41

303 43 3
                                    

.







.









.

3121

Keesokan harinya, sesuai yang direncanakan, Jisung serta Chan dan Lino ke rumah orang tuanya Hyunjin. Ingin menjelaskan semua permasalahan yang terjadi juga membujuk Hyunjin kembali ke rumah.


Ternyata memang semua tak semudah yang dibayangkan. Baru saja masuk ruang tamu dan bertemu ayah mertuanya. Jisung langsung mendapat sambutan bogem di pipi kirinya.



Seunghyun marah besar karena kemarin putra bungsunya pulang bersama kedua cucunya, ditambah membawa dua koper besar. Setelah ditanya jawabannya benar-benar bikin kepalanya mendidih mendengarnya. Bagaimana tidak marah jika  ternyata anaknya di selingkuhi suaminya? Orang tua mana yang rela anaknya di sakiti. Seunghyun tidak terima tentu saja.



Untung Chan sigap menahan Seunghyun yang ingin memukul Jisung lagi. Gak taulah kalau Jisung datang sendirian. Bisa bisa sudah jadi adonan dia ini kena jotos kanan kiri sama mertuanya. Baru setelah berhasil melerai. Chan pun berinisiatif memberitahukan alasan kedatangan mereka di sana. Dan meminta Hyunjin agar bersedia menemui mereka.



Namun nyatanya tidak semudah itu Hyunjin mau bertemu dengan mereka. Dia menolak bertemu dengan suaminya. Alhasil, yang dapat mereka lakukan hanya menjelaskan permasalahan yang dialami Jisung itu ke Seunghyun saja. Lino berbicara terbata bata saat itu karena ketakutan melihat tatapan tajam papanya Hyunjin tersebut. Selesai menceritakan semuanya, tanpa menunggu lama mereka malah disuruh kembali ke rumah masing masing. Tanpa sempat membujuk Hyunjin berbicara.



Sorenya, Jisung ke rumah sakit menjenguk Mina. Tiba di sana, Mina langsung bertanya ini itu karena melihat wajahnya yang membiru. Dia tidak banyak menjawab malah seolah mengalihkan topik pembicaraan agar istrinya itu tidak mengungkit penyebab dirinya bisa memar memar.



"Yah.., kata dokter besok, aku sudah boleh pulang."



"Ah..,syukurlah kalau begitu. Mau ku siapkan sesuatu di rumah?"



"Gak perlu.., ehmm.., tapi tumbenan Hyunjin gak ke sini ya sejak pulang kemarin? Biasanya dia membawakan ku sarapan dari rumah. Hari ini kok tidak ya? Hyunjin sibuk banget ya hari ini?"

"Hyunjin lagi di rumah papa mamanya dari kemarin."



"Ada yang sakit ya?"




"Enggak.., cuman acara keluarga saja."



"Ayah kok gak ikut?"



"Sudah, tapi gak sampai selesai."



"Oh..,begitu." tanpa curiga Mina mengangguk angguk saja dengan jawaban yang tidak sepenuhnya jujur itu.

.






.







.







.

"Bibi Kim..,"



"Iya, nyonya."



"Hyunjin di mana ya? Belum pulang ya dari rumah Mama papanya?" tanya Mina yang tak melihat batang hidung Hyunjin sejak kepulangannya dari rumah sakit tadi.




"Belum, Nyonya."



"Kira kira dia kapan pulangnya ya?"



"Saya kurang tahu, Nyonya."



"Ah.., aku tahu. Tolong ambilkan hp ku itu ya, Bi."


Wanita itu pun mengambilkan apa yang di mau oleh nyonya nya di atas meja nakas. Lalu segera memberikannya.



"Kok gak bisa dihubungi ya? Masa di sana susah sinyal?"



"Mungkin nyonya Hyunjin sedang sibuk. Jadi hpnya dimatikan, nyonya."




