08~

582 36 0
                                    

Note:
Semua cerita yang gue tulis 100% fiksi dan dari otak sendiri.

Malam Jum'at.

•°•
H O M O P H O B I A
°•°


"Biar aku bantu ya kak."

Aku langsung tersenyum melihat Erika duduk di samping ku sambil mulai membantu menyortir dan menyusun dokumen sesuai dengan tanggal pada ordner yang menumpuk di sekitar ku. Ini bukan pertama kalinya dia membantu ku menyusun file, jadi aku tidak perlu memberikan penjelasan lagi padanya.

"Terimakasih."

Erika memberikan senyuman manisnya padaku. Senyum yang membuat ku teringat pada adik laki-laki ku. Bukan karena terlihat mirip tapi karena berbanding terbalik.

Satu jam berlalu, tumpukan ordner yang sebelumnya berserakan di sekitar kami sekarang telah berkurang dan satu persatu telah kembali tersusun ke lemari arsip. Aku menatap Erika yang terlihat masih bersemangat membantuku, meski sesekali dia terlihat merenggangkan bahunya yang pastinya terasa pegal.

"Udah jam 12 Erika, lebih baik kamu istirahat dulu," ucapku setelah melirik jam dipergelangan tangan.

"Tanggung kak Bulan, kata ibu panti ku pamali kalau gak nyelesain kerjaan."

"Ibu panti?" ulangku tidak bisa menyembunyikan keterkejutan.

Erika menundukkan kepalanya, aku bisa lihat gadis itu mengulum senyumnya. "I-iya aku anak panti asuhan."

Malangnya.

Aku tersenyum tipis lalu mengusap bahunya dan memilih tidak menyinggung lagi dari mana gadis ini berasal. "Ini kerjaan aku bukan kerjaan kamu, jadi pamali nya gak akan berpengaruh ke kamu."

"Tetap pamali kak, kan di awal aku yang nawarin bantuan jadi bantunya juga harus sampai selesai dong. Gak papa kak beneran, lagi pula aku gak terlalu lapar."

Dia keras kepala dan bersemangat di waktu yang sama tanpa terlihat sedikit pun kemunafikan, aku menyukainya. Erika gadis yang penuh dengan aura positif.

"Jangan terlalu bersemangat Er, kamu disini cuman siswi PKL loh. Rugi tau gak di gaji, tapi kerjaannya hampir sama kaya karyawan disini."

Erika terkekeh, tapi mata dan tangannya tetap tertuju pada file-file yang tengah ia urutkan pada ordner. "Di bayar kok kak, pake nilai."

"Pembimbing kamu pak Zae kan?" Erika mengangguk. "Dia baik kok orangnya gak pelit nilai, nanti aku kasih tau ke dia tentang betapa rajin dan bersemangat nya kamu, supaya nilai kamu makin tinggi."

Erika cengengesan. "Makasih banyak kak."

"Aku yang harusnya berterima kasih ke kamu."

Akhirnya aku meletakan ordner terakhir yang telah tersusun file di dalamnya ke lemari arsip, mataku tak sengaja melihat tiga orang siswi PKL lain yang sedang menenteng plastik makan siang mereka ke arah pantry.

"Kok mereka gak nyamper..." Aku menghentikan kalimat ku saat melihat setitik kesedihan diwajah Erika. Tanpa perlu di jelaskan aku langsung paham garis besar hubungan Erika dan ketiga gadis itu.

Dikucilkan.

"Kamu mau gak jadi teman Aku? Paling umur kita cuman beda lima tahun, gak bakal jadi penghalang buat jalin pertemanan."

Erika menatapku dengan mata berkaca-kaca, dia mengangguk dengan penuh semangat. "Aku mau kak, mau banget."

Aku terkekeh akan reaksi terharu Erika hanya karena ajakan pertemanan ku, dia menggemaskan. "Oke sebagai peresmian mari kita berjabat tangan," ucapku sambil mengulurkan tangan padanya.

LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang