20

435 56 21
                                    

.







.










.











.











.

"Please..., I Love you." Sungguh ia tidak bisa harus melihat orang yang ia cintai itu menjauhinya begini. Ia memegang erat tangan nya.



"Maaf, dan sampai kapan pun cinta mu itu salah. Dan aku tidak bisa menerima nya Seo Felix." Pria itu dengan tega menghempaskan genggaman nya.




Felix terbangun dari tidurnya dan langsung terduduk di atas ranjang nya. Mimpi itu kenapa datang lagi? Kenapa bisa? Ia tidak mau mengalami nya. Jika benar ini hanya bunga tidur. Kenapa ia sering menerima mimpi buruk ini? Apa yang salah dengan cinta nya? Apa dia tidak boleh merasakan yang namanya kebahagiaan? Kenapa harus begini?




"Clreek...," Suara pintu di buka membuat Felix mengalihkan pandangan nya.



"Felix.., kamu sudah bangun?" Tanya orang yang membuka pintu itu dan mendekat ke arah ranjang.



"Kak Han...," Felix menyahut lirih panggilan Jisung kepada nya.



"Kamu terlihat letih sekali. Dan apa ini? Keringat? Kamu mimpi buruk?" Tanya Jisung lagi mengusap peluh yang membasahi dahi dan rambut nya.



"I-iya, kak. Dan.., aku takut itu semua akan terjadi. Aku tidak mau...," Ucap Felix terlihat benar bahwa ia amat khawatir akan sesuatu yang baru saja ia mimpi kan.



"Tidak, Felix. Tidak akan ada yang bisa menyakiti kamu lagi. Di sini kamu aman bersama kak Changbin. Aku juga pasti akan menjaga kamu. Kamu ini sudah kakak anggap sebagai adik kakak sendiri. Terlebih kamu adalah teman baik nya Jeje. Sudah pasti kakak gak bakal biarin ada orang yang menyakitimu." Kata Jisung menenangkan sambil menarik Felix dalam pelukan nya.




"Benarkah itu kak? Kakak menganggap ku sebagai adik?" Felix balik bertanya ke Jisung.




"Tentu saja. Kenapa tidak?"



Tak lama kemudian pintu kamar di buka lagi. Itu adalah Hyunjin yang sedang membawakan segelas teh jahe hangat untuk meredakan mual yang di katakan Jeongin tadi. Memang sih bisa saja dia menyuruh pembantu di rumah nya untuk membuat kan teh Felix. Tapi ia pikir, akan lebih baik jika diri nya sendiri saja yang menyajikan nya. Entah apa yang membuat nya begitu menyepesialkan Felix. Yang ia tahu remaja manis itu memang telah berhasil membuat dirinya sayang sejak masih kecil.



Ya meskipun sifat Felix sangat berbeda jauh dari masa kecilnya yang ceria. Hyunjin maklum, mungkin itu terjadi akibat trauma kejadian buruk yang pernah dialami Felix saat masih di Aussie dulu. Kemalangan yang dialami Felix itu pasti tak akan sembuh dalam hitungan tahun saja. Bahkan terkadang bisa saja seumur hidup akan tetap menghantui jiwa penderita nya. Hyunjin masih sangat sayang sama Felix. Gemas dengan keimutan dan kemanisan Felix. Sifatnya yang gak neko neko juga penurut salah satu alasannya. Berbeda dengan anak-anak yang, ah.. entahlah. Bar bar semua, mirip kek ayah nya. Bikin dia emosi mulu tiap hari.



"Kak Hyunjin...," Guman Felix melepas pelukan Jisung. Dan sedikit menjaga jarak dengan nya.


Hyunjin membalasnya dengan senyuman.


"Ini kakak buat kan teh Jahe. Siapa tahu mual kamu berkurang. Katanya Jeje kamu mual mual terus dari tadi pagi kan." Hyunjin menyodorkan teh buatan nya itu ke Felix.




"Terima kasih, kak."



"Sama sama, dihabiskan ya! Biar perutnya enakan lagi."




Felix mengangguk menanggapi permintaan Hyunjin itu.



"Eh.., iya. Sudah jam lima ya sekarang." Celutuk Jisung saat melihat jam di diding kamar.




"Memang kenapa?" Tanya Hyunjin mengalihkan perhatian nya ke sang suami.




"Jemput bunda dong mama zheyeng." Jawab Jisung dengan nada alay nya.



Seketika mendengar nada bicara Jisung yang alay gitu membuat Hyunjin mendatarkan wajah nya.😑😑😑😑😑😑. Sepertinya semakin tua, suaminya ini semakin gila ya. Padahal seingat nya dulu saat jaman jaman mereka masih anak sekolahan. Jisung gak gila kek gini deh.




"Gak usah alay ngomong nya, Ji. Jijik denger nya. Ya enggak, Fel?"






"Hehehehe.., kebiasaan. Yaudah.., aku pergi dulu ya. Chuu~~,"



"Astaga.., Ji. Malu maluin sih, ada Felix nih." Omel Hyunjin yang baru saja mendapat kecupan cinta dari Jisung. Gak sadar tempat emang😆😆😆😆.





"Gak papa ya, Fel. Kakak tinggal dulu ya. Bye bye semua."



Hyunjin menggeleng geleng kan kepala nya melihat kelakuan suami yang seperti itu. Namun tak lama kemudian ia mendengar suara cempreng putri nya memanggil manggil nama nya.


"Braaaakkk...,"


"MAMAAAA......,"


"Ya ampun, dek. Kenapa teriak teriak? Kasian nih kak Felix lagi sakit."


"Eh..., maaf, Ma, kak Fel. Somi gak tahu." Cengir gadis kecil itu.



"Ada apa? Kok manggil Mama teriak teriak gitu, hmm..?"



"Itu kakak pelit banget sih sama Somi. Masa' mau pinjem handphone nya sebentar gak boleh."



"Handphone nya mau buat apaan sih, dek. Itu kakak mu kan lagi kerja kelompok makai handphone nya. Jangan digangguin dulu ya."




"Ih..., apaan? Kakak gak kerja kelompok tuh, Ma. Lagi main game. Lagian kak Dery, kak Lino sama kak Jisung sudah pulang."



"Kok gak pamitan dulu?"



"Mama lagi belanja tadi saat mereka pulang."



"Oh.., gitu. Yaudah sekarang adek Mandi gih. Sudah sore nih."



"Mandi bareng yuk, Ma."



"Heh.., udah besar juga. Gak malu mama mandiin?"



"Enggak.., kan sama Mama sendiri. Ayo.., Ma." Kata Somi menarik narik lengan Mama nya.




"Iya iya sebentar, dek. Felix kamu istirahat dulu gak papa. Nanti makan malam kakak panggil. Jangan lupa teh nya di habisin."



"Baik kak,"



Setelah Hyunjin juga Somi pergi dari kamar itu. Dan meninggal kan Felix di kamar sendirian.



"Adik..?"


"Adik? Heh..?"


"Pyyaarrrr...,"



"Sialan...!!!" Mata Felix memerah dengan bekas air mata yang masih menghiasi pipi nya. Napasnya memburu setelah ia melemparkan gelas di genggaman nya itu. Otaknya serasa mendidih ingin melampiaskan kepada benda benda sekitar nya. Meski rasanya masih kurang puas.


Tbc

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nyonya HANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang