negur gue cuma karena gue jutek?" lanjutnya. Sebentar, ah tadi pagi aku memang bilang sesuatu pada Candra tentang Kanara tapi bukan ini yang kumaksud. Aku hanya bilang pada Candra kalau aku sedikit canggung dengan Kanara.

"Eh? Engga kayak gitu."

Kanara menatapku "Apanya yang engga?"

"Begini, gue tadi cuma bilang kalau gue belum bisa akrab sama lo...jadi gue ngerasa sedikit engga nyaman." aku menjeda "Candra sendiri yang nyimpulin kayak gitu."

"Mau seegois apa sih elo ke Candra?" Aku tertegun, lalu agak menjauhkan posisiku darinya "Gue gak bermaksud kayak gitu..."

"Ya gue pikir awalnya juga nggak gitu, tapi gue salah. Lo seegois itu sama---"

Aku terkejut, Candra tiba-tiba datang dan menarik paksa tangan Kanara dan berjalan menjauhi warlang dengan kasar.

Semua yang ada di warlang pun ikut terlonjak kaget karena perlakuan Candra yang tiba-tiba pada Kanara, Harris mendekat kearahku dan berbisik "Aru.." aku menoleh "Kalau sampai Na balik-balik nangis, gue engga segan buat ngehabisin Candra di depan muka lo."

BagaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang