Hanya terdengar suara isak tangis Alley di mobil, Alexa fokus dengan menyetirnya dan membiarkan kakaknya menangis terisak. Walaupun ia juga merasa takut Alley tidak bisa bernapas karena tangisannya begitu keras.
"Alley, aku takut kau tidak bisa bernapas. Sudah, apa untungnya menangisi bajingan seperti Lucas?" Alley tidak menjawab lebih memilih menatap ke luar. Sesampainya di rumah wanita itu berlari menuju kamarnya dan kembali menumpahkan tangisnya.
"Ya Tuhan, mengapa rasanya sakit sekali?" suara Alley terdengar sengau.
"Semuanya hanya omong kosong, kau meninggalkanku." sambungnya bermonolog. Alley tidak tahu sampai pukul berapa ia menangis, keesokan harinya ketika bangun kepala dan matanya terasa berat. Memeriksa dirinya di cermin dan benar saja rambutnya berantakan sama dengan wajahnya. Alley kembali ke tempat tidur dan menangis, sial airmatanya tidak ingin berhenti.
Wanita itu mengambil ponselnya lalu menatap pesan yang ia kirimkan pada Lucas, pria itu sudah membacanya tanpa membalas. Alley tersenyum miris, semuanya telah berakhir.
Alleysia : Semoga kau bahagia dengan Teresia, aku berdoa untuk kesehatan anak kalian. Terima kasih atas waktu yang kau berikan untukku, it was nice to meet you Lucas.
Lucas menggenggam ponselnya erat hingga tangannya memerah, napas pria itu memburu. Ia ingin sekali membalas pesan Alley namun ia juga takut. Benar-benar pengecut, semua kata kasar pantas untuknya.
"Lucas, kau sudah siap? Wait a minute, sepertinya ada yang kurang. Dasi! Aku ambilkan." Tere berjalan menuju walk in closet Lucas dan mencari dasi yang cocok untuk pria itu. Ia berniat memasangkannya pada Lucas namun pria itu merebutnya kasar. Lucas memakainya sendiri tidak peduli wajah Teresia berubah murung lalu ia kembali tersenyum ketika Lucas berbalik menghadapnya.
"Aku tahu kau akan sangat tampan menggunakan kemeja daripada hanya kaos yang pastinya akan kotor ketika bekerja di bengkel, kau lebih pantas bekerja di perusahaan sayang. Seharusnya dari dulu kita menikah maka aku akan terus melihat wajah tampanmu menggunakan setelan ini," wajah Tere begitu mendamba pada tubuh Lucas yang sangat menarik. Lucas pergi begitu saja membawa kunci mobilnya lalu keluar dari apartemen.
"Lucas! Kau tidak ingin mencium baby dulu?" Lucas menatap sekilas perut Teresia, wanita itu menggunakan mini dress ketat di dalam rumah. Apa dia ingin menyombongkan perutnya itu?
"Hei, anak kita ingin kau menyapanya." Dengan paksa Tere mengambil tangan Lucas untuk mengelus perutnya. Beberapa detik kemudian Lucas menariknya lalu pergi begitu saja meninggalkan Teresia yang tersenyum-senyum sendiri.
Lucas memasuki perusahaan milik ayahnya yang akan menjadi tempat ia mulai bekerja sekarang dan hampir seluruh pegawai wanita menatap ke arahnya dengan tertarik. Lucas tetap memasang wajah datarnya bahkan ketika pegawai wanita tidak tahu diri mengedipkan matanya menggoda. Lucas memasuki lift yang membawanya menuju ruangan ayahnya. Ia melihat seorang sekretaris di depan sedang sibuk dengan layar monitor lalu pandangannya beralih pada Lucas dan sama seperti wanita lainnya yang melihat Lucas dengan tatapan menggoda.
"Apa Mr. Harrington ada?" sang sekretaris berdiri sembari membenarkan pakaiannya menunjukan dadanya pada Lucas, sialan sekali.
"Apa yang anda perlukan?" suara dibuat menggoda.
"Katakan Lucas sudah datang," wanita itu masih menatap Lucas menghiraukan apa yang Lucas perintahkan.
"Kau tuli? Katakan padanya aku sudah disini!" geramnya membuat wanita itu tersentak dan dengan cepat menelepon orang yang dituju.
"A-ayo saya antarkan, sir." Wanita itu berjalan di depan Lucas dengan tubuh yang sengaja dilenggok-lenggokan agar terkesan seksi, benar-benar wanita gila. Wanita itu mengetuk pintu lalu terdengar suara menyuruh mereka masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEWHERE, SOMEDAY [On-Going]
Romance#The Twin Series Alleysia mencintai sahabat kembarannya, Lucas. Lalu terluka ketika mengetahui pria itu sudah dimiliki wanita lain. Tidak ada yang bisa Alley lakukan, kecuali menghindari pria itu jika ingin sakit hatinya terobati. Lucas sahabat deka...