Sehari dua hari Mina menahan diri untuk tidak menelpon Hyunjin lagi. Karena takut akan mengganggu aktivitas Hyunjin di sana. Namun ini sudah seminggu lebih, ia menjadi rindu akan sosok itu. Belum lagi, tidak adanya Jeongin dan Somi sebagai penghidup rumah besar ini. Sekarang istananya jadi benar-benar kosong. Padahal dulu dia berharap kehangatan keluarganya  dapat segera menghibur rasa sedihnya kehilangan sang bayi. Tapi apa, ternyata sepulang dari rumah sakit ia mendapatkan kekosongan, bukan kehangatan.




"Oh.., Mei."



"Iya, Nyonya."



"Surat apa itu?"


"Saya kurang paham, Nyonya. Tapi ini untuk tuan Han."




"Biar aku yang berikan ke suamiku nanti." ujar Mina meminta surat berwarna coklat itu.




Setelah surat berada di tangan Mina. Mei pun pamit undur diri kembali ke dapur. Sedangkan Mina tentu saja membuka surat itu, penasaran. Dan oh betapa terkejutnya ia setelah membaca isi suratnya. Di sana tertulis dengan jelas bahwa madunya menggugat cerai sang suami. Ada masalah apa? Kenapa tiba-tiba Hyunjin meminta berpisah? Seingatnya terakhir kali mereka berdua bersama, terlihat baik baik saja. Tidak ada masalah sama sekali. Lalu bagaimana bisa begini?
.







.









.










.









.

"Hiks..., aku mau kak Han. Di mana kak Han, kak..?! Di mana...?!!!" rancau Felix berteriak teriak sambil menangis ingin berjumpa dengan orang yang ia cintai itu.

"Felix sayang.., jangan lakukan itu ya. Ayo kemari lah, kembali sama kakak."


Changbin gementar melihat tubuh adiknya di ujung pembatas tembok itu. Ia takut jika adiknya akan benar-benar nekat melakukan hal gila itu. Ia takut kehilangan, ia tak kan sanggup jika melihat adiknya begini.




"Aku gak mau..!!! Aku mau bertemu dengan kak Han.., aku mau jatuh saja kalau kak Han gak ke sini....,"




"Tidak bisa Felix. Kamu terlalu bersalah kepada Jisung. Dia tak kan mau bertemu dengan mu lagi."





Changbin bingung harus berbuat apa. Setelah banyak bukti yang menunjuk kan adik nya lah yang bersalah. Rasa nya ia tidak punya muka lagi di depan Jisung. Apa bisa dia meminta pria itu kembali hanya untuk sekedar menjenguk adik nya? Apa dia bisa? Belum lagi masalah lain yang diakibatkan oleh kebodohan itu. Jisung pasti tidak akan sudi menemui adiknya lagi.




"Kenapa kak Han gak mau memberi ku maaf?! Dia harus memaafkan ku kak."




"Itu tidak mungkin, lupakan saja Jisung, Fel. Jangan harapkan apapun dari dia..!!"




"Enggak..!!! Gak bisa, aku mau menikah sama kak Han."




"FELIX...!!! tolong sadar sayang..., kakak mohon."




"Aku mau kak Han, kak Changbin. Bawakan aku kak Han."




"Tidak..,"



"Kalau kakak gak mau membawakan kak Han ke sini. Biarkan aku dan anak ku mati saja." ancam Felix yang terlihat sangat serius sekali.




"Felix jangan..., " Changbin rasa nya benar benar putus asa. Keselamatan adik nya sekarang ini hanya ada ditangan Jisung. Tapi dia juga tidak bisa menghubungi pria itu lagi.





Namun, seakan telah menjadi tuli. Felix tetap melangkah kan kakinya ke pinggir perbatasan. Dengan diri yang sudah siap terjun bebas ke lantai dasar.





"TIDAAAK FELIIIXX..!!!"


Tbc







Nyonya HANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang