06. Basecamp

77 15 1
                                    

Ah, aku ketiduran.


Kenapa alarmku tidak berdering lagi tadi pagi?Bagaimana ini? Apa aku bolos saja ya? Lagi pula ini sudah jam 07.00 pasti aku akan tetap terlambat. 


Cookin' like a chef i'm a five star--

"NYET!"

"APAAN SIH ANJIM! GUE KETIDURAN WOI HUHU"

"TERUS GUE HARUS BILANG WOW?!"

"GERBANGNYA PASTI UDAH DITUTUP NYET!"

"Yaudah bolos aja napa? Gue ini mau ngajakin bolos."

"Nanti kalo gue dicamb--"

Eh?! Kenapa bahas itu sih?!

Aku merutuki mulutku yang tidak bisa diajak berkompromi ini.

"HAH?--HEH JANGAN BILANG LO KENA LAGI? SIAPA SEKARANG? BILANG GAK LO!!"

"ah eum-anu....."

"TERNYATA LO LEBIH BEGO DARIPADA GUE YA ANJIM! GUE OTW!"







Aku berjalan menuju depan rumah dengan tertatih-tatih karena sepertinya perban yang berada dikakiku terbuka lagi. Tadi aku menuruni tangga dengan terburu-buru, takut mereka akan terbangun.



Bunyi klakson mobil yang rupanya milik Candra terdengar dari belakangku. Baru saja aku membuka pintu, pemuda ini sudah mengomeliku panjang kali lebar.



"KALO PUNYA KUPING ITU DIPAKEK! DARI TADI LO GAK KEDENGERAN GUE BUNYIIN KLAKSON BERKALI-KALI? ATAU GUE HARUS PAKE KLAKSON TRUK?"

"ASTAGA MAAP, KAGAK DENGER GUE. BUDEK NIH KUPING KALO BANYAK PIKIRAN." Mobil Candra melaju membelah jalanan. Dengan brutal tentunya.

Aku berusaha menutupi perban pada kakiku dengan tas yang kutaruh di atas paha dan lututku. Namun sia-sia karena Candra sudah melihatnya terlebih dahulu "LAGI?!" ia menghela nafas "Gue udah berapa kali sih bilang sama lo? Bawa kasus ini ke jalur hukum Ru! Nanti kalo--"

Tanganku membekap mulutnya dan tersenyum kearahnya "Gue gapapa, lo fokus nyetir aja. Gue  gamau mati muda."

"Gausah pulang entar, lo gue bawa ke basecamp!" putusnya secara satu pihak. "Lo diem basecamp, gue mau pergi tapi bukan kesekolah." 

Aku mengernyit "SENDIRIAN?! TAKUT ANYING BASECAMP GELAP"

Candra terkekeh, "Apa perlu gue panggilin yang lain buat bolos? Sekalian cari temen sana ah. Lo kan nggak akan pernah tau apa yang bakal terjadi kedepannya." Kepalaku merunduk, "T-tapi masalahnya gue gatau caranya berteman itu gimana?"

Candra menepuk kepalanya dan menghela nafas berat "Ya kayak cara lo berteman sama gue lah anjimm!"





Kulihat ia menepikan mobilnya sebentar dan terlihat sedang mengotak-atik benda pipih kotak berwarna hitam sebentar, lalu menatapku.

"Hubungi mereka, gue udah bilang lo ada dibasecamp. Gue gak ngasih nomor Harris sama Haidar karena gue tau lo pasti udah punya kontak mereka. Bilang aja lo itu temen gue oke?" Aku mengeluarkan ponselku dari saku dan melihat memang benar Candra mengirimkan padaku beberapa nomor dengan nama yang tidak asing.




Candra menghentikan mobilnya didepan rumah berlantai dua yang cukup besar.



Dia mengajakku turun, lalu menghidupkan semua lampu yang ada di rumah ini. "Lo di istirahat aja dulu di lantai atas, kamar paling ujung. Itu tempat gue." Setelah berpamitan, Candra bergegas pergi ke tempat lain.




BagaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang