34

297 38 27
                                    

.
12.12.20


.




.







.

Sejak kepergian putra nya kemarin, Jisung meninggalkan seluruh pekerjaan nya. Ia benar-benar masih sangat berduka. Rasanya benar benar menyedihkan untuknya. Ditinggalkan anaknya dan apalagi harus melihat Mina kesakitan begitu. Ia tidak tega, ia tidak bisa bayangkan seberapa buruk perasaan Mina saat ini.


Jisung membuang napas nya pelan bermaksud meringankan beban pikiran yang tengah ia panggul itu. Langkah nya pelan tak bersemangat. Saat hendak membuka pintu mobilnya, tangannya dicekal seseorang. Membuat nya menoleh.



"Ngapain kamu di sini?" sinis Jisung.


"Kak.., aku pingin ngobrolin sesuatu yang penting sama kakak soal waktu itu."


"Aku lagi gak ada waktu ngurusin masalah gila mu itu, Fel. Kamu tahu kan keluarga ku baru kehilangan. Kami semua masih bersedih. Tolonglah jangan menambah beban." Ujar Jisung terasa benar dinginnya.

Rasa sayang Jisung ke Felix seperti telah menguap habis begitu saja setelah kejadian malam memalukan itu. Jisung tak lagi berkata lembut. Mereka seperti orang asing yang tak saling mengenal saja. Felix menggigit bibirnya menahan ngilu di dadanya mendapat perlakuan macam itu. Dia sakit hati.


"Aku minta maaf soal malam itu. Tapi kak, aku gak salah."


"Apa nya yang gak salah?! Jelas jelas itu salah, Fel!!! Kamu mau nyalahin siapa atas perbuatan buruk mu itu?!"


"Kak dengerin aku dulu. Aku tuh gak salah. Sekarang aku mau kasih bukti semua nya ke kakak. Tapi kakak harus ikut aku."



"Tidak perlu, semuanya sudah jelas. Tolong lepaskan tangan mu, aku mau pulang."


"Sebentar saja, kak."



"Felix...,"



"Just a minute, please...," mohon Felix.


"Baiklah.., ke mana?" Jisung akhirnya menyerah juga dengan permohonan Felix itu.

.





.





.







.
"Ku kira kamu teman. Ternyata kamu ular, Lin. Aku benci. Mulai sekarang, kita gak usah berteman lagi. Aku muak dengan mu."


Lino mengusap air matanya yang menetes lagi, mengingat kata kata menyakitkan yang memang pantas untuk dirinya itu.



"Ckleeekk..," Pintu kamar nya terbuka.


Hal yang pertama kali dia lihat adalah Felix. Namun ternyata cowok berfreakless manis itu tak sendiri. Dia bersama seseorang yang sebenarnya ingin ia hindari saat ini. Ia terlalu malu juga frustasi akan hal yang telah menimpanya itu. Ayahnya sang sahabat sekaligus sang idola, Han Jisung.


"Lino, kamu sakit apa?" tanya Jisung setelah tau bahwa orang yang tengah terbaring lemah di atas ranjang inap itu teman dekatnya Jeongin. Dia mendekat di sisi ranjang nya.


Lino tidak menjawab tapi malah menunduk enggan memandang si lawan bicara. Hatinya kalut, ia takut, khawatir dan tidak tahu harus berbuat apa.



"Lino kamu..," belum sempat ia menuntaskan bicaranya, Felix menyela nya dengan nada yang tak bersahabat.


"Kak Han...!!"


Nyonya HANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang