"Lo kemarin kemana aja?" tanyaku pada Candra yang sekarang sudah berada di depan rumahku dengan motor kesayangannya.
"Astaga, pagi-pagi tuh harusnya yang bener ucapin selamat pagi 'Good morning Candra sayang' gitu."
Aku bergidik. "Geli anjim, lo kemana kemarin?"
"Mendekatkan diri kepada Tuhan." keningku mengkerut."Latihan mati maksudnya?"
Candra mengetuk kepalaku. "Sembarangan, kalo gue mati yang ada entar lo nangis terus depresi terus nyusulin gue ke akhirat."
Benar juga.
"Lo gak kenapa-kenapa kan Can?" tanyaku pada Candra, ia tiba-tiba termenung diatas motor saat kami telah sampai diparkiran.
"Hah? Ya enggak lah, elo yang kenapa-napa tiba-tiba meluk gue tadi." Aku memutarkan mata malas, kan aku tidak bermaksud untuk memeluk dirinya.
Lagi pula salah siapa membawa motor dengan kecepatan yang berlebihan? Bukan aku yang salah kan?
Kalau aku tidak memeluk pinggangnya tadi, maka sudah dipastikan sekarang aku sudah tergeletak di jalanan.
"Beneran?"
"Iya anjim, ngotot banget perasaan." mataku masih menatapnya dengan menyelidik, aku tidak percaya. Candra menarik tasku dari belakang dan berbisik "Kancing depan lo kebuka tuh."
Aku melotot dan segera merunduk dan melihat kancing yang dimaksud Candra, tanganku buru-buru mengaitkan kancing almamaterku "KOK LO GAK BILANG DARI TADI?!" Ia mengetuk kepalaku "kagak keliatan juga dalemnya."
"HEH."
Sebuah buku mendarat di keningku, siapa lagi kalau bukan Candramawa pelakunya. Sekarang ia malah meringis tanpa dosa dihadapanku,
"Apa-apaan sih nyet? Lo kira kagak sakit apa?" aku mengelus keningku pelan.
Kalian bayangkan saja Candra mengetuk kepalaku dengan buku biologi dengan tenaga lumayan besar, untung saja kepalaku tidak benjol.
"Ya lagian ngelamun mulu, lo mikirin apaan sih?"
"Banyak yang gue pikirin." sahutku dengan tangan yang masih mengelus kepala. "Meledak entar pala lo!"
"Iya habis ini mati gue."
"Oke, selamat meninggal." Candra melayangkan senyum mengejek ke arahku. "Eh, ngomong-ngomong Ru, lo udah ada temen baru belom?"
Aku menoleh dan memasang raut berpikir keras. "Kemarin Raka ngajakin gue temenan" ujarku pelan karena takut oknum yang dibicarakan tiba-tiba menoleh.
"tapi ya gitu, kan elo tau sendiri gue gimana." lanjutku.
Candra mengelus kepalaku--yang tadi telah ia timpuk menggunakan buku. "Terima aja napa sih? Kan kita nggak bisa lihat masa depan soalnya."
Percakapanku dengan Raka kemarin kembali terlintas dipikiranku "Iya sih, gue pasti ganggu elo banget. Lagian elo juga habis ini pasti jadian sama Somi kan?"
"LOH KOK JADI KE SOMI CANTIQ PEMBAHASANNYA? GUE INI LAGI BAHAS ELO YA NYET."
"Candramawa, jangan membuat keributan!"
Seluruh penjuru kelas saat ini memandangku dan Candra, aku membungkuk sebagai tanda minta maaf lalu membekap mulut Candra.
Kemudian aku menghela nafas panjang. "Elo nyuruh gue temenan sama orang lain biar engga ganggu lo sama Somi kan? Tenang aja walaupun gue belum dapet temen baru, gue gabakalan ganggu elo kok."
"ENGGA GITU MASYAALLAH SAL--" aku membekap mulut Candra lagi karena suaranya kembali menjadi pusat perhatian seluruh anggota kelas.
Guru yang mengajarpun memandang diriku dan Candra dengan tatapan tajam.
![](https://img.wattpad.com/cover/238627213-288-k453563.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaskara
Teen FictionEksistensi Bagaskara adalah milik Arunika. Namun, dalam tugasnya Bagaskara tidak hanya berporos kepada Arunika. Apa yang akan terjadi pada semesta jika Arunika memilih egois untuk dirinya sendiri? Cover by : ekuivalent