Mataku memandangi pantulan bayangan di cermin, kumiringkan kepalaku sedikit lalu aku mendesah pelan.
Akhirnya aku memilih melepas ikat rambut yang semula mengikat rapi rambutku sehingga terurai bebas dan menaruh benda itu di tanganku sebagai gelang.
Aku mengambil tas dan ponselku, kemudian dengan terburu-buru menuruni tangga menuju ruang tamu dan mendudukkan diriku disana.
Aru : Caann , jemput dong
Candra : iya iya bentar ini masih otw
Aru : buruann
Candra : IYA IYA
Aru : hehehehe:)
Aru : udah cepetan anjim
Candra : iyaa ini gue bawa mobil anjim, bentar
Setelah mendengar suara klakson mobil--yang aku yakini itu pasti Candra-- aku bergegas keluar rumah dan membuka pintu mobil dengan santai.
"Loh?"
Cepat- cepat aku menutup pintu depan dan membuka pintu belakang serta menutupnya lumayan kencang.
"Napa muka lo sepet gitu? Jutek lagi?" Candra melihat ke arahku dari kaca spion depan.
"Engga, biasa aja."
"Hai kak Aruu!" Somi menoleh kearahku dengan senyuman cerah tersungging diwajahnya. Aku hanya menatap wajahnya sebentar lalu kembali mengalihkan pandangan.
"Ah, hai."
Gadis itu mencondongkan badannya kebelakang "Maaf ya kak, aku ikut numpang kak Candra."
Aku menanggapinya dengan nada yang sama lalu melengos pelan "Gausah minta maaf kali."
'toh dia juga kesenengan kalo ada elo." lanjutku dalam hati.
"Tapi muka kakak kelihatan nggak nyaman, maaf ya?"
"Gak nyaman gimana? Biasa aja."
Aku mendengar suara cekikikan Candra, pemuda itu menyahut "Jangan jutek gitulah wkwkwk, kasihan Somi."
"Siapa yang jutek sih anjim?" balasku tanpa sadar dengan nada sedikit tajam.
"Ahahah iya deh lo enggak jutek. Lo manis."
'nah kan' batinku.
Kedua bola mataku memutar malas menanggapi jawaban Candra "Fokus nyetir sono, kagak usah banyak bacot." Namun, ia makin tergelak "Yaelah galak banget kayak kucing baru lahiran wkwkwkwk"
"Gue lagi berhemat suara ya buat jaga stan nanti,
jangan mulai."
....
Helaan napas terdengar dari dalam tubuhku, refleks aku melongok ke atas. Cahaya matahari bergitu terik hari ini. Tidak bisakah aku hanya berdiam saja dikelas tanpa mengikuti kegiatan seperti ini?
Bukannya tidak ingin mematuhi peraturan, hanya saja, aku tidak terlalu suka.
"Jangan ngambek yaaa" ujar Candra padaku sambil mengacak puncak rambutku pelan.
"Siapa sih? Gaada yang ngambek juga." aku menghempaskan tangannya dari atas rambutku lalu mendorong tubuhnya pelan agar ia segera enyah dari hadapanku.
Candra merengut kemudian pamit dan berlari menuju panggung. Ah, apakah aku sudah bilang kalau dia adalah penyumbang penampilan pertama di bazzar kali ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaskara
Teen FictionEksistensi Bagaskara adalah milik Arunika. Namun, dalam tugasnya Bagaskara tidak hanya berporos kepada Arunika. Apa yang akan terjadi pada semesta jika Arunika memilih egois untuk dirinya sendiri? Cover by : ekuivalent