10#

730 45 8
                                    


L O C K E D

(_+_*_+_)

Tepukan pada bahu menyentak ku.

"Lagi?" Intan menegur dengan raut kesal nya.

"Eh, sorry sorry, boleh ulangi tadi kamu bilang apa?" sesalku padanya karena tidak mendengar kan apapun, ini ketiga kalinya dia menghentikan lamunanku.

Helaan nafas keluar dari mulutnya, dia menggeleng tegas, "kita lanjut besok aja Ra, lagipula masih jauh dari tanggal ngumpulin nya."

"Maaf, mau bagaimana pun alasannya, gak seharusnya aku ngelamun pas kita diskusi tugas kelompok."

Intan kembali menggeleng sambil memasukkan semua peralatan nya ke dalam tas. "Santai, lagi pula udah mau magrib kan? Pacar kamu pasti udah nungguin di parkiran. Serem juga kalau sampai dia labrak aku gara-gara bikin kamu molor dari jam pulang."

"Aku udah minta sedikit kelonggaran waktu ke dia." Aku menatap pahaku sekilas dan kembali menatap Intan, denyutan sakitnya masih terasa. Itu harga yang harus aku bayar demi perpanjang waktu jam pulang dan juga berangkat ke kampus dengan kendaraan lamaku.

Pertemanan kita begitu dekat sebelumnya, namun jadi merenggang perlahan setelah Bryan datang ke hidupku. Aku, Intan, dan Elang, dulu kami selalu bersama. Kalau saja bisa, aku ingin memperbaikinya. Sejujurnya aku ingin mengatakan banyak hal pada Intan, tapi sisi lain diriku merasa tidak sepantasnya aku membebani nya. Sedari dulu aku memang tidak pernah menceritakan masalah hidup ku pada siapapun.

"Kayanya dia gak dengerin permintaan kamu." Intan menunjuk seseorang dengan dagu nya. Aku mengerti, dan tidak mau menoleh juga untuk memastikan. "Aku duluan ya. Besok kita ketemu lagi disini."

"Jam?" Tanyaku menghentikan gerakan hendak perginya.

"Kaya tadi." Dan aku mengangguk mengiyakan, meskipun yakin Intan tidak melihatnya sebab dia telah pergi meninggalkan ku.

"Maraaa." Tanpa menolehpun aku sudah tahu siapa yang memanggil ku, buru-buru aku memasukkan barang-barang ku ke tas. Terdengar suara kursi diseret ke samping tempat ku duduk, aku tetap memilih mengabaikannya. "Aku baru datang loh," tegurnya menekan bahuku agar kembali duduk.

Aku kesal padanya yang mengingkari perjanjian kita sebelumnya, "aku mau langsung pulang."

Tekanan pada bahuku berganti jadi rangkulan. Dia menyenderkan kepalanya padaku, "kamu kan minta perpanjang waktu dari jam pulang."

"Memang, tapi dengan datangnya kamu sekarang itu berarti kamu ingkar dari perjanjian kita." Aku menggeliat agar dia berhenti menempel, tapi yang terjadi malah sebaliknya.

"Aku gak ingkar, tadinya aku cuman mau lihat kamu di meja lain. Tapi karena Intan pergi jadinya aku ke meja kamu." Alasannya seolah dia tidak tahu jika Intan takut padanya.

"Intan pergi gara-gara kamu datang."

"No, no, no, sebelum aku datang dia udah beres-beres mau pergi tuh."

"Udah lah aku mau pulang aja sekarang," mengalah yang teraman karena aku tidak akan pernah menang jika terus berdebat dengan nya.

Dia melonggarkan lilitan tangannya padaku, dan menatapku dengan senyum tipis nya, "Ini mau kamu sendiri yah, nanti jangan ngomel, aku gak mengingkari apapun."

LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang