08. Curiga

71 17 4
                                    

Mataku memandang malas tulisan-tulisan yang berada di papan tulis. Pelajaran pertama hari ini adalah Matematika. Sungguh, aku tidak mengerti barang 0,00001% pun apa yang sedang dipelajari kali ini. Salahkan otakku saja yang tidak bisa diajak bekerja sama.

Saat aku mengalihkan pandangan ke arah Candra, kulihat ia sudah berlabuh menuju dunia lain. Semudah itu ia tertidur, padahal bel baru saja berbunyi 10 menit yang lalu.

Lenganku menyikut pundaknya, "Woi bangun njing! Jangan molor mulu" ia malah menggeliat dan menatapku secara tiba-tiba "Apa sih njing?? Lo emang gak bisa biarin gue hidup tenang ya?"

"Hari ini gaada acara bolos kelas." dapat kulihat alis Candra menyatu, tidak terima "Ngadi-ngadi lo! Gue ada urusan nanti!"

"Ada yang lo sembunyiin dari gua ya?" aku menyelidik, salah bila mengatakan aku tidak curiga karena belakangan ini Candra berperilaku aneh.

"Hah? Hahahahaha kenapa lo jadi curiga banget sih? Gue cuma bentaran kok, nanti gue balik lagi tenang." Ia menatapku "Lagian kenapa sih gak ngebolehin gue keluar?"

"Gue takut...nanti elo diculik wewe."

Tawanya meledak, hingga semua yang berada di dalam kelas memperhatikan kami. Aku juga dapat melihat tatapan sinis Raka kepadaku dan Candra seperti mengatakan 'Kalo lo rame lagi, gue bunuh lo berdua' Aku tidak berbohong, memang Raka semengerikan itu.

Tanganku refleks membungkam mulut Candra yang terbuka lebar. "Beneran jangan kemana-mana ya hari ini" pemuda di hadapanku ini malah bergidik. "Bentaran doang ini urusannya, elahh"

Aku menggeleng "Enggak, gaboleh, gue butuh elo. Hari ini aja~turutin ya~"

Katakanlah aku egois, karena aku memaksa Candra untuk tetap bersamaku tanpa memperdulikan sepenting apa urusan yang harus ia selesaikan. Ya aku mengakui itu.

"Iya dah iya, gue kalah."

Aku tersenyum, semenyebalkan apapun makhluk di depanku ini, ia tetap tidak bisa menolak permintaanku. "Lagian elo sih, kalau ada masalah itu cerita. Jangan malah diem kayak gini." Pemuda ini menatapku "Siapa juga sih yang ada masalah? Liat lo sendiri, dari dulu gue udah bilang ayo cepetan diselesain tapi lo nya ngotot kagak mau! Alesannya kasian mulu!"

Kali ini aku yang terdiam, mulutku terkunci. 

Candra selalu berhasil membuatku kehilangan kata-kata saat membahas hal ini.

Waktu istirahat sekolah sudah berakhir 30 menit yang lalu, saat ini kami sedang menunggu guru pelajaran selanjutnya memasuki kelas. Aku sedang membaca sebuah novel yang kupinjam dari perpustakaan umum minggu lalu, sedangkan  Candra sedang bermain game online di ponselnya.

Namun, tiba-tiba ia berdiri--seperti terkejut--dan menatapku "Lo diem di kelas, gue pergi dulu ke anak-anak. Gue habis dapet kabar Harris lagi berantem." Mataku membelalak "Sama siapa woi?"

"Udah, lo diem aja di kelas. Biar gue sama Haidar yang urus ini."

Belum sempat aku menjawab, Candra sudah melesat terlebih dahulu keluar kelas. Kedua netraku hanya bisa memandangi punggungnya yang menghilang dibalik pintu.

Hingga jam 1 siang, Candra masih belum kembali ke kelas. Jujur, hal ini membuatku makin merasa takut akan terjadi sesuatu padanya. Ponselku berdering, tanda ada panggilan masuk. Aku bergegas meminta izin pada guru yang mengajar, lalu keluar dari ruangan kelas.

"Lo gak ikutan berantem kan?"

Bukannya menjawab pertanyaan ku ia malah tertawa "Udah selesai"

"Beneran udah?"

"Iya udah. Lo tetep di kelas aja."

Alisku mengkerut, merasakan ada hal aneh yang ia sembunyikan "Ada masalah apa sih Can?"

BagaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang