37

303 46 13
                                    

3121
.




.





.




.





.





.
Beberapa menit lalu Felix telah sadar dan langsung diperiksa oleh dokternya. Katanya kondisi Felix sudah mulai stabil. Dan hanya butuh penyembuhan nya saja di sini. Setelah mengatakan itu, dokter Kim yang menangani Felix pun keluar dari ruangan itu dan meneruskan lagi tugasnya memeriksa pasiennya yang lain.

Merasa hanya mereka berdua saja yang berada di tempat itu. Tak mengulur waktu lama, Jisung langsung menanyakan perihal surat yang ditulis Felix itu. Bertanya, apa maksudnya dan mengapa dia menulis surat itu. Apakah Felix sedang mencoba membuat Jisung merasa bersalah atas masalah yang di buat nya?

"Jadi apa benar kamu...," Jisung menjeda kalimat nya, mengambil napas dalam dalam sebelum menerus kan.

"Hamil, Felix?" lanjutnya dengan muka yang sangat keruh sekali.

Felix mengangguk kan kepala sebagai jawaban. Namun, tatapan nya itu terlihat memelas bukan tatapan bersalah seperti tatapan Lino waktu itu. Tatapan Felix ini seolah mengatakan bahwa dia korban yang tidak tau apa apa.

"Hahh..., sial..!!" umpat Jisung mendesis frustasi.

"Seperti perkataan kakak waktu itu. Aku bisa hamil, jadi tentu saja saat kita melakukan nya tanpa pengaman. Bayi itu akan jadi." Felix menjawab pelan dan lirih.

Namun di setiap perkataan nya itu bisa membuat darah Jisung mendidih. Kenapa santai sekali dia berkata seperti itu? Tak takut kah dia dengan hal semacam ini dan akibatnya?

"Bukan kita, Felix. Tapi kamu, kamu yang ngapa ngapain aku sampai bisa begini. Aku gak pernah ngapa ngapain kamu. Gak pernah nyentuh kamu lebih seinci pun. Gak pernah meskipun itu di dalam mimpi atau khayalan. Gak ada pikiran sekotor itu tentang mu di otak ku. Tidak ada sama sekali."

"Apa itu semuanya penting?"

"Hah..? Kamu bertanya apa itu semua penting? Kamu ini bagaimana sih? Di mana hati mu, Fel? Di mana? Kamu tega melakukan hal itu padaku. Dan kamu tahu akibat dari perbuatan mu itu? Itu bisa saja merusak keluarga ku. Keluarga ku itu yang terpenting untuk ku. Dan kau masih bertanya? Heh...!!"

"Aku punya perasaan kak. Jangan tanyakan di mana perasaan ku berada! Harusnya kakak tahu bahwa aku suka sama kakak, cinta sama kakak dan aku ingin kakak. Harusnya kakak tahu itu. Tapi apa heh? Kakak memandang ku sedikit pun tidak. Jangan salah kan aku jika melakukan nya. Sudah cukup kakak nyalahin aku. Aku gak salah, kakak sendiri yang salah."

"Apa hobi baru mu ini? Nyalahin orang lain buat masalah yang kamu buat sendiri, Fel. Sudah jelas kamu salah. Dan kamu nyalahin aku setelah kemarin itu kamu nyalahin Lino. Di mata ku kalian berdua itu sama sama salah. Dan kesalahan yang paling besar itu yang kamu buat. Kamu bersalah dan gak mau mengakuinya. "

".... "

" Dan soal cinta, tahu apa kamu tentang cinta? Cinta yang ku ajar kan gak gini ceritanya. Ini namanya obsesi dan kegilaan, tahu kamu. "

"Terserah apa itu namanya. Yang penting sekarang kakak akan menikahi ku. Dan aku akan memiliki kakak betulan, bukan hanya harapan saja."

"Itu buruk sekali.., mana mungkin aku menikahi mu."

"Memang kakak bisa menghindar dari hal ini? Mau tidak mau kakak tetap akan menikahi ku. Apapun yang terjadi, kakak harus menikahi ku karena anak ini."

"Kamu ini benar sakit ya, Fel. Sakit jiwa kamu."

"Ya.. aku gila karena kakak. Kakak yang buat aku jatuh cinta dan tergila gila. Makanya kakak harus tanggung jawab."

"Gak akan.., aku tidak mau menyakiti istriku. Mina dan Hyunjin jika sampai tahu hal ini pasti tidak akan memaafkan ku. Jangan berharap berlebihan kamu."

"Kak Mina dan kak Hyunjin pasti mengerti kak. Bukti nya mereka baik baik saja kan selama ini. Kak Mina pasti maklum juga. Bukankah kakak menikahi kak Hyunjin juga karena kecelakaan?"

"Tapi masalah nya beda yang terjadi antara aku dan Hyunjin. Sama kejadian aku dan kamu Fel. Dia hamil karena ulah ku. Sedang kan kamu hamil karena ulah mu sendiri. Jelas itu sudah beda hukumnya."

"Aku gak peduli. Anak ini butuh ayahnya. Kakak harus menikahi ku. Kakak harus bertanggung jawab. Lepas dari apapun itu, sampai kapanpun anak ini tetaplah anak kakak. Aku hamil anak mu, kak."

"APA...?!!! FELIX KATAKAN SEKALI LAGI..!!" teriak seseorang itu membuat pertengkaran yang memanas tersebut terhenti.

"Mama...," Jisung membeku seketika. Hal yang tak ingin ia terjadi. Malah terjadi secepat ini. Apa yang harus ia katakan nanti pada istri nya?

"Kak Hyunjin...,"

"Kamu tega ya, Ji. Kenapa kamu melakukan hal busuk ini di belakang kami?!" Hyunjin sangat marah dengan apa yang barusan ia dengar.

"Mah.., aku bisa jelasin. Ini salah paham."

"Kamu pikir aku tuli dan bodoh begitu?! Aku mendengarkan nya jelas sekali. Jahat banget kamu, Ji. JAHAT.....!!!"

Tak mau menambah sakit hati, Hyunjin meninggalkan ruang itu segera. Tak peduli Jisung lagi yang memanggil manggil namanya. Dia sangat kecewa sekarang.

"MAH.., MAMA...,"

Jisung ikut pergi dari ruang inap itu mengejar istrinya yang sudah jelas pasti menangis terlihat sekali dari wajahnya yang memerah dan mata yang berkaca kaca tadi. Dia harus segera menjelaskan kesalahan pahaman ini. Ia tidak mau Hyunjin membenci nya karena kesalahan yang tak ia lakukan itu. Tidak, dia tak akan membiarkan nya.

Felix menggigit bibirnya ditinggal sendiri lagi. Dia diabaikan lagi. Apalagi mengingat jawaban Jisung yang menusuk itu. Rasanya seperti menabur garam diatas luka yang masih basah. Perih dan tersiksa. Cinta sepihak itu memang menyakitkan. Dan dirinya harus berjuang sendirian untuk meraih kebahagian itu.

Tbc

Sepi sekali ya peminat book ini😊
Tapi tak apa, saye mesti tetep semangat nulisnya biar punya bacaan😅
Yang masih setia, terima kasih banyak sayangku.

Btw saye belum bisa moveon sama rambut pirangnya hj meski yang ini juga masih keliatan uwu😢
Bye bye

Btw saye belum bisa moveon sama rambut pirangnya hj meski yang ini juga masih keliatan uwu😢Bye bye

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nyonya HANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang