Sampai pagi ini rasanya aku masih jengkel, entah kenapa jika mengingat kejadian kemarin membuatku tidak semangat untuk bersekolah. Ditambah lagi ini hari senin, ah lengkap sudah rasanya.
Karena rasa kesalku pada Candra, aku memutuskan untuk tidak mengiriminya pesan seperti biasa. Aku ingin mengabaikannya seharian ini.
Jari-jariku bergerak membuka salah satu ruang percakapan. Aku bertekad untuk tidak berangkat bersama Candra hari ini, itu artinya aku harus meminta pertolongan kepada orang lainnya bukan?
Aru : Felix ?
Felix : selamat pagi, iya ? ada apa ?
Aru : eum anu , gue boleh nebeng berangkat ke sekolah ?
Felix : tumben ? Candra kemana ?
Aru : gatau , nyungsep kali di sawah .
Felix : ahahahaha , kalian sedang bertengkar ?
Aru : ah ? engga , kayaknya
Felix : aku kesana ya ?
Aru : okaayy , gue tunggu depan kalau gitu
Felix : sebentar , aku lupa alamat rumah kamu . bisa tolong share location ?
Aru : ah , sure
Aru : /sharelocation
Tak lama aku menunggu di depan rumah, karena sekitar sepuluh menit kemudian sebuah mobil sudah terhenti di depanku "Ayo masuk." aku mengangguk, kemudian memasuki mobilnya dan berangkat menuju ke sekolah.
Entah kenapa aku tiba-tiba meminta tolong kepada pemuda manis dengan freckless di pipinya ini. Mungkin karena ia pemuda yang paling normal diantara pemuda-pemuda lainnya? Kalian pasti tahu siapa yang kumaksud disini.
Siapa lagi kalau bukan teman-teman Candra, termasuk Candra sendiri tentunya.
"Kamu sudah ada rencana ingin ikut lomba apa?" Felix membuka pembicaraan diantara kami.
Aku menanggapinya dengan gidikan bahu, aku masih bingung memutuskan untuk mengikuti perlombaan yang mana.
Sebenarnya aku begitu malas mengikuti lomba kali ini, aku ingin hanya sekadar bermalas-malasan di sekolah saat para siswa lain sedang berlomba. Namun sayang, semua siswa di sekolah ini diwajibkan berpartisipasi.
Tidak bisakah aku hanya melihat saja?
"Liat nanti kayaknya."
"Ah, okay then. Sudah sampai."
Ia memarkirkan mobilnya, dan aku pun keluar dari mobilnya dengan mengucapkan terimakasih padanya.
"Nanti pulangnya kamu bagaimana? Mau bersamaku?"
Tanpa pikir panjang aku mengiyakan ucapan Felix.
"Aku nanti menunggu yang lain selesai rapat, kamu yakin?" lagi-lagi aku mengangguk. "lalu aku ke basecamp. Sungguh tidak apa? Kamu mau aku antar ke rumah atau ikut ke basecamp?"
Aku berpikir sebentar, lalu menatap kedua manik Felix "Gue ikut aja, di rumah banyak monster."
....
Ternyata cecunguk satu itu terlambat berangkat. Aku tertawa sinis pelan, sambil menyumpah serapahinya. Sebenarnya aku ingin menghampirinya ketika tahu ia tengah dihukum hormat di lapangan sampai bel pulang sekolah berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaskara
Novela JuvenilEksistensi Bagaskara adalah milik Arunika. Namun, dalam tugasnya Bagaskara tidak hanya berporos kepada Arunika. Apa yang akan terjadi pada semesta jika Arunika memilih egois untuk dirinya sendiri? Cover by : ekuivalent