35

336 42 21
                                    

.3920






.







.








.








.

"Gak bisa, Je. Kamu tidak mungkin bisa menjadi ayah dari bayi ini."


"Kenapa tidak? Kamu takut kan mengatakan nya pada orang itu. Biarkan aku menjadi ayah nya, Lino. Aku akan tetap menemani mu meski dalam kesulitan apapun. Aku sudah memikirkan nya. Aku tahu Mama sama Ayah pasti kecewa. Tapi ini sudah menjadi keputusan ku. Aku akan tetap di samping mu, Lino. "

" Kamu tidak boleh berkorban sejauh itu, Je. Kalau pun boleh, kamu tak akan pernah bisa. "

"Apa alasannya?"

"Anak ini adik kamu, Je. Kamu itu kakaknya, bukan ayah nya."

"A-Apa maksud kamu? Adik? Kakak? Kamu ngomong apaan, Lin? Aku gak paham."

"Anak ini..., anak ini milik ayah kamu, Je. Anak nya kak Jisung."


Tubuh Jeongin terasa seperti tanpa tulang belulang. Lemas seketika.

Apa?! Jadi orang yang menghamili teman baiknya ini adalah ayah nya sendiri? Dan bukan nya orang asing yang pernah diceritakan Lino waktu itu. Jeongin merasa amat kecewa dan marah sekali. Apa ini artinya selama ini ayah nya telah berkhianat dengan Bunda dan Mama nya? Dan Lino yang ia anggap sahabat baik ini menusuk nya dari belakang dengan menjadi selikungan Ayah nya.

"Kamu bohong kan, Lin. Aku tahu kamu ngefans berat sama Ayah. Bahkan kamu dulu sering ngehalu bisa menikah dengan Ayah. Tapi Lin.., itu semua tak mungkin kamu lakukan kan? Keinginan mu itu terjadi karena kamu belum tahu keluarga nya Ayah ku. Sedangkan sekarang kamu kan tahu, kalau ayah sudah menikah. Bahkan anak nya sudah sebesar ini dan menjadi teman mu. Kamu tak mungkin kan ada niatan yang seperti dulu. "

" Aku gak bohong, Je. Hiks.., aku.. aku memang bukan menjadi simpanan Ayah mu yang sedang kau pikir kan. Tapi aku.., hiks.., aku...  aku pernah melakukan 'itu' dengan kak Jisung. "

"Ku kira kamu teman. Ternyata kamu ular, Lin. Aku benci. Mulai sekarang, kita gak usah berteman lagi. Aku muak dengan mu."


Setelah kepergian Jisung dan Felix. Lino masih sendirian di ruang inap itu. Dia menangis merenungi segala kesalahan nya. Dia terus terbayang kemarahan Jeongin dan Jisung kepada nya tadi. Lino amat menyesal karena kebodohan nya itu. Kenapa dia bisa sebodoh itu berbuat hal yang tidak berakhlak.


"Dan kamu Lino, bisa bisa nya kamu menjerumuskan teman mu ke hal seperti ini. Mungkin kamu melakukan nya karena kamu seperti anak lelaki lainnya. Jadi tak mengkhawatirkan soal kehamilan. Tapi yang kamu pengaruhi itu Felix. Dia itu berbeda dari kamu, Lino. Kamu ini benar-benar ya..!!!"


"Hah..!!! Bisa bisa aku stroke memikirkan tingkah kalian ini. Sudahlah aku mau pulang saja. Aku harap tidak akan terjadi apa apa kepada kalian berdua. Aku akan memaklumi perbuatan memalukan kalian berdua ini. Aku tidak akan melaporkan kalian kepada orang tua kalian. Tapi kalian juga harus merahasiakan hal ini dari keluarga ku. Jika salah satu keluarga ku mengetahui nya. Maka, jangan harap aku memberikan maaf ku kepada kalian. Ini masalah serius bukan main main. "

" Satu lagi.., Lino, mulai sekarang kamu jauhi Jeongin. Aku tidak ingin Jeongin kamu jerumus kan seperti Felix kayak gini. Cukup kali ini yang terakhir. Aku gak mau dengar masalah ini terulang lagi. Mengerti. "


Nyonya HANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang